Rabu, 19 November 2025


Orang tua korban, Dwi Wito Waluyo mengatakan, luka lebam tersebut diketahui saat ia melihat jenazah anaknya ke ponpes. Saat itu, ia melihat ada luka lebam dan memerah.

”Saya lihat hanya merah-merah wajah lebam gosong,” katanya seperti dikutip Detik Jatim.

Dwi menambahkan pihaknya meminta polisi mengusut kasus anaknya yang meninggal diduga dianiaya seniornya. Bahkan dari pengakuan rekan korban, ia tidak boleh menolong saat anaknya jatuh saat dipukul.

Baca: Santri asal Ngawi Meninggal Diduga Dianiaya Seniornya di Sragen

”Harapan saya diusut siapa yang bertanggung jawab. Saat jatuh temannya tidak boleh menolong,” terang Dwi.

Ia pun menjelaskan, korban merupakan anak semata wayangnya yang menimba ilmu di Ponpes Modern Sragen tersebut. Dwi mengaku mengirim anaknya menimba ilmu di ponpes dengan harapan bisa jadi bekal bagi DWW.

Namun harapan itu seketika buyar ketika pihak pondok tiba-tiba datang ke rumah mengabarkan bahwa anaknya telah meninggal.

’Awalnya Sabtu kemarin pimpinan datang ke rumah memberi kabar (anak meninggal) dan tanya si ananda punya bawaan penyakit apa,” katanya.Ia pun menjelaskan keluarga sangat terpukul atas meninggalnya anak satu-satunya tersebut. Korban yang sudah semester akhir sudah tiga tahun menimba ilmu itu dikenal baik dan suka menolong temannya.”Saya ketemu terakhir Jumat sehari sebelum kejadian. Anak ceria tidak ada apa-apa ketemu sendiri dengan teman-teman, biasa ngobrol kabar kasih makanan. Anaknya itu suka nolong orang,” terang Dwi.Sebelumnya diberitakan, seorang santri salah satu Pondok Pesantren (Ponpes) di Kabupaten Sragen meninggal dunia. Diduga santri tersebut mendapatkan perlakuan keras dari seniornya.Kasi Humas Polres Sragen Iptu Ari Pujianto membenarkan kejadian itu. Ia menyampaikan kejadian itu terjadi pada Sabtu (19/11) malam. Sementara santri yang tewas berinisial DWW (14) asal Ngawi, Jawa Timur Penulis: SupriyadiEditor: SupriyadiSumber: Detik Jatim

Baca Juga

Komentar

Jateng Terkini

Terpopuler