Rabu, 19 November 2025

Murianews, Karanganyar – Para petani di Jawa Tengah didorong untuk menerapkan sistem mina padi. Karena sistem ini dinilai lebih menguntungkan untuk petani, dan bisa menghemat pupuk.

Dorongan ini disampaikan oleh Ketua DPRD Jateng Sumanto setelah melihat panen mina padi yang melimpah di persawahan yang dikelola Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Jolotundo, Kelurahan Jungke, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar, Selasa (19/12/2023).

Dengan sistem mina padi, petani bisa meningkatkan hasil produksi, mampu mengurangi hama, hemat pupuk, dan petani juga mendapat tambahan cuan dari panen ikan.

Dari panen Mina Padi pada lahan sawah dengan luas sekitar satu hektare bisa menghemat penggunaan pupuk hingga 60 persen. Produksi padi juga meningkat 11 persen meskipun luas lahan pertanian harus berkurang 10 persen, karena dipasangi caren untuk kolam ikan.

”Dengan sistem ini petani nggak bingung lagi pupuk mahal akibat subsidi dikurangi. Ini tidak pakai pupuk subsidi saja sudah untung," ujar Sumanto.

Menurut Sumanto, pengembangan sistem mina padi di Kabupaten Karanganyar tersebut berawal dari keluhan petani terkait banyaknya hama tikus. Ide pengembangan Mina Padi muncul saat Sumanto berkunjung ke Kabupaten Banyumas. Maka pada tahun 2023 pihaknya mengusulkan bantuan mina padi untuk Kabupaten Karanganyar.

Sistem Mina Padi dilakukan dengan menyisakan 10 persen luas persawahan untuk caren. Lahan tersebut kemudian ditaburi bibit ikan.

Menggunakan sistem tersebut, petani bisa menghemat penggunaan pupuk urea dan masalah hama tikus teratasi. Sebab tikus yang hendak memakan padi terhalang oleh air.

Ini terbukti di persawahan di Kelurahan Jungke tersebut yang sudah dua kali panen padi dan sekali panen ikan nila.

”Dikasih ini (Mina Padi) tikusnya enggak ada. Produksi beras juga meningkat. Petani jadi untung, apalagi saat ini harga beras bagus," ujar mantan Ketua DPRD Kabupaten Karanganyar tersebut.

Lebih lanjut Sumanto mendorong mina padi terus dikembangkan karena hasilnya bagus. Ia mengakui masih ada tantangan penerapan mina padi.

Yaitu terkait pola pikir dan kebiasaan petani. Namun ia meyakini, para petani akan tertarik jika sudah mendapati bukti hasil pertanian yang meningkat.

”Para petani ini bertani berdasarkan kebiasaan mereka. Padahal sekarang teknologi pertanian sudah berkembang. Ini bukti nyata. Kalau sudah dua atau tiga kali panen mereka akan tertarik karena selain panen padi, ada penghasilan lain dari panen ikan," paparnya.

Sementara Ketua Gapoktan Sidomakmur, Harmanto mengatakan, program mina padi tersebut sudah berjalan delapan bulan atau dua periode tanam padi. Produksi padi pertama menghasilkan 5,8 ton per hektare dan panen kedua sekitar 6,3 ton per hektare.

Ia mengklaim selama menerapkan sistem mina padi, produksi padi di lahan tersebut bisa meningkat 11 persen, dan tidak menggunakan pestisida.

Komentar

Jateng Terkini

Terpopuler