Temuan Dinkes, 44 Warga Boyolali Suspek Campak
Murianews
Rabu, 15 Februari 2023 13:12:52
Kepala Dinkes Boyolali Puji Astuti mengatakan, meski dinyatakan sebagai suspek campak, puluhan warga tersebut belum tentu positif campak. Karena itu, pihaknya masih menunggu hasil uji laboratorium.
”Jadi memang ada 44 suspek, untuk hasilnya (postof atau tidak) kami masih menunggu hasil lab di Yogyakarta. Sampai saat ini tidak ada tambahan suspek,” katanya seperti dikutip
Solopos.com, Selasa (14/2/2023).
Baca: Dinkes Tetapkan Boyolali KLB Campak, Segini TemuannyaPuji menyebutkan, temuan tersebut berasal dari beberapa puskesmas. Yakni Puskesmas Musuk, Ampel, Boyolali I dan II, Nogosari, Simo, Wonosegoro, Andong. Kemudian juga dari RS PKU Aisyiyah Boyolali, RSUD Pandan Arang Boyolali, dan Dinkes Sukoharjo yang menemukan suspek warga Banyudono.
Ia juga mengungkapkan pada 2021 terdapat dua anak suspek campak di Boyolali akan tetapi hasilnya negatif. Kemudian, pada 2022 ada sembilan suspek dengan empat positif campak.
”Sisanya yang lima masih menunggu hasil lab, tapi bisa berarti kemungkinan itu enggak (positif),” ungkapnya.
Untuk gejala, lanjutnya, hampir mirip dengan gabagen yaitu panas diikuti bercak-bercak merah pada kulit. Untuk pencegahan penyakit campak, bisa dengan melaksanakan imunisasi rutin dan juga selalu menjaga pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
”Kemarin waktu (pandemi) Covid-19 vaksin untuk campak sempat kosong karena kegiatan berkerumun juga dihindari. Sehingga anak-anak yang lahir pada 2020 dan 2021 termasuk kurang beruntung, vaksin waktu itu ngejar Covid-19, jadi vaksin rutin terabaikan,” terangnya.Puji mengakui, tidak ada imunisasi rutin campak pada 2020 dan 2021. Karena itu lah, pada tahun 2022 dan 2023 terjadi lonjakan suspek kasus campak di Boyolali. Pada 2022 tim surveilans Dinkes Boyolali mulai melakukan pengawasan untuk anak-anak yang terlambat imunisasi campak.
Baca: 1.735 Kasus Gejala Campak Ditemukan di Jateng, Paling Banyak dari Sini”Pada 2022 kami juga mulai fokus ke program Kejar Vaksin karena konsentrasinya sudah tidak hanya di Covid-19 tapi juga program imunisasi yang lain. Salah satunya campak yang bisa dijaga dengan program imunisasi, jadi kami kejar terus,” tambahnya. Penulis: SupriyadiEditor: SupriyadiSumber: Solopos.com
Murianews, Boyolali – Dinas Kesehatan (Dinkes) mencatat, hingga Selasa (14/2/2023) kemarin, terdapat 44 warga Boyolali dinyatakan suspek campak. Temuan tersebut merupakan temuan dari beberapa puskesmas dan rumah sakit selama tahun 2023.
Kepala Dinkes Boyolali Puji Astuti mengatakan, meski dinyatakan sebagai suspek campak, puluhan warga tersebut belum tentu positif campak. Karena itu, pihaknya masih menunggu hasil uji laboratorium.
”Jadi memang ada 44 suspek, untuk hasilnya (postof atau tidak) kami masih menunggu hasil lab di Yogyakarta. Sampai saat ini tidak ada tambahan suspek,” katanya seperti dikutip
Solopos.com, Selasa (14/2/2023).
Baca: Dinkes Tetapkan Boyolali KLB Campak, Segini Temuannya
Puji menyebutkan, temuan tersebut berasal dari beberapa puskesmas. Yakni Puskesmas Musuk, Ampel, Boyolali I dan II, Nogosari, Simo, Wonosegoro, Andong. Kemudian juga dari RS PKU Aisyiyah Boyolali, RSUD Pandan Arang Boyolali, dan Dinkes Sukoharjo yang menemukan suspek warga Banyudono.
Ia juga mengungkapkan pada 2021 terdapat dua anak suspek campak di Boyolali akan tetapi hasilnya negatif. Kemudian, pada 2022 ada sembilan suspek dengan empat positif campak.
”Sisanya yang lima masih menunggu hasil lab, tapi bisa berarti kemungkinan itu enggak (positif),” ungkapnya.
Untuk gejala, lanjutnya, hampir mirip dengan gabagen yaitu panas diikuti bercak-bercak merah pada kulit. Untuk pencegahan penyakit campak, bisa dengan melaksanakan imunisasi rutin dan juga selalu menjaga pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
”Kemarin waktu (pandemi) Covid-19 vaksin untuk campak sempat kosong karena kegiatan berkerumun juga dihindari. Sehingga anak-anak yang lahir pada 2020 dan 2021 termasuk kurang beruntung, vaksin waktu itu ngejar Covid-19, jadi vaksin rutin terabaikan,” terangnya.
Puji mengakui, tidak ada imunisasi rutin campak pada 2020 dan 2021. Karena itu lah, pada tahun 2022 dan 2023 terjadi lonjakan suspek kasus campak di Boyolali. Pada 2022 tim surveilans Dinkes Boyolali mulai melakukan pengawasan untuk anak-anak yang terlambat imunisasi campak.
Baca: 1.735 Kasus Gejala Campak Ditemukan di Jateng, Paling Banyak dari Sini
”Pada 2022 kami juga mulai fokus ke program Kejar Vaksin karena konsentrasinya sudah tidak hanya di Covid-19 tapi juga program imunisasi yang lain. Salah satunya campak yang bisa dijaga dengan program imunisasi, jadi kami kejar terus,” tambahnya.
Penulis: Supriyadi
Editor: Supriyadi
Sumber: Solopos.com