Rabu, 19 November 2025

Harini, warga Desa Blendung mengatakan, sekitar 2017-2018, adalah masa jaya Pantai Kramatsari. Ribuan masyarakat menjadikan pantai tersebut sebagai tujuan wisata. Banyaknya kunjungan, otomatis mengatrol perekonomian warga sekitar.

”Bahkan sehari semalam, pas akhir pekan, saya pernah dapat Rp 6 juta. Waktu itu harga es teh masih Rp 1.000,” ungkap pemilik warung yang masih bertahan hingga kini.

Namun sejak 2019, semua berubah. Menurut Harini, abrasi telah menelan bibir pantai sekitar 50 meter. Akibatnya, 33 warung amblas, jalan dan tiang listrik tenggelam, wahana wisata rusak. Kini, tak ada lagi pengunjung wisata, karena akses jalan pun tergenang rob.

Warga sudah berusaha mengatasi kondisi lingkungan yang rusak tersebut. Pada 2024 lalu, mereka swadaya membangun tanggul di bibir pantai dengan bambu.

Kalakhar BPBD Pemalang Andriadi menambahkan, tanggul bambu yang dipasang terbagi menjadi dua. Sebagian bambu ditata dan ditancapkan. Sementara lainnya dibuat tanggul berbentuk kandang jangkrik.

”Disebut kandang jangkrik, karena bentuknya kotak mirip kandang jangkrik. Ini mencontoh yang ada di Demak. Sempat optimis tapi ini rusak kena gelombang di tahun 2025, sehingga ada muara-muara baru,” jelas Andriadi.

Komentar

Jateng Terkini

Terpopuler