Duh, 70 Persen Pasien Rehabilitasi Narkoba Magelang Masih Pelajar
Murianews
Kamis, 24 Maret 2022 17:04:40
MURIANEWS, Magelang – Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Magelang mencatat pasien rehabilitasi yang ditangani saat ini didominasi pelajar. Ironisnya, jika dipersentase jumlahnya mencapai 70 persen.
Hal itu diungkapkan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Magelang, AKBP Catharina kepada awak media, Rabu (23/3/2022).
Baca:
300 Ribu Orang di Jateng Salah Gunakan Narkoba, 27% di Antaranya PelajarIa menyebutkan, dominasi pelajar itu diketahui dari perkembangan tiap tahun. Di tahun 2019, BNN mencatat ada 21 orang menjalani rehabilitasi. Dari jumlah itu, 12 pasien atau 60 persen di antaranya berstatus pelajar.
”Jumlah itu bertambah di tahun 2020. Total ada 42 orang yang direhabilitasi. Itu yang pelajar 70 persen. Kemudian tahun 2021 pandemi, kami nggak bisa keluar sama sekali. Tapi kami melakukan IBM (intervensi berbasis masyarakat), dapat 18 orang yang direhabilitasi,” kata AKBP Catharina seperti dikutip
Suara.com, Kamis (24/3/2022)
Selain itu, lanjutnya, di tahun 2022 yang baru berjalan 3 bulan, BNN sudah merawat sembilan pasien rehabilitasi. Tujuh orang di antaranya juga berstatus pelajar.
“Mayoritas sama, pelajar juga. Masih mendominasi pelajar," paparnya.
Baca:
20.000 Pelajar di Jepara Deklarasikan Diri Tolak NarkobaPara pelajar pengguna narkoba ini rata-rata mengonsumsi Trihexyphenidyl. Dikalangan pecandu psikotropika, tablet anti depresi ini dikenal dengan sebutan “pil sapi”.
Trihexyphenidyl dijual bebas dan banyak yang diedarkan tanpa resep dokter. Harga “pil sapi” tergolong murah, dijual oleh pengedar Rp25 ribu per 10 tablet.
Beberapa pecandu membeli “pil sapi” secara patungan. Dengan modal Rp 400 ribu mereka bisa mendapatkan 1.000 butir Trihexyphenidyl.
Sisa obat yang tidak dikonsumsi kemudian diedarkan dalam kemasan plastik kecil berisi 10 tablet. “Kami edukasi pemilik toko obat atau apotik jika ada anak pelajar yang membeli itu nggak boleh,” kata AKBP Catharina.
Baca:
Tak Berkutik, Lima Pemakai dan Pengedar Sabu di Kudus Diborgol PolisiBerdasarkan pengakuan para pelajar pasien rehabilitasi, alasan mengonsumsi narkoba karena salah bergaul dengan orang yang usianya lebih tua dan juga pecandu.“Mereka bergaul dengan yang usianya lebih tua. Bergaul dengan yang dewasa yang sudah pakai (narkotika)," ujar dia.Hubungan keluarga yang tidak akrab dengan anak juga menjadi penyebab lain para pelajar terjerat narkotika.“Lingkungan keluarga yang tidak peduli. Anak tidak pernah disapa. Cuma sekadar sekolah lalu dikasih uang," jelasnya.AKBP Catharina menjelaskan, saat ini tidak ada wilayah di Kabupaten Magelang yang 100 persen aman dari ancaman peredaran narkotika.“Justru sekarang ini narkoba sudah masuk ke desa. Desa paling pelosokpun, yang paling anteng, saya datangi itu ada yang pakai narkotika,” ujar Catharina.Baca:
160 Sekolah di Kendal Siap Gelar Pembelajaran Tatap MukaDia berharap masyarakat memiliki kepedulian ikut mengawasi lingkungan, terutama terhadap anak dan remaja. “Saya minta kepedulian dari siapapun semua warga Magelang yang tidak pakai, jangan pakai. Warga berani menyampaikan bahwa narkoba itu berbahaya," pungkasnya. Penulis: SupriyadiEditor: SupriyadiSumber:
Suara.com
[caption id="attachment_76439" align="alignleft" width="1024"]

Ilustrasi[/caption]
MURIANEWS, Magelang – Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Magelang mencatat pasien rehabilitasi yang ditangani saat ini didominasi pelajar. Ironisnya, jika dipersentase jumlahnya mencapai 70 persen.
Hal itu diungkapkan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Magelang, AKBP Catharina kepada awak media, Rabu (23/3/2022).
Baca:
300 Ribu Orang di Jateng Salah Gunakan Narkoba, 27% di Antaranya Pelajar
Ia menyebutkan, dominasi pelajar itu diketahui dari perkembangan tiap tahun. Di tahun 2019, BNN mencatat ada 21 orang menjalani rehabilitasi. Dari jumlah itu, 12 pasien atau 60 persen di antaranya berstatus pelajar.
”Jumlah itu bertambah di tahun 2020. Total ada 42 orang yang direhabilitasi. Itu yang pelajar 70 persen. Kemudian tahun 2021 pandemi, kami nggak bisa keluar sama sekali. Tapi kami melakukan IBM (intervensi berbasis masyarakat), dapat 18 orang yang direhabilitasi,” kata AKBP Catharina seperti dikutip
Suara.com, Kamis (24/3/2022)
Selain itu, lanjutnya, di tahun 2022 yang baru berjalan 3 bulan, BNN sudah merawat sembilan pasien rehabilitasi. Tujuh orang di antaranya juga berstatus pelajar.
“Mayoritas sama, pelajar juga. Masih mendominasi pelajar," paparnya.
Baca:
20.000 Pelajar di Jepara Deklarasikan Diri Tolak Narkoba
Para pelajar pengguna narkoba ini rata-rata mengonsumsi Trihexyphenidyl. Dikalangan pecandu psikotropika, tablet anti depresi ini dikenal dengan sebutan “pil sapi”.
Trihexyphenidyl dijual bebas dan banyak yang diedarkan tanpa resep dokter. Harga “pil sapi” tergolong murah, dijual oleh pengedar Rp25 ribu per 10 tablet.
Beberapa pecandu membeli “pil sapi” secara patungan. Dengan modal Rp 400 ribu mereka bisa mendapatkan 1.000 butir Trihexyphenidyl.
Sisa obat yang tidak dikonsumsi kemudian diedarkan dalam kemasan plastik kecil berisi 10 tablet. “Kami edukasi pemilik toko obat atau apotik jika ada anak pelajar yang membeli itu nggak boleh,” kata AKBP Catharina.
Baca:
Tak Berkutik, Lima Pemakai dan Pengedar Sabu di Kudus Diborgol Polisi
Berdasarkan pengakuan para pelajar pasien rehabilitasi, alasan mengonsumsi narkoba karena salah bergaul dengan orang yang usianya lebih tua dan juga pecandu.
“Mereka bergaul dengan yang usianya lebih tua. Bergaul dengan yang dewasa yang sudah pakai (narkotika)," ujar dia.
Hubungan keluarga yang tidak akrab dengan anak juga menjadi penyebab lain para pelajar terjerat narkotika.
“Lingkungan keluarga yang tidak peduli. Anak tidak pernah disapa. Cuma sekadar sekolah lalu dikasih uang," jelasnya.
AKBP Catharina menjelaskan, saat ini tidak ada wilayah di Kabupaten Magelang yang 100 persen aman dari ancaman peredaran narkotika.
“Justru sekarang ini narkoba sudah masuk ke desa. Desa paling pelosokpun, yang paling anteng, saya datangi itu ada yang pakai narkotika,” ujar Catharina.
Baca:
160 Sekolah di Kendal Siap Gelar Pembelajaran Tatap Muka
Dia berharap masyarakat memiliki kepedulian ikut mengawasi lingkungan, terutama terhadap anak dan remaja. “Saya minta kepedulian dari siapapun semua warga Magelang yang tidak pakai, jangan pakai. Warga berani menyampaikan bahwa narkoba itu berbahaya," pungkasnya.
Penulis: Supriyadi
Editor: Supriyadi
Sumber:
Suara.com