Senin, 16 Juni 2025


MURIANEWS, Cilacap — Tiga desa di dua kecamatan di Kabupaten Cilacap diterjang banjir bandang, Rabu (27/10/2021) petang. Beruntung, tak ada korban jiwa dalam musibah tersebut.

Meski begitu, 260 rumah di tiga desa tersebut dilaporkan sempat terendam air. Beberapa di antaranya bahkan mengalami kerusakan.

Berdasarkan keterangan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kamis (28/10/2021), ketiga desa yang diterjang banjir bandang tersebut yakni Desa Wanarejo dan Limbangan di Kecamatan Wanarejo, dan Desa Salebu di Kecamatan Majenang.

Baca: Waspada! Gelombang Tinggi Hingga 4 Meter Intai Perairan Cilacap-Purworejo

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi BNPB, Abdul Muhari mengatakan banjir bandang itu terjadi pada Rabu petang sekitar pukul 17.45 WIB.

Banjir bandang itu terjadi akibat dipicu hujan dengan intensitas tinggi disertai petir yang melanda wilayah tersebut. Curah hujan yang tinggi itu pun membuat debit air di Sungai Cigeugeumah dan Sungai Cilacap meluap 15-100 sentimeter (cm).

Selain meluapnya debit air sungai, banjir bandang juga dipicu terjadinya longsor di beberapa lokasi.

”Akibat bencana itu, sekitar 260 kepala keluarga terdampak banjir, sedangkan 4 KK atau 17 jiwa terdampak tanah longsor. Kerugian material menyasar 260 unit rumah, kios pasar rusak berat 1 unit, dan 10 unit lainnya masih dalam pendataan tingkat kerusakan,” katanya dalam keterangan tertulis seperti dikutip Solopos.com.

Baca: Diduga Mabuk, Pengendara RX King Meninggal Tabrak Pohon di Cilacap

”Selain itu, infrastruktur jembatan dilaporkan rusak ringan dan jalan di kompleks Pasar Karanggedot rusak sepanjang 100 meter. Saluran irigasi di wilayah tersebut sebagian juga jebol,” imbuhnya.
Menyikapi kejadian bencana itu, BPBD Cilacap mengimbau warga untuk lebih waspada terhadap potensi bahaya hidrometeorologi basah seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor dan angin kencang. BPBD merekomendasikan apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi, warga segera mengungsi ke tempat yang lebih aman.Sementara itu, menghadapi dampak fenomena La Nina, BPBP telah merekomendasikan kepada BPBD di seluruh Indonesia untuk mengimbau masyarakat lebih waspada. Dampak La Nina, menurut BNPB bisa menyebabkan intensitas bencana hidrometeorologi yang meningkat.Baca: Duh, 72 Siswa dan Satu Guru SMAN 2 Cilacap Positif Covid”Berdasarkan informasi BMKG, potensi La Nina dapat terjadi pada periode Oktober 2021 sampai dengan Februari 2022. Fenomena ini merupakan anomali iklim global yang dapat memicu peningkatan curah hujan. Puncak musim hujan juga diprediksi akan dominan terjadi pada bulan Januari dan Februari 2022,” imbuhnya.Catatan historis menunjukkan bahwa La Nina pada 2020 lalu menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi curah hujan bulanan di Indonesia hingga 20 persen sampai dengan 70 persen dari kondisi normalnya. Peningkatan curah hujan ini berpotensi memicu terjadinya bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor dan angin kencang.Pada 22 Oktober 2021 lalu, Deputi Bidang Pencegahan BNPB, Prasinta Dewi, telah meminta BPBD provinsi untuk menyikapi potensi ancaman terkait dengan fenomena La Nina tersebut.Beberapa langkah kesiapsiagaan direkomendasikan untuk ditindaklanjuti hingga ke tingkat kabupaten dan kota sehingga masyarakat dapat selamat dari ancaman bahaya. Penulis: SupriyadiEditor: SupriyadiSumber: Solopos.com

Baca Juga

Komentar

Jateng Terkini

Terpopuler