Kenang Bom Bali, Ustaz Abu Bakar Baasyir Tak Benarkan Kekerasan
Murianews
Selasa, 11 Oktober 2022 17:44:15
MURIANEWS, Sukoharjo – Nama Ustaz Abu Bakar Baasyir selalu identik dengan kasus Bom Bali. Pendiri Ponpes Al Mukmin Ngruki itu diduga terlibat dalam Insiden yang menewaskan ratusan korban jiwa tersebut.
Genap 20 tahun, ustaz yang baru saja bebas dari LP Gunung Sindur pada 8 Januari 2021 itu menegaskan, sebenar apa pun tujuannya kekerasan tetaplah cara yang salah.
”Kata Rasulullah lawanlah kemungkaran itu dengan tangan, kalau tidak mampu dengan lidah (melalui dakwah) kalau tidak mampu dengan hati. Dengan tangan maksudnya dengan kekerasan tetapi baru dipakai jika ada kekuasaan,” katanya.
”Jadi penguasalah yang berhak. Kalau kita menganggap itu mungkar yang berbahaya dilaporkan saja kepada polisi supaya dilarang, begitu seharusnya. Tidak trus mengebom sendiri seperti itu,” tambahnya seperti dikutip
Solopos.com, Selasa (11/10/2022).
Ustaz Abu Bakar mengatakan sebetulnya tujuan para pelaku benar yakni memerangi setiap ada maksiat. Tetapi penggunaan kekerasan menurutnya keliru. Sebab dalam Islam dia menyebut kekerasan tidak diperbolehkan kecuali negara tersebut menggunakan hukum Islam.
Dalam arti lain kekerasan hanya diperbolehkan jika mereka memiliki kekuasaan. Dia mengaku awalnya tak tahu siapa pengebom itu.
”Masalah bom Bali itu pemicu [namanya terseret dalam kasus tersebut karena pelaku] bekas murid saya yang dua anggota jamaah. Tetapi saya sama sekali tidak diberitahu, jangankan minta izin memberitahu saja tidak. Sehingga saya tahunya setelah ada berita di luar ada orang yang ngebom di sana (di Bali),” ungkapnya.
Dalam peradilan kasus itu menurut ceritanya, tersangka kasus bom Bali sempat ditanya hakim. Mengapa sebagai kiainya, Ustaz Abu Bakar tidak diberitahu perihal rencana pengeboman itu, tersangka sempat mengatakan kalau meminta izin dirinya pasti tidak akan diperbolehkan.
”Karena saya mempunyai pandangan memperjuangkan Islam itu hanya melalui dakwah saja tidak usah pakai kekerasan. Tetapi nampaknya mereka mempunyai pandangan sendiri mengenai Bom Bali itu,” terangnya.Ustaz Abu Bakar mengaku tidak percaya ledakan dasyat itu berasal dari bom bikinan pelaku sendiri. Menurutnya mereka tidak pernah belajar perakitan bom seperti itu.”Saya kira itu ada kemasukan orang luar, tidak mungkin mereka bisa bikin. Saya tidak percaya mereka bisa bikin bom yang menewaskan ratusan orang seperti itu,” ujarnya.Menurutnya beberapa pihak masih mencurigai keterlibatan dirinya meskipun pengadilan telah memutuskan dia tidak terlibat sama sekali dengan bukti-bukti yang jelas. Beberapa pihak dari negara lain justru menilai jika ketidakterlibatan Ustaz Abu justru tidak masuk akal.Padahal dia mengatakan tak pernah mengetahui apa yang sedang terjadi di Bali, bahkan rumor perihal kemaksiatan yang menjadi latarbelakang pengeboman itu.”Saya pun tidak mengerti kalau di Bali ada usaha untuk perzinahan, saya tidak pernah mengerti. Baru mengerti setelah adanya bom Bali,” jelasnya. Editor: SupriyadiSumber: Solopos.com
[caption id="attachment_309166" align="alignleft" width="1280"]

Abu Bakar Ba`asyir saat menerima bendera merah putih (Istimewa)[/caption]
MURIANEWS, Sukoharjo – Nama Ustaz Abu Bakar Baasyir selalu identik dengan kasus Bom Bali. Pendiri Ponpes Al Mukmin Ngruki itu diduga terlibat dalam Insiden yang menewaskan ratusan korban jiwa tersebut.
Genap 20 tahun, ustaz yang baru saja bebas dari LP Gunung Sindur pada 8 Januari 2021 itu menegaskan, sebenar apa pun tujuannya kekerasan tetaplah cara yang salah.
”Kata Rasulullah lawanlah kemungkaran itu dengan tangan, kalau tidak mampu dengan lidah (melalui dakwah) kalau tidak mampu dengan hati. Dengan tangan maksudnya dengan kekerasan tetapi baru dipakai jika ada kekuasaan,” katanya.
”Jadi penguasalah yang berhak. Kalau kita menganggap itu mungkar yang berbahaya dilaporkan saja kepada polisi supaya dilarang, begitu seharusnya. Tidak trus mengebom sendiri seperti itu,” tambahnya seperti dikutip
Solopos.com, Selasa (11/10/2022).
Ustaz Abu Bakar mengatakan sebetulnya tujuan para pelaku benar yakni memerangi setiap ada maksiat. Tetapi penggunaan kekerasan menurutnya keliru. Sebab dalam Islam dia menyebut kekerasan tidak diperbolehkan kecuali negara tersebut menggunakan hukum Islam.
Dalam arti lain kekerasan hanya diperbolehkan jika mereka memiliki kekuasaan. Dia mengaku awalnya tak tahu siapa pengebom itu.
”Masalah bom Bali itu pemicu [namanya terseret dalam kasus tersebut karena pelaku] bekas murid saya yang dua anggota jamaah. Tetapi saya sama sekali tidak diberitahu, jangankan minta izin memberitahu saja tidak. Sehingga saya tahunya setelah ada berita di luar ada orang yang ngebom di sana (di Bali),” ungkapnya.
Dalam peradilan kasus itu menurut ceritanya, tersangka kasus bom Bali sempat ditanya hakim. Mengapa sebagai kiainya, Ustaz Abu Bakar tidak diberitahu perihal rencana pengeboman itu, tersangka sempat mengatakan kalau meminta izin dirinya pasti tidak akan diperbolehkan.
”Karena saya mempunyai pandangan memperjuangkan Islam itu hanya melalui dakwah saja tidak usah pakai kekerasan. Tetapi nampaknya mereka mempunyai pandangan sendiri mengenai Bom Bali itu,” terangnya.
Ustaz Abu Bakar mengaku tidak percaya ledakan dasyat itu berasal dari bom bikinan pelaku sendiri. Menurutnya mereka tidak pernah belajar perakitan bom seperti itu.
”Saya kira itu ada kemasukan orang luar, tidak mungkin mereka bisa bikin. Saya tidak percaya mereka bisa bikin bom yang menewaskan ratusan orang seperti itu,” ujarnya.
Menurutnya beberapa pihak masih mencurigai keterlibatan dirinya meskipun pengadilan telah memutuskan dia tidak terlibat sama sekali dengan bukti-bukti yang jelas. Beberapa pihak dari negara lain justru menilai jika ketidakterlibatan Ustaz Abu justru tidak masuk akal.
Padahal dia mengatakan tak pernah mengetahui apa yang sedang terjadi di Bali, bahkan rumor perihal kemaksiatan yang menjadi latarbelakang pengeboman itu.
”Saya pun tidak mengerti kalau di Bali ada usaha untuk perzinahan, saya tidak pernah mengerti. Baru mengerti setelah adanya bom Bali,” jelasnya.
Editor: Supriyadi
Sumber: Solopos.com