Jelang Pemilu 2024, Puluhan Jurnalis Dilatih Cek Fakta
Dani Agus
Senin, 20 November 2023 09:49:00
Murianews, Karanganyar – Sebanyak 30 jurnalis dari Jawa Tengah dan Jawa Timur mengikuti cek fakta guna melawan disinformasi dan misinformasi jelang Pemilu 2024 ini.
Kegiatan yang diselenggarakan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) bekerja sama dengan Asosiasi Jurnalis Independen (AJI), Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) dan Google News Institute itu digelar di Hotel Alana, Colomadu, Kabupaten Karanganyar.
Awak media mendapatkan pelatihan selama tiga hari sejak Minggu (19/11/2023) hingga Selasa (21/11/2023).
Dalam sambutannya, Pengurus AMSI Nasional sekaligus Supervisor Program Cek Fakta Amrie Hakim, mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi pada para wartawan untuk memproduksi berita yang aktual, sekaligus bisa memproduksi cek fakta yang berkualitas.
”Tujuannya agar setelah mengikut training ini peserta bisa menerapkan hasil training dengan memproduksi berita cek fakta yang berkualitas berkaitan dengan Pemilu 2024. Karena jumlah jurnalis yang menguasai cek fakta masih sangat minim, harapannya agar media yang bergabung ke dalam koalisi cek fakta bisa bertambah,” ucapnya.
Sebelumnya, agenda serupa sudah diagendakan di Jakarta pada 31 Oktober – 2 November, Padang (7-9 November), Makassar dan Denpasar (14-16 November).
”Solo menjadi destinasi pelatihan yang terakhir,” ulasnya.
Kordinator Wilayah AMSI Jatim-Jateng-DIY Arief Rahman mengatakan, AMSI sudah melakukan cek fakta sejak sebelum Pilpres 2019. Ia menjelaskan, saat itu, tidak banyak organisasi atau perusahaan media yang mengadakan cek fakta.
”Kerja sama AMSI, AJI, Mafindo dan Google News Institute ini melahirkan sebuah gerakan cek fakta yang saya pikir tidak banyak organisasi perusahaan media melakukan ini. Cek fakta ini berjalan cukup panjang sebelum Pilpres 2019 juga sudah ada, waktu debat capres juga dari AMSI sudah melakukan cek fakta. Di Pilkada 2020 juga kami sudah lakukan,” kata dia.
Arief menambahkan, cek fakta menjadi program unggulan AMSI untuk bisa berkolaborasi dan memberikan literasi pada sejumlah stakeholder. Menurutnya, program ini juga bisa diandalkan masyarakat di tengah gempuran informasi secara digital.
”Bagi AMSI, program ini jadi andalan dan unggulan untuk bisa berkolaborasi dengan seluruh stakeholder, seperti TNI, Polri, masyarakat, Ormas, Akademisi. Cek fakta ini juga memberikan literasi digital, saya pikir ini kemudian mengapa AMSI yang baru berdiri di 2017 sangat menonjol kiprahnya di Nasional, karena programnya bisa diandalkan oleh masyarakat di tengah banjir bahkan tsunami informasi,” ucapnya.
Ia juga mengatakan, adanya pelatihan cek fakta bagi para jurnalis diharapkan bisa mencegah Indonesia dari disinformasi sekaligus menjadikan masyarakat bisa lebih waspada.
”Jurnalis yang di sini adalah pejuang untuk menghindarkan bangsa ini dari polarisasi, krisis sosial, keterbelahan dan bisa menjaga keutuhan NKRI. Tujuan utama cek fakta ini agar masyarakat terdidik, cerdas dan lebih bijaksana dalam membagi informasi apapun, sehingga masyarakat tidak mudah terprovokasi, jadi masyarakat punya tools untuk memverifikasi,” tutupnya.
Murianews, Karanganyar – Sebanyak 30 jurnalis dari Jawa Tengah dan Jawa Timur mengikuti cek fakta guna melawan disinformasi dan misinformasi jelang Pemilu 2024 ini.
Kegiatan yang diselenggarakan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) bekerja sama dengan Asosiasi Jurnalis Independen (AJI), Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) dan Google News Institute itu digelar di Hotel Alana, Colomadu, Kabupaten Karanganyar.
Awak media mendapatkan pelatihan selama tiga hari sejak Minggu (19/11/2023) hingga Selasa (21/11/2023).
Dalam sambutannya, Pengurus AMSI Nasional sekaligus Supervisor Program Cek Fakta Amrie Hakim, mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi pada para wartawan untuk memproduksi berita yang aktual, sekaligus bisa memproduksi cek fakta yang berkualitas.
”Tujuannya agar setelah mengikut training ini peserta bisa menerapkan hasil training dengan memproduksi berita cek fakta yang berkualitas berkaitan dengan Pemilu 2024. Karena jumlah jurnalis yang menguasai cek fakta masih sangat minim, harapannya agar media yang bergabung ke dalam koalisi cek fakta bisa bertambah,” ucapnya.
Sebelumnya, agenda serupa sudah diagendakan di Jakarta pada 31 Oktober – 2 November, Padang (7-9 November), Makassar dan Denpasar (14-16 November).
”Solo menjadi destinasi pelatihan yang terakhir,” ulasnya.
Kordinator Wilayah AMSI Jatim-Jateng-DIY Arief Rahman mengatakan, AMSI sudah melakukan cek fakta sejak sebelum Pilpres 2019. Ia menjelaskan, saat itu, tidak banyak organisasi atau perusahaan media yang mengadakan cek fakta.
”Kerja sama AMSI, AJI, Mafindo dan Google News Institute ini melahirkan sebuah gerakan cek fakta yang saya pikir tidak banyak organisasi perusahaan media melakukan ini. Cek fakta ini berjalan cukup panjang sebelum Pilpres 2019 juga sudah ada, waktu debat capres juga dari AMSI sudah melakukan cek fakta. Di Pilkada 2020 juga kami sudah lakukan,” kata dia.
Arief menambahkan, cek fakta menjadi program unggulan AMSI untuk bisa berkolaborasi dan memberikan literasi pada sejumlah stakeholder. Menurutnya, program ini juga bisa diandalkan masyarakat di tengah gempuran informasi secara digital.
”Bagi AMSI, program ini jadi andalan dan unggulan untuk bisa berkolaborasi dengan seluruh stakeholder, seperti TNI, Polri, masyarakat, Ormas, Akademisi. Cek fakta ini juga memberikan literasi digital, saya pikir ini kemudian mengapa AMSI yang baru berdiri di 2017 sangat menonjol kiprahnya di Nasional, karena programnya bisa diandalkan oleh masyarakat di tengah banjir bahkan tsunami informasi,” ucapnya.
Ia juga mengatakan, adanya pelatihan cek fakta bagi para jurnalis diharapkan bisa mencegah Indonesia dari disinformasi sekaligus menjadikan masyarakat bisa lebih waspada.
”Jurnalis yang di sini adalah pejuang untuk menghindarkan bangsa ini dari polarisasi, krisis sosial, keterbelahan dan bisa menjaga keutuhan NKRI. Tujuan utama cek fakta ini agar masyarakat terdidik, cerdas dan lebih bijaksana dalam membagi informasi apapun, sehingga masyarakat tidak mudah terprovokasi, jadi masyarakat punya tools untuk memverifikasi,” tutupnya.