Minggu, 1 Oktober 2023

Makam Kakek Habib Luthfi di Semarang Memprihatinkan

Supriyadi
Rabu, 31 Mei 2023 11:16:53
Kondisi makam Mbah Luhung, salah satu ulama di Kota Semarang tampak kurang terawat. (semarangkota.go.id)
Murianews, Semarang – Kondisi makam Habib Luhung Alwi bin Hasan bin Toha bin Yahya atau Mbah Luhung saat ini kurang terawat. Makam ulama yang masih memiliki nasab sebagai kakek Habib Luthfi bin Yahya itu bahkan sangat memprihatinkan.

Kondisi itu terjadi lantaran perawatan yang dilakukan saat ini hanya mengandalkan sedekah dari peziarah. Pihak pengelola pun berharap ada bantuan dari pemkot setempat.

Melansir dari laman resmi Pemkot Semarang, makam Mbah Luhung ini berada di Jalan Tunggu Raya Timur, Perum Cluster Dahlia, Meteseh, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang

Menurut informasi, Mbah Luhung ini merupakan putra dari Habib Hasan dan masih memiliki hubungan darah alias nasab dengan Habib Toha atau Mbah Depok, yang juga alim ulama dan pejuang bangsa ini.

Kali pertama, makam Mbah Luhung ini ditemukan oleh Habib Luthfi pada tahun 2017. Sementara Pemkot Semarang melakukan revitalisasi untuk meningkatkan wisata religi pada tahun 2019 lalu.

Baca: Meninggal di Tanah Suci, Jemaah Haji Asal Demak Bakal Dimakamkan di Pemakaman Baqi

”Area pemakaman ini ditemukan tahun 2017 lalu oleh Habib Lutfi bin Yahya. Sebenarnya tahun 2013 sudah ditemukan makam Mbah Luhung. Dan baru di ketahui masih keluarga Habib Lutfi pada tahun 2017 itu,” kata Juru kunci area pemakaman Mbah Luhung, Ahmad Susanto Albari.

Sebelum ada yang menemukan, lanjut dia, pria yang akrab di sapa Gus Susanto, Mbah Luhung merupakan kakek dari Habub Lutfi. Dahulu pada tahun 2013, sebelum ada pembangunan area pemakaman ini masih kawasan hutan dan dikelilingi sungai.

”Karena dulu belum tahu ini makam siapa, tetap saya rawat dan alhamdulilah ketemu ternyata kakek dari Abah (Habib Lutfi,red),” tuturnya.

Sekitar tahun 2018 dan 2019, area pemakaman di lakukan revitalisasi, mulaidari pavingisasi hingga pembangunan bangunan penunjang lainnya. Namun karena termakan usia, akhirnya banyak atap atau eternity yang rusak dan jebol.

Gus Susanto sendiri berharap Pemkot Semarang bisa memberikan bantuan berupa pembangunan ulang. Tujuannya agar peziarah bisa nyaman, dan bisa dijadikan kawasan wisata religi.

”Peziarah sebenarnya banyak, mohon bisa kembali diperhatikan agar wisatawan juga nyaman. Selain itu butuh di bangun pagar, karena banyak anak-anak yang bermain di sungai dan cukup membahayakan,” tambahnya.

Untuk perawatan sehari-hari, ia mengaku hanya mengandalkan sedekah dari peziarah yang datang setiap hari dan kemudian di kumpulkan.

Itupun jumlahnya tidak seberapa, kadang terkumpul Rp 100 ribu, kadang lebih. Uang sebesar itupun habis untuk membayar listrik yang tiap bulannya sekitar Rp 100 ribu.

”Saya berharap kepada pemkot untuk lebih memperhatikan, misal mengganti lampu dan perbaikan lainnya. Apalagi kamar mandi yang ada masih belum jadi,” pungkasnya.

Komentar