Embun Upas Dieng Muncul di Musim Hujan, Begini Penjelasan BMKG
Murianews
Selasa, 4 Januari 2022 14:32:58
MURIANEWS, Semarang - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) angkat bicara soal embun upas atau embun es yang melanda dataran tinggi Dieng. Mereka pun menilai fenomena yang biasa turun saat puncak kemarau itu muncul karena anomali cuaca.
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani Semarang, Sutikno mengatakan, embun upas sebenarnya fenomena yang biasa di bidang meteorologi. Pada umumnya fenomena ini terjadi pada saat puncak kemarau (periode Juni-Juli-Agustus).
Baca: Dataran Tinggi Dieng Membeku, Suhu Mencapai 3 Derajat”Akan tetapi kali ini embun upas muncil di musim penghujan. Hal ini memang merupakan suatu anomali, karena massa udara pada saat musim penghujan umumnya lembab dan basah serta pengaruh Monsum Asia cukup besar,” katanya dalam siaran persnya, Selasa (4/1/2021).
Ia menjelaskan, berdasarkan pantauan BMKG dari data Automatic Weather Station (AWS) yang terpasang di Kawasan Candi Arjuna dalam tiga hari belakangan ini memang kondisi cuaca di wilayah pegunungan Dieng di dominasi kondisi cerah berawan. Sehingga pemanasan cukup maksimal.
”Pada tanggal 1- 4 Januari 2022 menunjukkan curah hujan yang rendah di bawah 1 mm, dengan tutupan awan sedikit (oktasnya rendah). Sementara kelembapan udara terjadi perbedaan yang sangat signifikan pada siang hari yang rendah sekitar 75% dan malam-dini hari mencapai di atas 98%, dengan kecepatan angin cenderung lemah/calm (dibawah 5 m/s),” terangnya.
”Pada tanggal 1- 4 Januari 2022 menunjukkan curah hujan yang rendah di bawah 1 mm, dengan tutupan awan sedikit (oktasnya rendah). Sementara kelembapan udara terjadi perbedaan yang sangat signifikan pada siang hari yang rendah sekitar 75% dan malam-dini hari mencapai di atas 98%, dengan kecepatan angin cenderung lemah/calm (dibawah 5 m/s),” terangnya.
Baca: Kandungan Empat Protein Vaksin Merah Putih Disebut Mampu Menetralisir OmicronIa pun menegaskan, embun upas biasa terjadi akibat pengaruh menurunnya temperatur terhadap ketinggian. Selain itu, embun upas akan terjadi bila kondisi tutupan awan oktasnya rendah dengan perbedaan kelembaban udara maksimum dan minimum cukup lebar.”Pada daerah tersebut juga lebih didominasi angin kecepatan lemah cenderung calm. Untuk wilayah dengan vegetasi yang bagus dengan tutupan tanaman rendah potensi terjadi embun upas cukup besar,” terangnya. Penulis: SupriyadiEditor: Supriyadi
[caption id="attachment_166748" align="alignleft" width="720"]

Suhu udara dan embun es di Dataran Tinggi Dieng. (Istimewa)[/caption]
MURIANEWS, Semarang - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) angkat bicara soal embun upas atau embun es yang melanda dataran tinggi Dieng. Mereka pun menilai fenomena yang biasa turun saat puncak kemarau itu muncul karena anomali cuaca.
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani Semarang, Sutikno mengatakan, embun upas sebenarnya fenomena yang biasa di bidang meteorologi. Pada umumnya fenomena ini terjadi pada saat puncak kemarau (periode Juni-Juli-Agustus).
Baca: Dataran Tinggi Dieng Membeku, Suhu Mencapai 3 Derajat
”Akan tetapi kali ini embun upas muncil di musim penghujan. Hal ini memang merupakan suatu anomali, karena massa udara pada saat musim penghujan umumnya lembab dan basah serta pengaruh Monsum Asia cukup besar,” katanya dalam siaran persnya, Selasa (4/1/2021).
Ia menjelaskan, berdasarkan pantauan BMKG dari data Automatic Weather Station (AWS) yang terpasang di Kawasan Candi Arjuna dalam tiga hari belakangan ini memang kondisi cuaca di wilayah pegunungan Dieng di dominasi kondisi cerah berawan. Sehingga pemanasan cukup maksimal.
”Pada tanggal 1- 4 Januari 2022 menunjukkan curah hujan yang rendah di bawah 1 mm, dengan tutupan awan sedikit (oktasnya rendah). Sementara kelembapan udara terjadi perbedaan yang sangat signifikan pada siang hari yang rendah sekitar 75% dan malam-dini hari mencapai di atas 98%, dengan kecepatan angin cenderung lemah/calm (dibawah 5 m/s),” terangnya.
Baca: Kandungan Empat Protein Vaksin Merah Putih Disebut Mampu Menetralisir Omicron
Ia pun menegaskan, embun upas biasa terjadi akibat pengaruh menurunnya temperatur terhadap ketinggian. Selain itu, embun upas akan terjadi bila kondisi tutupan awan oktasnya rendah dengan perbedaan kelembaban udara maksimum dan minimum cukup lebar.
”Pada daerah tersebut juga lebih didominasi angin kecepatan lemah cenderung calm. Untuk wilayah dengan vegetasi yang bagus dengan tutupan tanaman rendah potensi terjadi embun upas cukup besar,” terangnya.
Penulis: Supriyadi
Editor: Supriyadi