”Apoteker harus terhubung dengan dokter dan fasilitas kesehatan lainnya. Jangan sampai pasien dapat resep tapi obatnya kosong. Harus ada solusi cepat,” tegasnya.
Ia juga berharap, IAI ikut mendampingi koperasi desa dalam penyediaan apotek, termasuk menangani isu obat kadaluarsa yang masih menjadi tantangan di lapangan.
Sementara itu, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Noffendri menegaskan komitmen organisasinya untuk mendukung program pemerintah dalam memperluas akses layanan kesehatan, khususnya di tingkat desa.
Menurutnya, keberhasilan program seperti Speling perlu ditopang oleh kolaborasi lintas profesi, termasuk peran aktif apoteker.
”Dalam pelayanan kesehatan, tidak bisa berjalan sendiri. Harus ada kolaborasi antara guru, dokter, perawat, bidan, dan apoteker,” ujarnya.
Ia menyampaikan, IAI siap menjadi mitra strategis dalam pendampingan koperasi yang mengelola apotek desa, terutama melalui skema Koperasi Desa Merah Putih (KDMP).
Menurutnya, tidak mudah bagi koperasi baru untuk langsung menjalankan berbagai unit usaha, termasuk apotek, tanpa bimbingan yang tepat.
“Bayangkan, koperasi yang baru berdiri harus langsung mengelola banyak kegiatan usaha. Itu tidak mudah. Karena itu, kami dari IAI punya tenaga-tenaga yang siap diajak bermitra untuk memberikan pendampingan, khususnya dalam pengelolaan apotek desa,” jelasnya.
Murianews, Semarang – Keberadaan tenaga kefarmasian di Jawa Tengah mendapat perhatian dari Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin.
Terutama, terkait sebarannya yang belum merata meski jumlah tenaga kefarmasian di Jawa Tengah hingga kini sekitar 30 ribu orang.
Hal itu disampaikan Taj Yasin, saat membuka Musyawarah Nasional dan Kegiatan Ilmiah Tahunan Himpunan Seminat Farmasi Industri (Hisfarin) Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) 2025 di MG Setos Hotel, Semarang, Jumat (25/7/2025).
”Di Jawa Tengah, tenaga kefarmasian sudah lebih dari 30 ribu orang. Tapi sama seperti dokter spesialis, distribusinya belum merata, masih banyak di perkotaan,” kata Taj Yasin.
Padahal, Jawa Tengah butuh apoteker sampai ke desa-desa untuk mendukung peogram layanan dokter spesialis keliling (speling) yang turun langsung ke lapangan.
Pasalnya, program speling ini terus terselenggara dengan menjangkau, sekolah, pesantren, kantor desa, hingga rumah ibadah.
Namun, menurut Taj Yasin, kehadiran dokter spesialis saja tidak cukup. Pelayanan obat yang cepat dan tepat juga menjadi kunci keberhasilan.
Oleh karenanya, ia berharap IAI dapat mengintegrasikan sistem layanan apotek dengan rumah sakit, klinik, dan praktik dokter spesialis, termasuk melalui digitalisasi alur pemberian resep.
Menjadi Tantangan di Lapangan...
”Apoteker harus terhubung dengan dokter dan fasilitas kesehatan lainnya. Jangan sampai pasien dapat resep tapi obatnya kosong. Harus ada solusi cepat,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Taj Yasin ini menyampaikan, keinginannya untuk mewujudkan sistem layanan kesehatan yang efisien, bahkan setara dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.
Ia juga berharap, IAI ikut mendampingi koperasi desa dalam penyediaan apotek, termasuk menangani isu obat kadaluarsa yang masih menjadi tantangan di lapangan.
Sementara itu, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Noffendri menegaskan komitmen organisasinya untuk mendukung program pemerintah dalam memperluas akses layanan kesehatan, khususnya di tingkat desa.
Menurutnya, keberhasilan program seperti Speling perlu ditopang oleh kolaborasi lintas profesi, termasuk peran aktif apoteker.
”Dalam pelayanan kesehatan, tidak bisa berjalan sendiri. Harus ada kolaborasi antara guru, dokter, perawat, bidan, dan apoteker,” ujarnya.
Ia menyampaikan, IAI siap menjadi mitra strategis dalam pendampingan koperasi yang mengelola apotek desa, terutama melalui skema Koperasi Desa Merah Putih (KDMP).
Menurutnya, tidak mudah bagi koperasi baru untuk langsung menjalankan berbagai unit usaha, termasuk apotek, tanpa bimbingan yang tepat.
“Bayangkan, koperasi yang baru berdiri harus langsung mengelola banyak kegiatan usaha. Itu tidak mudah. Karena itu, kami dari IAI punya tenaga-tenaga yang siap diajak bermitra untuk memberikan pendampingan, khususnya dalam pengelolaan apotek desa,” jelasnya.