Rabu, 19 November 2025


”Kami kan tidak mungkin menutup lalu lintas hewan, mosok lewat ora oleh (masa hanya lewat tidak boleh), meh ngedol barang ora oleh (mau menjual barang tidak boleh) jadi ya tergantung pengawasannya. Karena lalu lintasnya memang lewat situ,” katanya dalam laman resmi Pemda DIY.

Sri Sultan mengatakan lalu lintas hewan ternak tergolong tinggi di DIY, termasuk di Gunungkidul selama ini. Beliau pun berharap pengawasan lalu lintas hewan di daerah lainnya juga dapat diperketat, sehingga hewan yang melalui DIY dapat dijaga keamanannya.

”Lalu lintasnya tinggi, sekarang tergantung daerah lain juga, bagaimana mengantisipasi antraks itu merupakan sesuatu yang penting. Jika perdagangan ternak seperti ini tidak ketat, antraks ya pasti tidak pernah bisa diselesaikan dan seharusnya cara penanganannya sama,” tandasnya.

Menurut Sri Sultan, dengan pengetatan pengawasan perdagangan ternak yang ada di setiap daerah, maka dapat menghindarkan dari persebaran antraks di DIY. Hal ini berkaca pada penyebaran pengulangan kasus antraks yang pernah terjadi di DIY pada 2019 dan 2020 lalu.

Dengan pengetatan pengawasan lalu lintas hewan ternak maka setidaknya mampu meminimalisasi persebaran kasus antraks di DIY.

”Jika sudah tahu antraks, namun tetap dikirimkan lalu kurang cermat. Akhirnya tidak hanya sekarang, dua tahun lalu juga begitu,” imbuhnya.
Raja Keraton Yogyakarta tersebut pun sangat menyayangkan munculnya kasus antraks di Gunungkidul yang terjadi sejak Juni 2023. Sri Sultan memahami masyarakat menyayangkan hewan yang dipeliharanya mati secara tiba-tiba.Meski begitu, masyarakat perlu waspada terhadap penyakit yang mungkin ada dalam hewan ternaknya tersebut. Kejadian di Gunungkidul dapat menjadi penyebab persebaran antraks di DIY.”Sudah tahu antraks ya dimakan bersama, eman-eman (sayang) kalau terus dipendam. Ini kan masalah, mungkin literasinya jalan, tapi mungkin kurang teliti memeriksa jadi sulit. Hal ini selalu terulang, malah korban makin banyak,” katanya.Sri Sultan sekaligus berharap masyarakat dapat menguburkan hewan yang mati secara tiba-tiba bukan malah mengonsumsinya. Kasus antraks yang muncul di Gunungkidul karena hewan ternaknya mati kemudian disembelih dan dimakan bersama.Kasus ini terus berulang karena masyarakat sendiri menyepelekannya. Seharusnya masyarakat langsung menguburkan hewan ternaknya jika mati tiba-tiba. Selain itu, Pemkab Gunungkidul sendiri, khususnya para petugas pos lalu lintas perdagangan ternak harus lebih tegas pengawasan.”Pos lalu lintas hewan ternak yang ada di tiap daerah perbatasan dapat diperketat. Sekarang bagaimana petugas itu lebih teliti, kalau kurang tenaga ya ditambah, kalau cukup ya kalau mengawasi tidak sekadar mengawasi, tetapi diperiksa betul sapi yang lewat," ucap Gubernur DIY.

Baca Juga

Komentar

Jateng Terkini