7 Jemaah Haji Embarkasi Solo Meninggal Dunia, Total Mencapai 37 Orang

Murianews, Solo – Jumlah jemaah haji Embarkasi Solo yang meninggal terus bertambah. Terbaru, ada 7 jemaah yang dikabarkan meninggal dunia. Sehingga total jemaah asal Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang meninggal dunia mencapai 37 orang. Selain itu, terdapat pula 67 jemaah yang sedang menjalani perawatan akibat sakit. ”Hingga saat ini, terdapat 37 jemaah haji Embarkasi Solo yang meninggal dunia,” ungkap Humas Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Solo, Gentur Rachma Indriadi, mengutip Detik.com, Jumat (30/6/2023). Pada Selasa (27/6/2023), tercatat 30 jemaah haji yang meninggal dunia. Angka tersebut bertambah 7 orang jemaah yang meninggal sehingga jumlahnya menjadi 37 hingga hari ini. Baca: Cuaca Panas Ekstrem, 230 Jemaah Haji 2023 Dilaporkan Meninggal Dari tujuh jemaah haji yang meninggal dunia baru-baru ini, sebagian besar adalah lansia. Gentur menyebutkan identitas mereka, yakni Husain Muslim (52) Kloter 82 dari Kabupaten Pati, Pratopo Parto Dihardjo (76) Kloter 28 dari Kabupaten Kebumen, Zulaikah Rajikan Sadi (73) dari Kloter 6 asal Kabupaten Demak. Kemudian Matnuri Kaswadi Mororowo (63) dari Kloter 83 asal Kabupaten Jepara, Islamiyah Sairoji Abdulmanaf (77) dari Kloter 27 asal Kabupaten Magelang, Moch Napsiri Karsan (67) dari Kloter 12 asal Kota Semarang, dan Sardjono Amad Ngirsad (69) dari Kloter 76 asal Kabupaten Banjarnegara. Sementara itu, terdapat 67 jemaah haji yang sedang menjalani perawatan di Arab Saudi. Menurut Gentur, sebanyak 51 jemaah sedang dirawat di Makkah, sementara 16 jemaah lainnya dirawat di Mina. ”Guna menjelaskan kondisi jemaah yang sedang sakit di Arab Saudi, saat ini terdapat 67 orang. Rinciannya, 51 jemaah dirawat di Makkah dan 16 jemaah dirawat di Mina,” terangnya. Baca: Jemaah Haji Indonesia Akan Mulai Dipulangkan 4 Juli Gentur menambahkan bahwa banyaknya jemaah yang sakit di Mina bukan disebabkan karena terlantar tanpa mendapatkan tenda. Namun, hal tersebut lebih disebabkan oleh kondisi puncak haji yang memerlukan energi ekstra. Selain itu, cuaca di Mina lebih panas daripada di Indonesia. ”Bukan karena jemaah yang terlantar tanpa tenda. Hal ini lebih dikarenakan puncak haji membutuhkan energi ekstra, juga karena cuaca di Mina yang lebih panas dibandingkan dengan cuaca di Tanah Air,” tambahnya.