Rabu, 19 November 2025

Murianews, Semarang – Ada delapan maskot dalam gelaran Tour de Borobudur XXIII ‘Unity in Diversity’. Maskot-maskot itu nantinya juga akan jadi trofi bagi pemenang Tour Borobudur yang digelar 5-6 Agustus 2023.

Delapan maskot tersebut merupakan ikon budaya dari sejumlah wilayah di Indonesia. Yakni Reog, Ondel-ondel, Hudoq, Coka Iba, Barong, Wolay, Topeng Raja Ampat, dan Sigalegale. Maskot Tour de Borobudur ini merupakan karya seniman Eduard Chris Yonata.

Beberapa, mungkin kurang familiar di telinga. Seperti Coka Iba dari Maluku Utara, atau Wolay-nya Sulawesi Utara. Kedua budaya tersebut menyimpan filosofi yang cukup luar biasa.

Coka Iba merupakan sebuah ritual religi yang kerap dilakukan masyarakat Kabupaten Weda, Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara untuk memeringati Maulud Nabi Muhammad SAW. Dalam ritual tersebut, para pemain Coka Iba mengenakan topeng dengan karakter yang berbeda-beda.

Sementara Wolay merupakan tradisi asli daerah Poopo, sebuah desa di kecamatan Ranoyapo, Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara. Mayoritas warga Desa Poopo merupakan petani.

Zaman dulu, nyaris semua petani setempat merasa terganggu dengan keberadaan moyet/yaki atau yang biasa disebut wolay. Para petani kemudian mebuat semacam orang-orangan sawah untuk mengusir yaki tanpa menyakiti.

Kini, Wolay digaungkan untuk melindungi populasi yaki yang terancam punah lantaran kerap diburu untuk dijadikan bahan makanan.

”Sebenarnya ada banyak tradisi atau budaya lain di Indonesia Timur yang ingin saya masukkan dalam ikon ini. Tapi karena literasi tentang budaya itu masih sangat minim, jadi perlu riset sendiri,” kata Yonata.

Secara umum, delapan ikon yang dijadikan maskot Tour de Borobudur XXIII ini sudah menggambarkan tema ‘Unity in Diversity’. Di setiap ikon, Yonata juga menyelipkan sosok Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang digambarkan ramah dan mudah berinteraksi dengan masyarakat.

Bahkan di ikon Ondel-ondel, Ganjar menjadi boneka khas Betawi tersebut. ”Ini menggambarkan jika Pak Ganjar sangat dekat dengan masyarakat dan peduli dengan budaya,” tuturnya.

Maskot Tour de Borobudur XXIII juga diwujudkan dalam bentuk diorama tiga dimensi. Delapan ikon tersebut direalisasikan dengan bahan dasar epoxy clay. Yonata harus melibatkan lima orang untuk membuatnya.

Salah satunya seniman clay asal Surabaya, Perta Dewi Handayani. Sementara yang lainnya adalah siswa SMP Kristen Tritunggal Semarang. Joany Lidya Putri Samosir, Maisa Devina Nugroho, Fellicia Chelsea Ardian, dan Gracelyn Christy Prayitno.

Komentar

Jateng Terkini

Terpopuler