Dikatakan, perhitungan dari data epidemiologi, ada lebih dari 1.000 kasus ini di Indonesia per tahunnya yang memerlukan pertolongan. Bukti ilmiah menunjukkan Fetoskopi Laser Ablasio mampu menyelamatkan lebih dari 80 persen kasus, dibandingkan tanpa tindakan dengan angka keselamatan kurang dari 5 persen.
Murianews, Solo – Sebuah prestasi menggembirakan dilakukan Divisi Fetomaternal KSM Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Moewardi Surakarta. Yakni, berhasil melakukan tindakan Fetoskopi Laser Ablasio perdana pada janin kembar twin-twin transfusion syndrome (TTTS) dengan usia kandungan 22 minggu pada 28 September 2024.
Dengan keberhasilan ini, RSUD dr Moewardi menjadi yang pertama di Jawa Tengah yang melakukan tindakan Fetoskopi Laser Ablasio.
Direktur RSUD dr Moewardi, dr Cahyono Hadi menjelaskan, TTTS terjadi ketika terdapat ketidakseimbangan aliran darah antara dua janin, yang dapat menyebabkan satu janin memperoleh darah dari yang lain, menimbulkan risiko kematian untuk keduanya, termasuk hemodilusi maupun dehidrasi dalam salah satu janin. Prosedur Fetoskopi Laser Ablasio bertujuan untuk memutus pembuluh darah yang menimbulkan permasalahan tersebut, sekaligus mengurangi dampak kerusakan organ pada janin.
Ditambahkan, TTTS sebenarnya merupakan kejadian langka, yakni satu dari 5.000 kehamilan. Pihaknya menemukan kasus TTTS, dan kali pertama melakukan Fetoskopi Laser Ablasio pada TTTS dengan usia 22 minggu, dengan pengampuan Tim Kemenkes RI dari RSAB Harapan Kita Jakarta di Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD Dr Moewardi, pada akhir September lalu.
Fetoskopi Laser Ablasio, ujar Cahyono, dilakukan dengan memasukkan teropong fiber optik canggih ke dalam rahim, untuk mengidentifikasi pembuluh darah penghubung pada permukaan plasenta yang kemudian diputus dengan ablasi laser.
”Kami melakukan Fetoskopi Laser Ablasio mulai pukul 10.00 hingga 12.30 WIB. Sekitar 2,5 jam pascatindakan, perut ibu sudah tidak kencang-kencang, tidak terjadi rembes ketuban, dan gerak janin aktif. Kemudian dari hasil evaluasi hari ketiga pasca tindakan, ketimpangan arus darah pada kedua janin sudah membaik,” bebernya, dalam siaran pers akhir pekan lalu.
Cahyono menuturkan, prosedur itu hanya memerlukan sayatan tunggal sepanjang tiga milimeter, dan dilakukan dengan persiapan matang, khususnya pemetaan lokasi kedua janin, sekat ketuban, plasenta, serta pembuluh darah penghubung, menggunakan teknik ultrasonografi yang canggih dan kompleks.
”Kami melakukan evaluasi beberapa minggu untuk memastikan keberhasilannya. Dan kemarin kontrol pascatindakan, kondisinya bagus,” ungkapnya, dilansir dari laman Pemprov Jateng, Kamis (31/10/2024).
Cahyono menyampaikan, di Indonesia, yang sudah mampu melaksanakan tindakan Fetoskopi Laser Ablasio baru enam rumah sakit. Yaitu, RSAB Harapan Kita dan RSUPN Cipto Mangunkusumo (Jakarta), RSUP Adam Malik (Medan), serta RSAL dr Ramelan dan RSUD dr Soetomo (Surabaya). Dengan bertambahnya layanan itu di RSUD dr Moewardi Solo, berarti menjadi tujuh rumah sakit.
Dikatakan, perhitungan dari data epidemiologi, ada lebih dari 1.000 kasus ini di Indonesia per tahunnya yang memerlukan pertolongan. Bukti ilmiah menunjukkan Fetoskopi Laser Ablasio mampu menyelamatkan lebih dari 80 persen kasus, dibandingkan tanpa tindakan dengan angka keselamatan kurang dari 5 persen.
Dengan Fetoskopi Laser Ablasio selain menyelamatkan janin dari kematian, juga dapat mengurangi risiko kerusakan organ, sehingga janin berpeluang lebih besar untuk dapat berkembang tanpa gangguan neurologis, jantung, maupun fungsi kelenjar.