Keren! Pedagang Pentol di Banyumas Ini Raup Laba Bersih Rp 1 Juta Per Hari
Murianews
Kamis, 21 Juli 2022 12:53:42
MURIANEWS, Banyumas – Kisah sukses selalu menjadi inspirasi seseorang. Tak terkecuali pedagang pentol bernama Kisno (26). Pemuda rantau asal Asinan, Kecamatan Kalibening, Banjarnegara di Banyumas ini berhasil meraup penghasilan bersih Rp 1 juta per hari.
Maklum saja, dalam sehari ia mampu menjual 10 ribu pentol dari 16 gerobak yang dimiliki. Saat ini ia pun membuat rumah produksi pentol di Kelurahan Mesi, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas.
Didepan awak media, Kisno pun menceritakan jatuh bangunnya dalam berwirausaha. Ingatannya pun tak segan diputar hingga 14 tahun silam. Kala itu, selepas pendidikan Sekolah Dasar ia memilih bekerja di Banjarnegara kota karena keterbatasan ekonomi.
Ia pun sempat menjadi pelayan di salah satu pedagang bakso ternama. Sayangnya, bosnya saat itu meminta Kisno untuk menjaga sawah selama sebulan menjelang panen.
Baca: Omzet Penjual Bendera Asal Garut Ini Capai Belasan Juta Dalam 3 Pekan”Saya sempat jaga sawah sebulan, kebetulan yang punya sawah itu juga punya usaha bakso nah saya akhirnya disuruh jadi pelayan di situ,” katanya seperti dikutip
Suara.com.
Tiga tahun lamanya ia bekerja sebagai pelayan bakso. Namun memasuki tahun kedua, ia meminta untuk terlibat dalam langsung dalam peracikan bakso sebelum dihidangkan.
Ibarat pekerja kantoran, jenjang karirnya naik satu tahap. Alhasil, dia sedikit mengetahui racikan bakso yang sedap dilidah pelanggan. Dari situlah basic meramu kuah bakso tercipta.
Memasuki periode ketiga, hasrat ingin maju dan berkembang tak terbendung. Ia memutuskan untuk keluar dari kerjaannya dan merantau ke Jakarta di usianya yang masih tergolong muda.
Tahun 2013, ia dibawa pamannya bekerja sebagai kuli bangunan di Jakarta. Sebenarnya, setelah lulus SD ia bercita-cita menjadi kuli bangunan. Namun keinginan itu baru tercapai 3 tahun kemudian.
Tak seindah yang ia bayangkan, ibukota terlalu keras bagi dirinya yang saat itu baru berusia 17 tahun. Ia pun hanya bertahan delapan bulan bekerja di Jakarta.
”Saya cuma betah delapan bulan di Jakarta. Tapi saya tidak menyesal. Karena dari awal niat saya pengin cari pengalaman dan berkembang. Kebetulan saya sempat berkeinginan jadi kuli setelah lulus SD,” ungkapnya.
Sepulangnya dari ibukota, dirinya mendapat tawaran dari salah satu pengusaha bakso di Banjarnegara untuk bekerjasama membuka usaha pentol. Namun bukan bekas tempat dirinya bekerja dahulu. Kesempatan ini tak disia-siakannya.
Baca: INSPIRATIF, Kisah Gitaris Muda Asal Purworejo yang Moncer sampai Luar NegeriPada tahun 2014, perjalanan membuka usaha pentol dimulai. Kota Purbalingga menjadi singgahan pertama Kisno. Bukan tanpa alasan, sewaktu itu, ia dimodali oleh pengusaha bakso asal Banjarnegara. Ia mengolah sendiri resep pentol yang kemudian diberi nama 'Pentol Deg-degan'.
Ia tak tahu persis dari mana, asal muasal dinamakan Pentol Deg-degan. Ini merupakan nama pemberian dari sang pemilik modal saat itu. Setahun berjalan usahanya berkembang.
Kisno kemudian diberi kepercayaan untuk melebarkan sayap ke Kabupaten Kebumen. Sedangkan usahanya di Purbalingga dikelola keponakan bosnya.
Jiwa dagangnya semakin terasah. Di Kebumen, usahanya juga berkembang. Terbukti dengan adanya tujuh gerobak yang dimilikinya. Namun, di Kebumen usahanya hanya bisa berjalan satu tahun.”Sebenarnya di Kebumen sudah jadi. Tapi ada persoalan pribadi yang akhirnya membuat usaha saya harus tutup. Dari situ saya mendapat pelajaran berharga lagi,” tuturnya.Angin membawa petualangan berdagang pentol ke Purwokerto. Di kota mendoan ini, awalnya ini hanya memiliki satu gerobak. Kompleks Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) menjadi langkah pertama otletnya buka.”Saya di modali dulu sama bos saya akhir tahun 2017. Omsetnya saat Rp 700 ribu per hari,” ujarnya.Waktu itu, dia langsung mempekerjakan orang. Hal ini bertujuan agar ia bisa fokus di dapur untuk mengolah daging ayam. Terlebih saat itu, ia juga yang belanja bahannya sendiri ke pasar.Tahun pertama usahanya mulai membuahkan hasil. Secara bertahap otletnya semakin bertambah banyak. Dari mulai kompleks kampus Unsoed, UIN Saizu dan pusat perbelanjaan di jantung kota Purwokerto.
Baca: Masih 25 Tahun, Perempuan Sragen Ini Jadi Lulusan Termuda Doktor di IPB”Total sekarang kalau tidak salah ada 16 gerobak. Tersebar di lima kecamatan. Alhamdulillah sudah bisa menikmati hasilnya sekarang,” akunya.Ia pun menyebutkan, untuk satu butir pentol berukuran kecil dibanderol dengan harga Rp 500. Sedangkan yang pentol berukuran besar berisi potongan daging dijual dengan harga Rp 3.500.Berapapun pelanggan membeli akan dilayani. Tidak dibatasi minimal pembelian. Namun menurutnya, rata-rata pelanggannya membeli tiap porsi Rp 5.000.Baginya, para pedagang yang berjualan produknya adalah mitra kerja. Ia tidak menyebut sebagai karyawan. Karena sistem pembayarannya bagi hasil. Hal inilah yang membuat para mitra kerjanya betah bekerjasama dengan Kisno.Dalam sehari Kisno mengaku bisa memproduksi daging ayam mencapai 50-70 kg. Dari total daging tersebut bisa menghasilkan 10 ribu butir pentol kecil dan besar. Pentol tersebut hampir bisa dipastikan habis dalam sehari.”Jadi kalau lokasi yang ramai itu bisa habis 2.200 butir pentol kecil. Tiap gerobak jumlahnya beda-beda. Tergantung ramai atau tidaknya. Karena saya jarang menyisakan pentol. Produksi hari ini ya saya usahakan habis untuk hari ini juga,” tuturnya.Dari banyaknya otlet tersebut yang kemudian membuat penghasilan Kisno terbilang fantastis. Dalam sehari, penghasilan bersihnya mencapai Rp 1 juta. Bahkan akhir-akhir ini dalam seminggu penghasilan bersihnya mencapai Rp 15 juta tiap minggu. Penulis: SupriyadiEditor: SupriyadiSumber: Suara.com
[caption id="attachment_303438" align="alignleft" width="880"]

Kusno (26) pemuda lulusan SD yang memiliki usaha pentol dengan penghasilan bersih Rp 1 juta perhari. (Suara.com/Anang Firmansyah)[/caption]
MURIANEWS, Banyumas – Kisah sukses selalu menjadi inspirasi seseorang. Tak terkecuali pedagang pentol bernama Kisno (26). Pemuda rantau asal Asinan, Kecamatan Kalibening, Banjarnegara di Banyumas ini berhasil meraup penghasilan bersih Rp 1 juta per hari.
Maklum saja, dalam sehari ia mampu menjual 10 ribu pentol dari 16 gerobak yang dimiliki. Saat ini ia pun membuat rumah produksi pentol di Kelurahan Mesi, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas.
Didepan awak media, Kisno pun menceritakan jatuh bangunnya dalam berwirausaha. Ingatannya pun tak segan diputar hingga 14 tahun silam. Kala itu, selepas pendidikan Sekolah Dasar ia memilih bekerja di Banjarnegara kota karena keterbatasan ekonomi.
Ia pun sempat menjadi pelayan di salah satu pedagang bakso ternama. Sayangnya, bosnya saat itu meminta Kisno untuk menjaga sawah selama sebulan menjelang panen.
Baca: Omzet Penjual Bendera Asal Garut Ini Capai Belasan Juta Dalam 3 Pekan
”Saya sempat jaga sawah sebulan, kebetulan yang punya sawah itu juga punya usaha bakso nah saya akhirnya disuruh jadi pelayan di situ,” katanya seperti dikutip
Suara.com.
Tiga tahun lamanya ia bekerja sebagai pelayan bakso. Namun memasuki tahun kedua, ia meminta untuk terlibat dalam langsung dalam peracikan bakso sebelum dihidangkan.
Ibarat pekerja kantoran, jenjang karirnya naik satu tahap. Alhasil, dia sedikit mengetahui racikan bakso yang sedap dilidah pelanggan. Dari situlah basic meramu kuah bakso tercipta.
Memasuki periode ketiga, hasrat ingin maju dan berkembang tak terbendung. Ia memutuskan untuk keluar dari kerjaannya dan merantau ke Jakarta di usianya yang masih tergolong muda.
Tahun 2013, ia dibawa pamannya bekerja sebagai kuli bangunan di Jakarta. Sebenarnya, setelah lulus SD ia bercita-cita menjadi kuli bangunan. Namun keinginan itu baru tercapai 3 tahun kemudian.
Tak seindah yang ia bayangkan, ibukota terlalu keras bagi dirinya yang saat itu baru berusia 17 tahun. Ia pun hanya bertahan delapan bulan bekerja di Jakarta.
”Saya cuma betah delapan bulan di Jakarta. Tapi saya tidak menyesal. Karena dari awal niat saya pengin cari pengalaman dan berkembang. Kebetulan saya sempat berkeinginan jadi kuli setelah lulus SD,” ungkapnya.
Sepulangnya dari ibukota, dirinya mendapat tawaran dari salah satu pengusaha bakso di Banjarnegara untuk bekerjasama membuka usaha pentol. Namun bukan bekas tempat dirinya bekerja dahulu. Kesempatan ini tak disia-siakannya.
Baca: INSPIRATIF, Kisah Gitaris Muda Asal Purworejo yang Moncer sampai Luar Negeri
Pada tahun 2014, perjalanan membuka usaha pentol dimulai. Kota Purbalingga menjadi singgahan pertama Kisno. Bukan tanpa alasan, sewaktu itu, ia dimodali oleh pengusaha bakso asal Banjarnegara. Ia mengolah sendiri resep pentol yang kemudian diberi nama 'Pentol Deg-degan'.
Ia tak tahu persis dari mana, asal muasal dinamakan Pentol Deg-degan. Ini merupakan nama pemberian dari sang pemilik modal saat itu. Setahun berjalan usahanya berkembang.
Kisno kemudian diberi kepercayaan untuk melebarkan sayap ke Kabupaten Kebumen. Sedangkan usahanya di Purbalingga dikelola keponakan bosnya.
Jiwa dagangnya semakin terasah. Di Kebumen, usahanya juga berkembang. Terbukti dengan adanya tujuh gerobak yang dimilikinya. Namun, di Kebumen usahanya hanya bisa berjalan satu tahun.
”Sebenarnya di Kebumen sudah jadi. Tapi ada persoalan pribadi yang akhirnya membuat usaha saya harus tutup. Dari situ saya mendapat pelajaran berharga lagi,” tuturnya.
Angin membawa petualangan berdagang pentol ke Purwokerto. Di kota mendoan ini, awalnya ini hanya memiliki satu gerobak. Kompleks Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) menjadi langkah pertama otletnya buka.
”Saya di modali dulu sama bos saya akhir tahun 2017. Omsetnya saat Rp 700 ribu per hari,” ujarnya.
Waktu itu, dia langsung mempekerjakan orang. Hal ini bertujuan agar ia bisa fokus di dapur untuk mengolah daging ayam. Terlebih saat itu, ia juga yang belanja bahannya sendiri ke pasar.
Tahun pertama usahanya mulai membuahkan hasil. Secara bertahap otletnya semakin bertambah banyak. Dari mulai kompleks kampus Unsoed, UIN Saizu dan pusat perbelanjaan di jantung kota Purwokerto.
Baca: Masih 25 Tahun, Perempuan Sragen Ini Jadi Lulusan Termuda Doktor di IPB
”Total sekarang kalau tidak salah ada 16 gerobak. Tersebar di lima kecamatan. Alhamdulillah sudah bisa menikmati hasilnya sekarang,” akunya.
Ia pun menyebutkan, untuk satu butir pentol berukuran kecil dibanderol dengan harga Rp 500. Sedangkan yang pentol berukuran besar berisi potongan daging dijual dengan harga Rp 3.500.
Berapapun pelanggan membeli akan dilayani. Tidak dibatasi minimal pembelian. Namun menurutnya, rata-rata pelanggannya membeli tiap porsi Rp 5.000.
Baginya, para pedagang yang berjualan produknya adalah mitra kerja. Ia tidak menyebut sebagai karyawan. Karena sistem pembayarannya bagi hasil. Hal inilah yang membuat para mitra kerjanya betah bekerjasama dengan Kisno.
Dalam sehari Kisno mengaku bisa memproduksi daging ayam mencapai 50-70 kg. Dari total daging tersebut bisa menghasilkan 10 ribu butir pentol kecil dan besar. Pentol tersebut hampir bisa dipastikan habis dalam sehari.
”Jadi kalau lokasi yang ramai itu bisa habis 2.200 butir pentol kecil. Tiap gerobak jumlahnya beda-beda. Tergantung ramai atau tidaknya. Karena saya jarang menyisakan pentol. Produksi hari ini ya saya usahakan habis untuk hari ini juga,” tuturnya.
Dari banyaknya otlet tersebut yang kemudian membuat penghasilan Kisno terbilang fantastis. Dalam sehari, penghasilan bersihnya mencapai Rp 1 juta. Bahkan akhir-akhir ini dalam seminggu penghasilan bersihnya mencapai Rp 15 juta tiap minggu.
Penulis: Supriyadi
Editor: Supriyadi
Sumber: Suara.com