Cuaca Buruk, 100 Ton Lebih Ikan di Waduk Kedung Ombo Boyolali Mati
Murianews
Senin, 2 Januari 2023 15:39:35
Kepala Bidang (Kabid) Perikanan, Nurul Nugroho, menyatakan data tersebut merupakan data yang dilaporkan ke dinas, Senin (2/1/2023) pukul 08.00 WIB. Sementara, kematian ikan terjadi pada 31 pembudidaya ikan dengan sistem Keramba Jaring Apung (KJA)
”Jumlah kematian ikan mencapai 100 ton lebih dari 31 pembudidaya. Total kerugian mencapai Rp 2,7 miliar,” katanya seperti dikutip
Solopos.com, Senin (2/1/2023).
Baca: Hiu Tutul Sepanjang 6 Mater Mati Terdampar di Pantai Selatan CilacapIa menjelaskan, data tersebut masih akan terus berjalan karena kerugian petani masih dihitung. Ia mengatakan sempat mendapat data 288 ton ikan mati, akan tetapi harus diverifikasi.
”Disnakkan Boyolali akan berkoordinasi dan laporan ke Sekda terkait kejadian ini dan bantuan untuk petani di Waduk Kedung Ombo tersebut,” ungkapnya.
Nugroho mengungkapkan penyebabnya kematian massal karena cuaca sepekan tanpa sinar matahari sehingga kondisi air dingin dan terjadi
upwelling sekaligus drop oksigen (DO).
”Untuk upaya yang dilakukan ada pemindahan keramba dari titik yang aman
upwelling dan dipompa pakai diesel air untuk menaikkan DO,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan
upwelling adalah kejadian naiknya massa air bawah waduk Kedung Ombo yang banyak mengandung racun amonia ke permukaan sehingga meracuni ikan dan terjadi kematian massal.
Baca: Hiu Tutul Sepanjang 7 Meter Terdampar di Pantai Jember
Nugroho menjelaskan sumber terbesar racun amonia berasal dari sisa pakan dan kotoran ikan dari budidaya KJA.”Fenomena
upwelling sering terjadi karena
overload KJA dan terlalu intensifnya budidaya ikan dengan sistem KJA,” kata dia.Nugroho merekomendasikan beberapa hal seperti petani segera memanen ikan yang sudah masuk ukuran jual.Kemudian, pembatasan jumlah keramba di KJA WKO, pemantauan kualitas air secara berkala, efisiensi pemberian pakan ikan di KJA WKO, re-zonasi KJA di WKO, dan aplikasi sistem SMART KJA untuk budidaya ikan yang ramah lingkungan di WKO.’Kematian massal ikan karena fenomena upwelling sendiri merupakan siklus tahunan yang sering terjadi di hampir semua waduk dengan budidaya ikan KJA. Sangat perlu pendampingan dan penyadaran kepada kelompok KJA akan pentingnya monitor kualitas air,” kata dia.Terpisah, Kasi Pelayanan dan Kesra Desa Wonoharjo, Pujiyanto, menyatakan ia mendata
by name by address, kerugian yang diderita petani KJA mencapai 174,9 ton dengan 33 petani KJA terdampak.Untuk kerugian, ia mengalikan 174,9 ton dengan harga per kilogram Rp 25.000, maka dihasilkan kerugian Rp 4,37 miliar. Penulis: SupriyadiEditor: SupriyadiSumber: Solopos.com
Murianews, Boyolali – Cuaca buruk yang melanda sejak beberapa hari terakhir membuat 100 ton lebih ikan di Waduk Kedung Ombo, Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali, mati. Akibatnya, petani di desa setempat merugi hingga Rp 2,7 miliar.
Kepala Bidang (Kabid) Perikanan, Nurul Nugroho, menyatakan data tersebut merupakan data yang dilaporkan ke dinas, Senin (2/1/2023) pukul 08.00 WIB. Sementara, kematian ikan terjadi pada 31 pembudidaya ikan dengan sistem Keramba Jaring Apung (KJA)
”Jumlah kematian ikan mencapai 100 ton lebih dari 31 pembudidaya. Total kerugian mencapai Rp 2,7 miliar,” katanya seperti dikutip
Solopos.com, Senin (2/1/2023).
Baca: Hiu Tutul Sepanjang 6 Mater Mati Terdampar di Pantai Selatan Cilacap
Ia menjelaskan, data tersebut masih akan terus berjalan karena kerugian petani masih dihitung. Ia mengatakan sempat mendapat data 288 ton ikan mati, akan tetapi harus diverifikasi.
”Disnakkan Boyolali akan berkoordinasi dan laporan ke Sekda terkait kejadian ini dan bantuan untuk petani di Waduk Kedung Ombo tersebut,” ungkapnya.
Nugroho mengungkapkan penyebabnya kematian massal karena cuaca sepekan tanpa sinar matahari sehingga kondisi air dingin dan terjadi
upwelling sekaligus drop oksigen (DO).
”Untuk upaya yang dilakukan ada pemindahan keramba dari titik yang aman
upwelling dan dipompa pakai diesel air untuk menaikkan DO,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan
upwelling adalah kejadian naiknya massa air bawah waduk Kedung Ombo yang banyak mengandung racun amonia ke permukaan sehingga meracuni ikan dan terjadi kematian massal.
Baca: Hiu Tutul Sepanjang 7 Meter Terdampar di Pantai Jember
Nugroho menjelaskan sumber terbesar racun amonia berasal dari sisa pakan dan kotoran ikan dari budidaya KJA.
”Fenomena
upwelling sering terjadi karena
overload KJA dan terlalu intensifnya budidaya ikan dengan sistem KJA,” kata dia.
Nugroho merekomendasikan beberapa hal seperti petani segera memanen ikan yang sudah masuk ukuran jual.
Kemudian, pembatasan jumlah keramba di KJA WKO, pemantauan kualitas air secara berkala, efisiensi pemberian pakan ikan di KJA WKO, re-zonasi KJA di WKO, dan aplikasi sistem SMART KJA untuk budidaya ikan yang ramah lingkungan di WKO.
’Kematian massal ikan karena fenomena upwelling sendiri merupakan siklus tahunan yang sering terjadi di hampir semua waduk dengan budidaya ikan KJA. Sangat perlu pendampingan dan penyadaran kepada kelompok KJA akan pentingnya monitor kualitas air,” kata dia.
Terpisah, Kasi Pelayanan dan Kesra Desa Wonoharjo, Pujiyanto, menyatakan ia mendata
by name by address, kerugian yang diderita petani KJA mencapai 174,9 ton dengan 33 petani KJA terdampak.
Untuk kerugian, ia mengalikan 174,9 ton dengan harga per kilogram Rp 25.000, maka dihasilkan kerugian Rp 4,37 miliar.
Penulis: Supriyadi
Editor: Supriyadi
Sumber: Solopos.com