Sabtu, 14 Juni 2025

BERBICARA tentang Ramadan, sudah jelas merupakan menjadi sebuah bulan yang dinanti-nantikan umat muslim dari berbagai belahan dunia. Banyak yang berdoa dan berharap akan dipertemukan kembali dengan bulan yang penuh rahmat dan penuh berkah ini.

Pahala dilipatgandakan, dosa-dosa dihapuskan. Pintu surga dibuka selebar-lebarnya dan pintu neraka ditutup serapat-rapatnya. Itu hanya segelintir dari keistimewaan Bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah.

Belum dengan amalan-amalan kita yang dilipatgandakan hingga 70 kali di bulan Ramadan, Nuzurul Quran, hingga Lailatul Qodar dan akhirnya menuju sebuah kefitrahan di Idulfitri.

Maka wajarlah umat muslim berdoa: أللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَان

Yang berarti ”Ya Allah berikanlah kami berkah di bulan rajab, kemudian berkahilah pula kami di bulan syaban dan izinkanlah kami untuk dipertemukan kembali di Bulan Ramadan,”.

Bila sudah dikabulkan oleh Allah, kita tentu menjadi seorang muslim yang sangat beruntung. Kita diberi kesempatan kembali oleh Allah untuk bertemu kembali dengan bulan yang penuh rahmat ini.

Ramadan dengan segala keistimewaannya merupakan sebuah kesempatan emas bagi siapapun yang ingin memperbanyak pahala-pahalanya.

Pada Ramadan kali ini pula, kita diajarkan sebuah toleransi. Sebuah keadaan yang mengajarkan kita untuk saling menghormati keputusan masing-masing umat muslim. Tanggal puasa yang berbeda, tidak menjadikan kita umat muslim untuk saling mencari siapa yang benar dan siapa yang salah.

Mereka yang mengikuti ketetapan pemerintah bisa mentolerir mereka yang berpuasa terlebih dahulu karena mengikuti ketetapan Muhammadiyah. Ini tentu sebuah hal yang baik di mana umat islam bisa saling bertoleransi antarsesama.

Ketika antarumat muslim saja sudah bertoleransi, marilah kembali memperluas rasa bertoleransi kita kepada umat berbeda agama. Tunjukkanlah bahwa islam adalah sebuah agama yang menjunjung tinggi rasa toleransi.

Sungguh betapa indahnya kehidupan dalam masyarakat majemuk ini bila sebuah toleransi dijunjung tinggi dan menimbulkan keharmonisan dalam bermasyarakat.

Pada Ramadan tahun ini juga, menjadi sebuah obat dari segala kekecewaan dan amarah atas apa yang tidak terlaksana ataupun belum terlaksana di tahun politik ini.

Saya berkhusnudzon bila KPU dan Pemerintah memang sengaja menetapkan pemilihan umum pada 14 Februari lalu. Sehingga ketika semuanya selesai, maka mereka yang masih menyimpan perasaan tidak menyenangkan seperti dengki dan marah, bisa ternetralkan di Bulan Ramadan ini.

Pada pertengahan April nanti, adalah puncak dari segala puncaknya. Segala perasaan iri dengki, marah dan hal buruk lainnya, harus saling dimaafkan. Kita kembali ke fitrah lagi, kita kembali ke suci lagi dan kita kembali ke fitrah kita sebagai manusia yang menerima sebuah perbedaan.

Namun sebelum itu,Ramadan sejatinya sudah merupakah bulan yang saling memaafkan, Ramadan adalah bulan dengan berbagai kesempatan emas untuk menambah amal ibadah kita di dunia. Maka dari itu hendaklah untuk bisa memanfaatkan bulan ini dengan sebaik-baiknya. (*)

Komentar

Terpopuler