Dari kenyataan itu kemudian muncul ide kreatif agar dari bilah bambu biasa diolah menjadi produk kerajinan luar biasa yang memiliki nilai seni tinggi dan diminati semua pasar dengan, harga jual tinggi dengan proses pembuatan cepat.
Sedangkan kendala yang dihadapi, menurut Heri, adalah cuaca yang tidak menentu untuk pengeringan. Sedangkan alat pengering belum dimiliki. Sehingga saat musim hujan proses pengeringan agak lama.
Selain itu, lanjutnya tantangan lain adalah ketika mendapat pesaran atau order dengan waktu yang pendek. Namun demikian heri memastikan setiap pesanan tetap diselesaikan tepat waktu.
Murianews, Magelang – Desa Kebonsari, Kecamatan Borobudur, dikenal sebagai salah satu sentra kerajinan di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Terutama kerajinan berkelas dari merangkai bilah dan batang bambu.
Seni kerajinan ini ditekuni warga di lereng perbukitan Menoreh tersebut secara turun temurun. Selain wisatawan dalam negeri, kerajinan khas Kebonsari juga diminati turis mancanegara.
Salah satu perajin bambu Desa Kebonsari Heri Sutrisno menceritakan, sejak 2017 dirinya sudah menekuni karya kerajinan bambu. Dalam berproses tersebut akhirnya menemukan bentuk kerajinan bambu berkarakter cantik dengan nilai seni tinggi.
Agar mudah di ingat, pria kelahiran 1979 ini memberi label nama usahanya Coilin yang berarti lingkaran. ”Produk kami adalah kap lampu, perlengkapan rumah, dekor dan lalin sebagainya,” kata Heri, dilansir dari laman Pemkab Magelang, Senin (30/12/2024).
Menurut Heri, di setiap dusun Desa Kebonsari, semua bagian bambu dioleh secara sederhana atau manual oleh warga. Pada akhirnya tercipta berbagai sovenir seperti gantungan kunci, aneka pulpen hingga aksesoris rumah tangga dan hotel.
Dalam pembuatan kerajinan itu, setiap warga memiliki peran masing masing, ada yang mengolah ranting, bilah bambu, hingga tenaga merangkai.
Adapun harga jual bervariasi mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah tergantung bentuk dan ukurannya.
Heri menceritakan, sejak dulu warga Desa Kebonsari berprofesi menjadi perajin bambu tradisional alat rumah tangga seperti eblek atau tampah.
Muncul Ide Kreatif...
Dari kenyataan itu kemudian muncul ide kreatif agar dari bilah bambu biasa diolah menjadi produk kerajinan luar biasa yang memiliki nilai seni tinggi dan diminati semua pasar dengan, harga jual tinggi dengan proses pembuatan cepat.
Sedangkan kendala yang dihadapi, menurut Heri, adalah cuaca yang tidak menentu untuk pengeringan. Sedangkan alat pengering belum dimiliki. Sehingga saat musim hujan proses pengeringan agak lama.
Selain itu, lanjutnya tantangan lain adalah ketika mendapat pesaran atau order dengan waktu yang pendek. Namun demikian heri memastikan setiap pesanan tetap diselesaikan tepat waktu.