DPRD Kota Semarang Sepakat Perangi Hoaks dengan Literasi
Murianews
Kamis, 2 Juni 2022 19:00:49
MURIANEWS, Semarang – Banyaknya hoaks atau informasi palsu yang tersebar secara terbuka di berbagai platform digital dan media sosial dinilai sebagai biang terjadinya konflik di masyarakat.
Karena itu, ia mengajak semua orang untuk ikut memerangi hoaks dengan memberikan literasi untuk menyaring informasi ini.
Hal itu diungkapkan Wakil Komisi D DPRD Kota Semarang Rahmulyo Adiwibowo dalam sambutannya saat membuka Diskusi Terfokus (FGD) Kurikulum Cek Fakta & Literasi Berita di Sekolah yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) pada Kamis (2/6/2022) pagi.
”Kebebasan informasi sudah dilindungi UU nomor 14 tahun 2008. Tugas kita adalah menjaga kebebasan itu, karena informasi
ngawur yang bebas tersebar akan memicu terjadinya konflik,” ungkap mantan Ketua KIP Jateng itu.
Rahmulyo menyebutkan, ada orang-orang sengaja menyebar berita bohong di media sosial atau grup percakapan digital. Sementara, banyak orang yang malas membaca keseluruhan berita dan hanya membaca judulnya saja.
”Melihat kenyataan ini, kita semua mempunyai tanggung jawab moral untuk memperbaiki (situasi) ini dan mendidik anak-anak kita agar tidak terbiasa dengan kondisi itu,” tegas politikus PDI Perjuangan itu.
Hal tersebut juga diamini Wakil Ketua AMSI Pusat Irfan Djunaedi. Dalam sambutannya, Irfan mengatakan, FGD yang digelar di Patra Convention Hotel Semarang itu merupakan ikhtiar AMSI untuk memerangi tersebarnya berita bohong yang menyesatkan dan membawa korban.”Ini bukan sekadar tanggung jawab media, tapi juga semua
stake holder literasi seperti sivitas akademika kampus, pendidik di sekolah, NGO, dan lain-lain,” terangnya.Pemimpin Redaksi
Republika itu menegaskan, FGD ini penting karena Indonesia sedang mengalami kekeruhan informasi. Berita yang benar bercampur dengan yang keliru. Jika tidak mempunyai kemampuan untuk menyaringnya, akan muncul dampak negatif yang membahayakan.“Tidak sedikit peristiwa atau konflik yang dipicu oleh informasi yang keliru. Saya berharap ini jadi instrumen penting serta bekal yang berguna untuk menjadi filter saat kita disuguhi berbagai bentuk berita,” ujar koordinator kegiatan News Literacy Google di AMSI tersebut. Penulis: SupriyadiEditor: Supriyadi
[caption id="attachment_293443" align="alignleft" width="1212"]

AMSI menggelar Diskusi Terfokus (FGD) Kurikulum Cek Fakta & Literasi Berita di Sekolah yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) pada Kamis (2/6/2022) pagi.[/caption]
MURIANEWS, Semarang – Banyaknya hoaks atau informasi palsu yang tersebar secara terbuka di berbagai platform digital dan media sosial dinilai sebagai biang terjadinya konflik di masyarakat.
Karena itu, ia mengajak semua orang untuk ikut memerangi hoaks dengan memberikan literasi untuk menyaring informasi ini.
Hal itu diungkapkan Wakil Komisi D DPRD Kota Semarang Rahmulyo Adiwibowo dalam sambutannya saat membuka Diskusi Terfokus (FGD) Kurikulum Cek Fakta & Literasi Berita di Sekolah yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) pada Kamis (2/6/2022) pagi.
”Kebebasan informasi sudah dilindungi UU nomor 14 tahun 2008. Tugas kita adalah menjaga kebebasan itu, karena informasi
ngawur yang bebas tersebar akan memicu terjadinya konflik,” ungkap mantan Ketua KIP Jateng itu.
Rahmulyo menyebutkan, ada orang-orang sengaja menyebar berita bohong di media sosial atau grup percakapan digital. Sementara, banyak orang yang malas membaca keseluruhan berita dan hanya membaca judulnya saja.
”Melihat kenyataan ini, kita semua mempunyai tanggung jawab moral untuk memperbaiki (situasi) ini dan mendidik anak-anak kita agar tidak terbiasa dengan kondisi itu,” tegas politikus PDI Perjuangan itu.
Hal tersebut juga diamini Wakil Ketua AMSI Pusat Irfan Djunaedi. Dalam sambutannya, Irfan mengatakan, FGD yang digelar di Patra Convention Hotel Semarang itu merupakan ikhtiar AMSI untuk memerangi tersebarnya berita bohong yang menyesatkan dan membawa korban.
”Ini bukan sekadar tanggung jawab media, tapi juga semua
stake holder literasi seperti sivitas akademika kampus, pendidik di sekolah, NGO, dan lain-lain,” terangnya.
Pemimpin Redaksi
Republika itu menegaskan, FGD ini penting karena Indonesia sedang mengalami kekeruhan informasi. Berita yang benar bercampur dengan yang keliru. Jika tidak mempunyai kemampuan untuk menyaringnya, akan muncul dampak negatif yang membahayakan.
“Tidak sedikit peristiwa atau konflik yang dipicu oleh informasi yang keliru. Saya berharap ini jadi instrumen penting serta bekal yang berguna untuk menjadi filter saat kita disuguhi berbagai bentuk berita,” ujar koordinator kegiatan News Literacy Google di AMSI tersebut.
Penulis: Supriyadi
Editor: Supriyadi