Rabu, 19 November 2025


Hal ini disampaikan dalam Jateng Digital Conference (JDC) 2023 yang digelar AMSI Jateng pada sesi kedua dengan tema Digitalisasi Perbankan. Sesi kedua ini dimoderatori Erwin Ardian Pimred Tribun Jateng, Rabu (1/3/2023).

Ia menjelaskan, ada sejumlah konsep dan teknik serangan yang dilakukan pelaku kejahatan siber di dunia digitalisasi. Sebelum menjalankan aksinya, konsep yang dilakukan pelaku akan melakukan pengintaian, hingga ujicoba atau trial dan error.

”Ketika berhasil lanjut, mereka baru melakukan serangan sesungguhnya," katanya.

Lebih lanjut, saat sudah berhasil mendapatkan sasaran kejahatan, pelakunya akan meninggalkan celah untuk nantinya masih bisa mengakses sistem yang tengah disasar. Selain itu, jejak serangan juga akan ditutupi dengan kegiatan yang dinamakan anti forensik.

”Jadi tidak langsung hilang, mereka juga meninggalkan celah untuk masih bisa mengakses dan meninggalkan program yang dinamakan backdoor," ujarnya.

Baca: Catat! Begini Cara Mengantisipasi Kejahatan Siber

Kemudian, para pelaku yang melakukan aksi kejahatan siber juga menggunakan berbagai teknik. Seperti eksploitasi kerentanan pada perangkat lunak, penanaman berbagai macam virus, seperti malware, spyware, ransomeware, rootkit, trojan, hingga worm.

Ada lagi teknik yang saat ini kerap dipakai, yakni melalui soal enginering baik human based, komputer based, dan mobil based.”Human based misalnya ada orang sok kenal dan lain-lain. Komputer dan mobile based biasanya lewat perpesanan," ujarnya.Baca:Kejahatan Cyber Jadi Ancaman Serius Digitalisiasi Keuangan, Ini BentuknyaTak hanya itu, sniffing atau pengintipan lalu lintas jaringan juga biasa dilakukan oleh pelaku kejahatan siber. Di mana mereka akan menunggu di tengah lalu lintas jaringan melihat aktivitas dan celah yang bisa diambil.”Ada juga bruteforce atau serangan membabi buta yang biasanya menggunakan kamus," ujarnya. Reporter: Yuda Auliya RahmanEditor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar

Jateng Terkini

Terpopuler