Lebih Rendah dari Jatim dan Jabar, Penanganan Stunting-Pernikahan Dini di Jateng Dipuji BKKBN
Murianews
Senin, 13 Februari 2023 16:10:05
Rendahnya angka tersebut tak lepas dari peran Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang menggalakkan berbagai program ke masyarakat. Kepala BKKBN Hasto Wardoyo bahkan memuji dan mengapresiasi langsung program-program yang kini digalakkan di 35 kabupaten/kota di Jateng tersebut
”Jadi Jo Kawin Bocah, programnya Pak Ganjar ini luar biasa. Se-Pulau Jawa ini yang paling tidak kawin bocah adalah di Jateng untuk provinsi yang besar. Ini patut dicontoh,” kata Hasto saat menghadiri Rapat Kerja Daerah dengan tajuk Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Jateng di Hotel Santika, Kota Semarang, Senin (13/2/2023)
Baca: BKKBN Catat 8 Provinsi di Indonesia Ini Alami Penuaan PendudukHasto mengatakan angka kehamilan pada usia 15-19 tahun di Jateng mencapai 23 per 1.000. Hal ini lebih rendah dibandingkan Jabar dengan 24 per 1.000 dan Jatim dengan 31 per 1.000.
Hasto juga memuji program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (5Ng) yang menurutnya berhasil mengurangi jumlah AKI dan lebih rendah dibandingkan Jabar dan Jatim.
”Angka kematian bayinya juga bagus, 12 per 1.000 dan angka kematian balita Jateng ada 14 per 1.000. Inilah prestasi Jawa Tengah saya kira terasa bahwa jumlah yang meninggal juga turun,” ujar pria yang pernah menjabat sebagai Bupati Kulonprogo itu.
Sementara angka
stunting, Hasto berdasarkan data SSGI mengatakan saat ini penurunannya belum signifikan. ”Tapi jangan khawatir karena indikator-indikator yang lainnya bagus. Saya optimistis, mudah-mudahan di 2023 Jawa Tengah turun
stunting dengan signifikan,” imbuhnya.
Sementara angka
stunting, Hasto berdasarkan data SSGI mengatakan saat ini penurunannya belum signifikan. ”Tapi jangan khawatir karena indikator-indikator yang lainnya bagus. Saya optimistis, mudah-mudahan di 2023 Jawa Tengah turun
stunting dengan signifikan,” imbuhnya.Sementara itu, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, menilai penanganan stunting tidak boleh setengah-setengah. Terlebih, pemerintah juga telah memberikan dana alokasi khusus (DAK) ke daerah untuk penanganan
stunting.
Baca: Ganjar Berharap Panen Raya di Jateng Bisa Stabilkan Harga Beras di Pasaran”Nah sekarang optimalkan, manfaatkan, serap dengan cepat, teorinya semua sudah tahu, teknisnya semua sudah tahu. Hanya saya tekankan, kepada kawan-kawan dari kabupaten kota, praktik-praktik baik di beberapa kabupaten bisa dicontoh dan di-
share,” jelas Ganjar.Ganjar mengaku untuk penanganan stunting ada beberapa daerah yang menjadi perhatian yakni Brebes, Cilacap, dan Kebumen. Selain
stunting, persoalan kemiskinan di daerah itu juga menjadi fokus penanganan. Penulis: SupriyadiEditor: Supriyadi
Murianews, Semarang – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI mencatat angka
stunting hingga pernikahan dini selama tahun 2022 di Jawa Tengah (Jateng) lebih rendah dibandingkan Jawa Timur (Jatim) dan Jawa Barat (Jabar).
Rendahnya angka tersebut tak lepas dari peran Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang menggalakkan berbagai program ke masyarakat. Kepala BKKBN Hasto Wardoyo bahkan memuji dan mengapresiasi langsung program-program yang kini digalakkan di 35 kabupaten/kota di Jateng tersebut
”Jadi Jo Kawin Bocah, programnya Pak Ganjar ini luar biasa. Se-Pulau Jawa ini yang paling tidak kawin bocah adalah di Jateng untuk provinsi yang besar. Ini patut dicontoh,” kata Hasto saat menghadiri Rapat Kerja Daerah dengan tajuk Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Jateng di Hotel Santika, Kota Semarang, Senin (13/2/2023)
Baca: BKKBN Catat 8 Provinsi di Indonesia Ini Alami Penuaan Penduduk
Hasto mengatakan angka kehamilan pada usia 15-19 tahun di Jateng mencapai 23 per 1.000. Hal ini lebih rendah dibandingkan Jabar dengan 24 per 1.000 dan Jatim dengan 31 per 1.000.
Hasto juga memuji program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (5Ng) yang menurutnya berhasil mengurangi jumlah AKI dan lebih rendah dibandingkan Jabar dan Jatim.
”Angka kematian bayinya juga bagus, 12 per 1.000 dan angka kematian balita Jateng ada 14 per 1.000. Inilah prestasi Jawa Tengah saya kira terasa bahwa jumlah yang meninggal juga turun,” ujar pria yang pernah menjabat sebagai Bupati Kulonprogo itu.
Sementara angka
stunting, Hasto berdasarkan data SSGI mengatakan saat ini penurunannya belum signifikan. ”Tapi jangan khawatir karena indikator-indikator yang lainnya bagus. Saya optimistis, mudah-mudahan di 2023 Jawa Tengah turun
stunting dengan signifikan,” imbuhnya.
Sementara itu, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, menilai penanganan stunting tidak boleh setengah-setengah. Terlebih, pemerintah juga telah memberikan dana alokasi khusus (DAK) ke daerah untuk penanganan
stunting.
Baca: Ganjar Berharap Panen Raya di Jateng Bisa Stabilkan Harga Beras di Pasaran
”Nah sekarang optimalkan, manfaatkan, serap dengan cepat, teorinya semua sudah tahu, teknisnya semua sudah tahu. Hanya saya tekankan, kepada kawan-kawan dari kabupaten kota, praktik-praktik baik di beberapa kabupaten bisa dicontoh dan di-
share,” jelas Ganjar.
Ganjar mengaku untuk penanganan stunting ada beberapa daerah yang menjadi perhatian yakni Brebes, Cilacap, dan Kebumen. Selain
stunting, persoalan kemiskinan di daerah itu juga menjadi fokus penanganan.
Penulis: Supriyadi
Editor: Supriyadi