Guru Kelas V MI Muhammadiyah Gemantar, Nadia Devisa mengatakan, peristiwa itu terjadi saat kegiatan belajar mengajar (KBM) masih berlangsung, tepatnya sekitar pukul 08.15 WIB.
Saat kejadian, ia juga tengah mengajar di sebelah ruang yang ambruk itu mengaku mendengar suara gmuruh yang disusul jeritan anak-anak.
”Saya dan Bu Ning (Tri Lestariningsih, guru lain) langsung lari keluar. Saya kira ada siswa yang jatuh, ternyata yang jatuh atapnya dan menimpa anak-anak. Anak-anak dievakuasi keluar. Ada dua anak yang luka. Ibu kepala sekolah juga luka-luka,” ujarnya seperti dikutip
, Senin siang.
Ia menyebutkan, terdapat delapan siswa dan tiga guru di ruangan yang atapnya ambruk tersebut. Tiga guru itu terdiri atas Dwi Hastuti yang menjabat kepala sekolah sekaligus wali Kelas II, guru Kelas IV Reni Anggarwati, dan guru Kelas VI Rita Pustikawati.
”Dua siswa yang luka yakni Riko, siswa Kelas VI yang jarinya sobek 2 cm dan Fiko, siswa Kelas VI yang mengalami lecet pada kepala. Keduanya dibawa ke puskesmas,” katanya.
Sementara, sang kepala sekolah Dwi Hastuti harus dilarikan ke rumah sakit lantaran mengalami nyeri pada punggung dan perut. Ia diketahui tertimpa kayu saat hendak menyelamatkan diri.”Bu Kepala dilarikan ke RS PKU Muhammadiyah Masaran setelah tertmpa kayu,” jelasnya.Nadia memaparkan sudah empat bulan terakhir para siswa dari tiga kelas dijadikan satu ruangan. ”Di MI ini ada empat lokal, dua lokal sudah dibangun, yang satu ruang belum dibangun, malah ambruk atapnya,” ujarnya. Penulis: SupriyadiEditor: SupriyadiSumber: Solopos.com
Murianews, Sragen — Atap MI Muhammadiyah Demantar, Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, roboh lantaran dua kuda-kuda penyangga atap patah, Senin (9/1/2023). Akibatnya, tiga orang yakni kepala sekolah (kepsek) dan dua siswa luka akibat tertimpa reruntuhan.
Guru Kelas V MI Muhammadiyah Gemantar, Nadia Devisa mengatakan, peristiwa itu terjadi saat kegiatan belajar mengajar (KBM) masih berlangsung, tepatnya sekitar pukul 08.15 WIB.
Saat kejadian, ia juga tengah mengajar di sebelah ruang yang ambruk itu mengaku mendengar suara gmuruh yang disusul jeritan anak-anak.
Baca: Kena Terjangan Angin Kencang, Gedung SD di Grobogan Ini Tiba-Tiba Roboh
”Saya dan Bu Ning (Tri Lestariningsih, guru lain) langsung lari keluar. Saya kira ada siswa yang jatuh, ternyata yang jatuh atapnya dan menimpa anak-anak. Anak-anak dievakuasi keluar. Ada dua anak yang luka. Ibu kepala sekolah juga luka-luka,” ujarnya seperti dikutip
Solopos.com, Senin siang.
Ia menyebutkan, terdapat delapan siswa dan tiga guru di ruangan yang atapnya ambruk tersebut. Tiga guru itu terdiri atas Dwi Hastuti yang menjabat kepala sekolah sekaligus wali Kelas II, guru Kelas IV Reni Anggarwati, dan guru Kelas VI Rita Pustikawati.
”Dua siswa yang luka yakni Riko, siswa Kelas VI yang jarinya sobek 2 cm dan Fiko, siswa Kelas VI yang mengalami lecet pada kepala. Keduanya dibawa ke puskesmas,” katanya.
Baca: Atap Tribun Utara Stadion Wergu Kudus Roboh Diterjang Angin
Sementara, sang kepala sekolah Dwi Hastuti harus dilarikan ke rumah sakit lantaran mengalami nyeri pada punggung dan perut. Ia diketahui tertimpa kayu saat hendak menyelamatkan diri.
”Bu Kepala dilarikan ke RS PKU Muhammadiyah Masaran setelah tertmpa kayu,” jelasnya.
Nadia memaparkan sudah empat bulan terakhir para siswa dari tiga kelas dijadikan satu ruangan. ”Di MI ini ada empat lokal, dua lokal sudah dibangun, yang satu ruang belum dibangun, malah ambruk atapnya,” ujarnya.
Penulis: Supriyadi
Editor: Supriyadi
Sumber: Solopos.com