Tujuh Orang di Klaten Meninggal akibat DBD, Masyarakat Diminta Waspada dan Galakkan PSN
Murianews
Kamis, 2 Maret 2023 19:33:55
Terkait kondisi ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten meminta warga terus menggalakkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Tindakan ini merupakan salah satu upaya yang cukup efektif untuk menekan
penyakit DBD.
Kepala Dinkes Klaten Cahyono Widodo mengatakan, hingga pekan ketujuh 2023, ada 68 kasus DBD dengan angka kasus kematian mencapai tujuh orang. Dia membenarkan angka kematian itu termasuk tinggi.
Baca juga: Viral Mobil Pelat Merah Tabrak Lari di Klaten, Polisi: Sopir PNS DLH MadiunTingginya curah hujan ikut memengaruhi faktor meningkatnya kasus DBD. Hujan berpotensi menimbulkan genangan yang menjadi area perkembangbiakan nyamuk, termasuk nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyakit DBD.
”Saat ini curah hujan masih tinggi. Berbeda dengan tahun lalu, saat ini hampir setiap hari hujan dan hujannya gerimis,” jelas Cahyono, dilansir dari Solopos.com, Kamis (2/3/2023).
Guna mencegah kasus demam berdarah, Cahyono mengimbau warga Klaten untuk waspada dengan terus melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Kegiatan yang dimaksud yakni secara rutin membersihkan tempat penampungan air dari jentik-jentik nyamuk.
”Selalu melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), menjaga kesehatan tubuh dengan mengonsumsi makanan bergizi. Kader Jumantik atau juru pemantau jentik-jentik saat ini juga masih aktif dan memantau di wilayah masing-masing,” kata Cahyono.
Sementara itu, Subkoordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Dinkes Klaten Wahyuning Nugraheni menjelaskan, tujuh warga yang meninggal karena demam berdarah itu berasal dari kalangan umur beragam. Di mana, ada dua kasus kematian pada anak usia 6-12 tahun.Kemudian tiga kasus kematian pada usia 13-16 tahun dan dua kasus kematian pada usia di atas 16 tahun.Kasus kematian akibat DBD dua bulan terakhir berasal dari enam kecamatan yakni Gantiwarno (1 orang), Juwiring (1 orang), Kebonarum (1 orang), Pedan (1 orang), Polanharjo (1 orang), dan Ngawen (2 orang). Penulis: Dani AgusEditor: Dani AgusSumber: Solopos.com
Murianews, Klaten – Masyarakat di Kabupaten Klaten hendaknya menaruh kewaspadaan terhadap penyakit demam berdarah dengue atau DBD. Hal ini menyusul sudah adanya tujuh orang yang meninggal akibat penyakit ini dalam kurun Januari-Februari 2023.
Terkait kondisi ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten meminta warga terus menggalakkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Tindakan ini merupakan salah satu upaya yang cukup efektif untuk menekan
penyakit DBD.
Kepala Dinkes Klaten Cahyono Widodo mengatakan, hingga pekan ketujuh 2023, ada 68 kasus DBD dengan angka kasus kematian mencapai tujuh orang. Dia membenarkan angka kematian itu termasuk tinggi.
Baca juga: Viral Mobil Pelat Merah Tabrak Lari di Klaten, Polisi: Sopir PNS DLH Madiun
Tingginya curah hujan ikut memengaruhi faktor meningkatnya kasus DBD. Hujan berpotensi menimbulkan genangan yang menjadi area perkembangbiakan nyamuk, termasuk nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyakit DBD.
”Saat ini curah hujan masih tinggi. Berbeda dengan tahun lalu, saat ini hampir setiap hari hujan dan hujannya gerimis,” jelas Cahyono, dilansir dari Solopos.com, Kamis (2/3/2023).
Guna mencegah kasus demam berdarah, Cahyono mengimbau warga Klaten untuk waspada dengan terus melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Kegiatan yang dimaksud yakni secara rutin membersihkan tempat penampungan air dari jentik-jentik nyamuk.
”Selalu melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), menjaga kesehatan tubuh dengan mengonsumsi makanan bergizi. Kader Jumantik atau juru pemantau jentik-jentik saat ini juga masih aktif dan memantau di wilayah masing-masing,” kata Cahyono.
Sementara itu, Subkoordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Dinkes Klaten Wahyuning Nugraheni menjelaskan, tujuh warga yang meninggal karena demam berdarah itu berasal dari kalangan umur beragam. Di mana, ada dua kasus kematian pada anak usia 6-12 tahun.
Kemudian tiga kasus kematian pada usia 13-16 tahun dan dua kasus kematian pada usia di atas 16 tahun.
Kasus kematian akibat DBD dua bulan terakhir berasal dari enam kecamatan yakni Gantiwarno (1 orang), Juwiring (1 orang), Kebonarum (1 orang), Pedan (1 orang), Polanharjo (1 orang), dan Ngawen (2 orang).
Penulis: Dani Agus
Editor: Dani Agus
Sumber: Solopos.com