Sekolah Kebanjiran, SD di Klaten Ini Terpaksa Belajar Via Daring
Murianews
Kamis, 16 Februari 2023 15:15:10
Berdasarkan informasi, air menggenangi halaman serta ruangan di gedung sekolah. Ketinggian air di ruangan bahkan sempat mencapai 25 sentimeter dan membuat proses belajar terganggu.
Guru kelas VI SDN 2 Plosowangi, Aris Widagdo Setiawan mengatakan, Rabu (15/2/2023) pagi atau hari pertama banjir, siswa sempat masuk sekolah. Termasuk siswa kelas VI yang rencananya menggelar ujian praktik memasak.
Baca: Bengawan Solo Meluap, Puluhan Rumah di Giritirto Wonogiri Terandam Banjir”Namun, setengah jam kemudian atau sekitar pukul 07.30 WIB siswa dipulangkan lantaran air luapan sungai mulai menggenangi sekolah,” katanya seperti dikutip
Solopos.com, Kamis (16/2/2023).
Meski sudah mulai surut, air masih menggenangi sekolah di Plosowangi, Cawas, Klaten, yang kebanjiran luapan Sungai Dengkeng tersebut. Ketinggian air di dalam ruang kelas sekitar 5 sentimeter. Sementara di halaman sekolah antara 30 sentimeter hingga 50 sentimeter. Akibatnya siswa terpaksa mengikuti pembelajaran secara daring.
”Siswa ada 33 orang. Siswa tidak libur. Namun, pembelajaran dilakukan secara daring,” terangnya.
Aris menjelaskan sekolah tersebut sudah menjadi langganan banjir sejak 2017. Banjir disebabkan lantaran luapan Sungai Bengawan Solo. Dalam sebulan terakhir, sekolah itu sudah dua kali kebanjiran.
Pertama, pada Jumat (3/2/2023) lalu, sekolah itu kebanjiran, juga akibat luapan Sungai Dengkeng. Aris menjelaskan upaya penanganan sudah dilakukan bersama desa agar wilayah Plosowangi termasuk SDN 2 Plosowangi, Cawas Klaten, tidak lagi kebanjiran luapan Sungai Dengkeng.
Baca: Siswa SMPN 1 dan 2 Kudus Patungan Bantu Sekolah Kebanjiran di Setrokalangan
”Salah satunya dengan meninggikan tanggul. Namun, air tetap menggenangi perkampungan hingga sekolah ketika hujan mengguyur dengan intensitas lebat dan durasi lama,” tambahnya.Salah satu pedagang di tepi jalan raya Cawas-Pedan, Desa Plosowangi, Lastri, 30, mengatakan air juga sempat menggenangi warungnya yang sederet dengan SDN 2 Plosowangi pada Rabu mulai pukul 07.00 WIB. Air mulai surut pada Rabu sore sekitar pukul 15.00 WIB.”Di sini memang sudah menjadi langganan banjir. Kalau yang paling parah terdampak itu sekolah sama satu rumah di sebelahnya. Mungkin karena posisinya lebih rendah,” terangnya.Seperti diketahui, tiga kecamatan kebanjiran luapan Sungai Dengkeng Klaten pada Rabu lalu yakni Bayat, Cawas, dan Trucuk. Sungai Dengkeng tak mampu menampung debit air yang meningkat setelah hujan lebat dengan durasi cukup lama sejak Selasa (14/2/2023) malam.Di wilayah Bayat banjir menggenangi jalan perkampungan sejumlah desa di antaranya Paseban, Beluk, Jotangan, Krikilan, Kebon, Wiro, serta Talang. SMKN 1 Rota Bayat juga terendam banjir.Sementara itu, banjir kembali menggenangi Plosowangi, Cawas. Sejumlah jalan dan sekolah terendam. Sedangkan di wilayah Trucuk luapan Sungai Dengkeng menggenangi sejumlah jalan permukiman di Desa Planggu. Penulis: SupriyadiEditor: SupriyadiSumber: Solopos.com
Murianews, Klaten – Banjir yang menggenang di Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten sejak Rabu (15/2/2022) membuat kegiatan belajar mengajar di SDN 2 Plosowangi terpaksa beralih ke daring. Langkah itu terpaksa dilakukan lantar sekolah masih terendam banjir.
Berdasarkan informasi, air menggenangi halaman serta ruangan di gedung sekolah. Ketinggian air di ruangan bahkan sempat mencapai 25 sentimeter dan membuat proses belajar terganggu.
Guru kelas VI SDN 2 Plosowangi, Aris Widagdo Setiawan mengatakan, Rabu (15/2/2023) pagi atau hari pertama banjir, siswa sempat masuk sekolah. Termasuk siswa kelas VI yang rencananya menggelar ujian praktik memasak.
Baca: Bengawan Solo Meluap, Puluhan Rumah di Giritirto Wonogiri Terandam Banjir
”Namun, setengah jam kemudian atau sekitar pukul 07.30 WIB siswa dipulangkan lantaran air luapan sungai mulai menggenangi sekolah,” katanya seperti dikutip
Solopos.com, Kamis (16/2/2023).
Meski sudah mulai surut, air masih menggenangi sekolah di Plosowangi, Cawas, Klaten, yang kebanjiran luapan Sungai Dengkeng tersebut. Ketinggian air di dalam ruang kelas sekitar 5 sentimeter. Sementara di halaman sekolah antara 30 sentimeter hingga 50 sentimeter. Akibatnya siswa terpaksa mengikuti pembelajaran secara daring.
”Siswa ada 33 orang. Siswa tidak libur. Namun, pembelajaran dilakukan secara daring,” terangnya.
Aris menjelaskan sekolah tersebut sudah menjadi langganan banjir sejak 2017. Banjir disebabkan lantaran luapan Sungai Bengawan Solo. Dalam sebulan terakhir, sekolah itu sudah dua kali kebanjiran.
Pertama, pada Jumat (3/2/2023) lalu, sekolah itu kebanjiran, juga akibat luapan Sungai Dengkeng. Aris menjelaskan upaya penanganan sudah dilakukan bersama desa agar wilayah Plosowangi termasuk SDN 2 Plosowangi, Cawas Klaten, tidak lagi kebanjiran luapan Sungai Dengkeng.
Baca: Siswa SMPN 1 dan 2 Kudus Patungan Bantu Sekolah Kebanjiran di Setrokalangan
”Salah satunya dengan meninggikan tanggul. Namun, air tetap menggenangi perkampungan hingga sekolah ketika hujan mengguyur dengan intensitas lebat dan durasi lama,” tambahnya.
Salah satu pedagang di tepi jalan raya Cawas-Pedan, Desa Plosowangi, Lastri, 30, mengatakan air juga sempat menggenangi warungnya yang sederet dengan SDN 2 Plosowangi pada Rabu mulai pukul 07.00 WIB. Air mulai surut pada Rabu sore sekitar pukul 15.00 WIB.
”Di sini memang sudah menjadi langganan banjir. Kalau yang paling parah terdampak itu sekolah sama satu rumah di sebelahnya. Mungkin karena posisinya lebih rendah,” terangnya.
Seperti diketahui, tiga kecamatan kebanjiran luapan Sungai Dengkeng Klaten pada Rabu lalu yakni Bayat, Cawas, dan Trucuk. Sungai Dengkeng tak mampu menampung debit air yang meningkat setelah hujan lebat dengan durasi cukup lama sejak Selasa (14/2/2023) malam.
Di wilayah Bayat banjir menggenangi jalan perkampungan sejumlah desa di antaranya Paseban, Beluk, Jotangan, Krikilan, Kebon, Wiro, serta Talang. SMKN 1 Rota Bayat juga terendam banjir.
Sementara itu, banjir kembali menggenangi Plosowangi, Cawas. Sejumlah jalan dan sekolah terendam. Sedangkan di wilayah Trucuk luapan Sungai Dengkeng menggenangi sejumlah jalan permukiman di Desa Planggu.
Penulis: Supriyadi
Editor: Supriyadi
Sumber: Solopos.com