Rabu, 19 November 2025

”Kami berharap, desa-desa mampu mengalokasikan anggaran untuk mengelola sampah di tingkatnya masing-masing,” ujarnya.

Bupati menjelaskan, langkah itu penting mengingat pertumbuhan industri di Batang yang terus meningkat.

”Tahun 2027 sampai 2028 nanti ada sekitar 32 pabrik di Batang Industrial Park yang beroperasi penuh, dengan serapan tenaga kerja 100-125 ribu orang. Artinya, akan ada migrasi besar dan potensi timbulan sampah meningkat. Kalau dari sekarang tidak disiapkan, kita bisa kewalahan,” jelasnya.

Bupati menyebut, dukungan dari pemerintah provinsi dan kementerian sudah mulai terwujud, salah satunya lewat rencana pembangunan TPST regional di Gringsing berkapasitas 100 ton per hari.

Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi mengapresiasi inovasi warga Tersono, yang berhasil mengubah persoalan sampah menjadi peluang. Langkah Tersono itu merupakan contoh pengelolaan sampah di tingkat hulu.

”Kalau semua desa melakukan hal yang sama, sampah tidak akan jadi beban besar di TPA. Kita tahu anggaran sampah terbatas, jadi desa harus kreatif dan mandiri seperti Tersono,” bebernya.

Luthfi meminta Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jateng, untuk menjadikan Tersono sebagai model percontohan, serta mendorong desa dan kecamatan lain belajar langsung ke sini.

”Indonesia pada 2029 ditargetkan bebas TPA open dumping. Jateng juga harus bergerak cepat,” ujarnya.

Menurut Luthfi, TPSTT “Bumi Hijau” bukan hanya menjaga kebersihan, tapi juga membuka peluang ekonomi.

”UMKM di sekitar sini ikut tumbuh. Ini bukti bahwa program lingkungan bisa memberi efek ekonomi nyata. Semoga ke depan Batang makin maju, bersih, dan profesional dalam pengelolaan lingkungan,” tutupnya.

Komentar

Jateng Terkini

Terpopuler