– JNE Magelang mengakui menemukan sejumlah kendala selama memberikan pelayanan kepada
saat pandemi Covid-19. Kendala tersebut paling banyak berupa
dan besaran tarif.
biasanya muncul saat para penjual melakukan transaksi dengan menggunakan wadah berbahan dasar kaca. Karena tak bisa terjamin keutuhannya pihak JNE biasanya menyarankan untuk melakukan
ulang.
”Namun, ada juga yang bertahan. Misalnya jualan dengan bahan dasar yang sifatnya cairan, contoh madu. Mereka biasanya minta wadahnya tetap dari botol kaca. Tapi karena mudah pecah akhirnya mau tidak mau harus di
ulang,” ungkapnya.
Biasanya, lanjutnya, botol tersebut akan diberikan bubble supaya menghindari gesekan dan tidak rawan pecah. Setelah itu di-
dengan kayu.
”Itu semua biasanya kami bernegosiasi dulu dengan penjual. Biasanya, kami akan memberi diskon atau servis terbauk supaya
”Itu semua biasanya kami bernegosiasi dulu dengan penjual. Biasanya, kami akan memberi diskon atau servis terbauk supaya
Bambang juga mengakui, untuk mengembangkan JNE pihaknya selalu koordinasi dengan pelaku UMKM, khususnya terkait kekurangan dalam pelayanan. Kekurangan yang disampaikan selalu menjadi bahan evaluasi untuk berbenah.”
dengan cara itu banyak yang setia dan memberikan masukan. Masukan itu selalu kita kembangkan dan kolaborasikan dengan teman-teman umkm,” ungkapnya. Reporter: SupriyadiEditor: Supriyadi
[caption id="attachment_284266" align="alignleft" width="1364"]

Bambang Kristiandi, Branch Manager JNE Magelang. (MURIANEWS/Tangkap Layar)[/caption]
MURIANEWS, Magelang – JNE Magelang mengakui menemukan sejumlah kendala selama memberikan pelayanan kepada
costumer saat pandemi Covid-19. Kendala tersebut paling banyak berupa
packaging dan besaran tarif.
Bambang Kristiandi, Branch Manager JNE Magelang menjelaskan, persoalan
packaging biasanya muncul saat para penjual melakukan transaksi dengan menggunakan wadah berbahan dasar kaca. Karena tak bisa terjamin keutuhannya pihak JNE biasanya menyarankan untuk melakukan
packaging ulang.
Baca:
Bantu UMKM, JNE Magelang Gelar Webinar Ngajak Online 2022
”Namun, ada juga yang bertahan. Misalnya jualan dengan bahan dasar yang sifatnya cairan, contoh madu. Mereka biasanya minta wadahnya tetap dari botol kaca. Tapi karena mudah pecah akhirnya mau tidak mau harus di
packing ulang,” ungkapnya.
Biasanya, lanjutnya, botol tersebut akan diberikan bubble supaya menghindari gesekan dan tidak rawan pecah. Setelah itu di-
packing dengan kayu.
”Itu semua biasanya kami bernegosiasi dulu dengan penjual. Biasanya, kami akan memberi diskon atau servis terbauk supaya
customer tetap memilih JNE,” terangnya.
Baca:
UMKM Buka-bukaan ke Ganjar soal Untung Masuk Pasar Digital
Bambang juga mengakui, untuk mengembangkan JNE pihaknya selalu koordinasi dengan pelaku UMKM, khususnya terkait kekurangan dalam pelayanan. Kekurangan yang disampaikan selalu menjadi bahan evaluasi untuk berbenah.
”
Alhamdulillah dengan cara itu banyak yang setia dan memberikan masukan. Masukan itu selalu kita kembangkan dan kolaborasikan dengan teman-teman umkm,” ungkapnya.
Reporter: Supriyadi
Editor: Supriyadi