Langkah lain yang ditempuh untuk mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah penguatan kerja sama sister province dan sister city dengan negara lain. Hal ini menjadi jalan untuk membuka dan menambah nilai investasi yang masuk ke Jawa Tengah.
Di antaranya sektor Informasi dan Komunikasi sebesar 9,97 persen; Jasa lainnya sebesar 9,86 persen, dan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 9,42 persen.
Lapangan usaha yang memiliki peran dominan dan mencatatkan pertumbuhan positif di antaranya Industri Pengolahan tumbuh sebesar 4,47 persen; Perdagangan Besar dan Eceran.
Kemudian, Reparasi Mobil & Sepeda Motor tumbuh sebesar 4,56 persen; Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 1,14 persen; dan Konstruksi tumbuh sebesar 8,90 persen.
Lapangan usaha lainnya yang tumbuh positif di antaranya Jasa Perusahaan sebesar 7,95 persen; Jasa Pendidikan sebesar 7,33 persen; dan Transportasi dan Pergudangan sebesar 7,29 persen.
”Banyak (sektor yang perlu ditingkatkan). Di Jawa Tengah ini sektor industrinya paling banyak padat karya karena tenaga kerja kita kompetitif, lahan besar, dan aman. Para investor lebih banyak tertarik Jawa Tengah karena sangat kondusif sekali. Tentu masih banyak yang perlu dieksplorasi lagi di wilayah kita,” jelasnya.
Murianews, Semarang – Ekonomi Jawa Tengah pada triwulan II tahun 2025 secara year on year (y-on-y) mengalami pertumbuhan sebesar 5,28 persen.
Pertumbuhan ini meningkat dari capaian triwulan II tahun 2024 yang tumbuh sebesar 4,93 persen. Bahkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Jateng diatas pertumbuhan ekonomi nasional.
Hal itu disampaikan Gubernur Ahmad Luthfi usai rapat paripurna di Gedung DPRD Jateng, Selasa (5/8/2025).
Ahmad Luthfi mengatakan, peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan hasil dari kerja kolaboratif dari berbagai pihak.
Untuk itu, ia meminta agar collaborative government terus digalakkan, agar dapat mempertahankan dan menggenjot pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah.
”Kita lakukan collaborative government. Kita sudah menumbuhkan ekonomi baru di masing-masing eks karesidenan. Ekonomi baru itu kita tumbuhkan secara bersama-sama,” kata Ahmad Luthfi.
Kerja kolaboratif dengan menciptakan aglomerasi wilayah tersebut sudah dibuktikan pada gelaran Soloraya Great Sale 2025.
Selama bulan Juli 2025, wilayah Soloraya mencatatkan nilai transaksi sebesar Rp 10,7 triliun dengan frekuensi transaksi sebanyak 5,4 juta.
”Nanti akan kita putar di daerah lain,” lanjutnya.
Penguatan Kerja Sama...
Langkah lain yang ditempuh untuk mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah penguatan kerja sama sister province dan sister city dengan negara lain. Hal ini menjadi jalan untuk membuka dan menambah nilai investasi yang masuk ke Jawa Tengah.
”Sister province dan sister city di antaranya dengan China, Malaka, dan Singapura. Kita jadikan investasi di wilayah kita itu betul-betul menarik bagi negara lain," jelasnya.
Data BPS yang dirilis 5 Agustus 2025 itu juga menyebutkan lapangan usaha di Jawa Tengah mengalami pertumbuhan signifikan.
Di antaranya sektor Informasi dan Komunikasi sebesar 9,97 persen; Jasa lainnya sebesar 9,86 persen, dan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 9,42 persen.
Lapangan usaha yang memiliki peran dominan dan mencatatkan pertumbuhan positif di antaranya Industri Pengolahan tumbuh sebesar 4,47 persen; Perdagangan Besar dan Eceran.
Kemudian, Reparasi Mobil & Sepeda Motor tumbuh sebesar 4,56 persen; Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 1,14 persen; dan Konstruksi tumbuh sebesar 8,90 persen.
Lapangan usaha lainnya yang tumbuh positif di antaranya Jasa Perusahaan sebesar 7,95 persen; Jasa Pendidikan sebesar 7,33 persen; dan Transportasi dan Pergudangan sebesar 7,29 persen.
”Banyak (sektor yang perlu ditingkatkan). Di Jawa Tengah ini sektor industrinya paling banyak padat karya karena tenaga kerja kita kompetitif, lahan besar, dan aman. Para investor lebih banyak tertarik Jawa Tengah karena sangat kondusif sekali. Tentu masih banyak yang perlu dieksplorasi lagi di wilayah kita,” jelasnya.