Sebelumnya, Divisi Fetomaternal KSM Obstetri dan Ginekologi RSUD Moewardi berhasil melakukan tindakan Fetoskopi Laser Ablasio perdana pada janin kembar twin-twin transfusion syndrome (TTTS) dengan usia kandungan 22 minggu pada 28 September 2024.
Dengan keberhasilan ini, RSUD Moewardi menjadi yang pertama di Jawa Tengah yang melakukan tindakan Fetoskopi Laser Ablasio. Keberhasilan itu diharapkan menumbuhkan kepercayaan masyarakat, pada rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah ini.
Selain itu, rumah sakit juga telah mendapatkan rekomendasi dari Komite Transplantasi Nasional (KTN), dan ditetapkan sebagai rumah sakit penyelenggara transplantasi ginjal oleh Kemenkes RI sejak 2021.
Adapun, pasangan donor dan resipien transplantasi ginjal kali ini merupakan seorang ibu (53 tahun), yang mendonorkan ginjal ke anak lelakinya (26 tahun). Penerima donor mengalami gagal ginjal kronis sejak April 2024, akibat penyakit hipertensi usia muda.
Sebelum menjalani operasi, keduanya telah menjalani pemeriksaan oleh dokter konsultan ginjal hipertensi (nefrologi). Setelah itu, keduanya melakukan wawancara kelayakan medikolegal oleh tim hukum dan advokasi.
Setelah mendapat rekomendasi dari tim hukum dan advokasi, keduanya menjalani berbagai pemeriksaan penunjang, serta konsultasi dengan spesialis dan subspesialis dari berbagai disiplin ilmu.
Murianews, Solo – Sebuah prestasi menggembirakan kembali Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Moewardi Surakarta. Yakni, berhasil melakukan operasi transplantasi ginjal kesembilan kali dengan tingkat keberhasilan 100 persen.
Sebelumnya, Divisi Fetomaternal KSM Obstetri dan Ginekologi RSUD Moewardi berhasil melakukan tindakan Fetoskopi Laser Ablasio perdana pada janin kembar twin-twin transfusion syndrome (TTTS) dengan usia kandungan 22 minggu pada 28 September 2024.
Dengan keberhasilan ini, RSUD Moewardi menjadi yang pertama di Jawa Tengah yang melakukan tindakan Fetoskopi Laser Ablasio. Keberhasilan itu diharapkan menumbuhkan kepercayaan masyarakat, pada rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah ini.
Ketua Tim Transplantasi Ginjal RSUD Moewardi, Dr Agung Susanto mengatakan, operasi kali ini dilakukan Tim Tranplantasi Ginjal RSUD dr Moewardi bersama dengan tim tranplantasi ginjal RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta, Kamis (28/11/2024).
Selain itu, rumah sakit juga telah mendapatkan rekomendasi dari Komite Transplantasi Nasional (KTN), dan ditetapkan sebagai rumah sakit penyelenggara transplantasi ginjal oleh Kemenkes RI sejak 2021.
Adapun, pasangan donor dan resipien transplantasi ginjal kali ini merupakan seorang ibu (53 tahun), yang mendonorkan ginjal ke anak lelakinya (26 tahun). Penerima donor mengalami gagal ginjal kronis sejak April 2024, akibat penyakit hipertensi usia muda.
Sebelum menjalani operasi, keduanya telah menjalani pemeriksaan oleh dokter konsultan ginjal hipertensi (nefrologi). Setelah itu, keduanya melakukan wawancara kelayakan medikolegal oleh tim hukum dan advokasi.
Setelah mendapat rekomendasi dari tim hukum dan advokasi, keduanya menjalani berbagai pemeriksaan penunjang, serta konsultasi dengan spesialis dan subspesialis dari berbagai disiplin ilmu.
Layanan transplantasi ginjal...
”Layanan transplantasi ginjal di RSUD dr Moewardi ini diharapkan dapat terus dilakukan secara berkesinambungan, dan menjadi alternatif solusi pengobatan untuk pasien gagal ginjal, karena tindakan ini dapat memberikan kualitas hidup dan angka harapan hidup yang lebih baik,” ujar Agung, dilansir dari laman Pemprov Jateng, Minggu (1/12/2024).
Dia menambahkan, kondisi terakhir pendonor dan resipien telah membaik dan stabil. Menurutnya, kondisi tersebut menunjukkan fungsi ginjal yang saat ini masih berada dalam pengawasan ketat, sudah berangsur membaik.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama RSUD Moewardi, dr Heri Dwi Purnomo mengatakan, pelayanan transplantasi ginjal itu merupakan wujud dari transformasi kesehatan pilar pelayanan rujukan. Operasi ginjal masuk dalam pelayanan penyakit prioritas, selain kanker, jantung, dan stroke.
”Upaya transplantasi ginjal ini merupakan upaya yang dilakukan di hilir, dengan maksud menekan biaya yang akan dikeluarkan bagi pasien gagal ginjal kronik, yang akan menjalani cuci darah secara rutin. Hal ini akan memberikan manfaat dan kendali biaya yang jauh lebih besar,” ujarnya.