Harga Gabah Kering di Klaten Meroket
Cholis Anwar
Kamis, 7 September 2023 13:51:00
Murianews, Klaten – Harga gabah kering panen (GKP) di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah (Jateng), mengalami kenaikan signifikan. Hal ini membuat desa-desa dengan lumbung pangan mengalami kesulitan.
Salah satu contohnya adalah Desa Bolopleret, Kecamatan Juwiring, di mana lumbungnya saat ini kosong karena pengelola tidak berani menyetok gabah dalam jumlah besar.
Kepala Desa Bolopleret, Catur Joko Nugroho, menyatakan bahwa stok gabah di desanya telah habis dan pengelola lumbung tidak berani membeli lebih banyak karena harga yang mahal.
Harga gabah kini mencapai sekitar Rp 7.000 per kilogram, naik dari sekitar Rp 4.000-Rp 5.000 per kilogram seperti biasanya. Lumbung desa tersebut biasanya membeli GKP untuk diolah menjadi beras.
”Kita belinya gabah kemudian dijadikan beras. Kita tidak berani menyetok, khawatir untung ruginya juga tidak jelas,” ujarnya mengutip Detikjateng.com, Kamis (7/9/2023).
Selain harga yang tinggi, Catur juga mengungkapkan jika desanya tidak menghasilkan banyak panen karena kemarau dan serangan tikus. Serangan tikus yang berlangsung selama sebulan terakhir telah merusak lahan padi.
Situasi serupa juga dialami oleh Desa Demak Ijo, Kecamatan Karangnongko, di mana harga GKP mencapai sekitar Rp 6.800 hingga Rp 7.000 per kilogram. Kendati harga tersebut tinggi, lumbung pangan desa tidak berani membeli gabah untuk stok.
”Harga sekarang kacau. Kalau lumbung sebenarnya senang karena beras laris dan harganya naik menjadi Rp 12.500 per kilogram tapi susahnya stok gabah menipis,” kata Ery Karyanto, Kepala Desa Demak Ijo.
Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Pemkab Klaten, Lilik Nugraharjo, mencatat bahwa kenaikan harga GKP tersebut membingungkan, karena produksi gabah di wilayah tersebut sebenarnya masih aman. Namun, para pembeli tampaknya menahan gabah untuk stok, yang mungkin menyebabkan kenaikan harga.
”Ini produksi gabah masih aman, dampak kemarau baru nanti Oktober. Kemungkinan karena pembeli menahan gabah untuk stok penyebabnya,” ungkap Lilik.
Walaupun harga GKP naik, Kabupaten Klaten tetap memiliki produksi gabah yang cukup, dan bahkan ada beberapa petani yang beralih dari menanam jagung ke menanam padi karena tergiur oleh harga yang tinggi.
”Ini ada yang biasanya ditanam jagung pindah ke padi karena tertarik harga tinggi. Tapi Klaten secara produksi aman,” tambah Lilik.
Murianews, Klaten – Harga gabah kering panen (GKP) di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah (Jateng), mengalami kenaikan signifikan. Hal ini membuat desa-desa dengan lumbung pangan mengalami kesulitan.
Salah satu contohnya adalah Desa Bolopleret, Kecamatan Juwiring, di mana lumbungnya saat ini kosong karena pengelola tidak berani menyetok gabah dalam jumlah besar.
Kepala Desa Bolopleret, Catur Joko Nugroho, menyatakan bahwa stok gabah di desanya telah habis dan pengelola lumbung tidak berani membeli lebih banyak karena harga yang mahal.
Harga gabah kini mencapai sekitar Rp 7.000 per kilogram, naik dari sekitar Rp 4.000-Rp 5.000 per kilogram seperti biasanya. Lumbung desa tersebut biasanya membeli GKP untuk diolah menjadi beras.
”Kita belinya gabah kemudian dijadikan beras. Kita tidak berani menyetok, khawatir untung ruginya juga tidak jelas,” ujarnya mengutip Detikjateng.com, Kamis (7/9/2023).
Selain harga yang tinggi, Catur juga mengungkapkan jika desanya tidak menghasilkan banyak panen karena kemarau dan serangan tikus. Serangan tikus yang berlangsung selama sebulan terakhir telah merusak lahan padi.
Situasi serupa juga dialami oleh Desa Demak Ijo, Kecamatan Karangnongko, di mana harga GKP mencapai sekitar Rp 6.800 hingga Rp 7.000 per kilogram. Kendati harga tersebut tinggi, lumbung pangan desa tidak berani membeli gabah untuk stok.
”Harga sekarang kacau. Kalau lumbung sebenarnya senang karena beras laris dan harganya naik menjadi Rp 12.500 per kilogram tapi susahnya stok gabah menipis,” kata Ery Karyanto, Kepala Desa Demak Ijo.
Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Pemkab Klaten, Lilik Nugraharjo, mencatat bahwa kenaikan harga GKP tersebut membingungkan, karena produksi gabah di wilayah tersebut sebenarnya masih aman. Namun, para pembeli tampaknya menahan gabah untuk stok, yang mungkin menyebabkan kenaikan harga.
”Ini produksi gabah masih aman, dampak kemarau baru nanti Oktober. Kemungkinan karena pembeli menahan gabah untuk stok penyebabnya,” ungkap Lilik.
Walaupun harga GKP naik, Kabupaten Klaten tetap memiliki produksi gabah yang cukup, dan bahkan ada beberapa petani yang beralih dari menanam jagung ke menanam padi karena tergiur oleh harga yang tinggi.
”Ini ada yang biasanya ditanam jagung pindah ke padi karena tertarik harga tinggi. Tapi Klaten secara produksi aman,” tambah Lilik.