Mayat Dalam Plastik di Sukoharjo Terungkap, Ini Identitasnya

Murianews, Sukoharjo – Mayat perempuan dalam plastik yang ditemukan di Desa Jatisobo, Kecamatan Pulokarto, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, akhirnya terungkap. Korban ternyata warga Kabupaten Karanganyar dan masih berusia 22 tahun.

Kepala Dusun Dlingin Lor, Desa Lemahbang, Kecamatan Jumapolo, Sukirdi mengatakan, mayat perempuan yang membuat geger warga Kecamatan Pulokarto, Sukoharjo tersebut merupakan warganya.

Korban diketahui bernama Serlina (22) warga Dusun Dlingin Lor, Desa Lemahabang, Kecamatan Karanganyar.

”Leres itu warga kula (Benar itu warga saya),” kata Sukardi seperti dikutip dari Suara.com.

Sebelum ditemukan meninggal, lanjutnya, korban sudah dilaporkan hilang sejak malam takbiran, Selasa (9/4/2024). Saat itu korban pulang dari tempatnya bekerja di toko pakaian timur RSUD Ir Soekarno pukul 23.00.

Di kawasan Waduk Mulur, Sukoharjo, korban yang mengendarai motor pamit kepada temannya untuk membeli jajanan terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah. Sejak saat itulah, korban tak pulang.

Selama empat hari Serlina tak kunjung pulang, pihak keluarga melakukan pencarian hingga akhirnya memutuskan melapor ke polisi.

Nahas korban ditemukan tak bernyawa dengan kondisi mengenaskan di Desa Jatisobo, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, Minggu (14/4/2024) pagi.

Camat Polokarto Heri Mulyadi mengatakan, mayat tersebut pertama diketahui oleh warga sekitar saat sedang melintas. Awalnya, warga mencium bau tak sedap saat melintas di lokasi itu.

Saat dicari, asal muasal bau busuk itu, warga menemukan mayat di dalam kantong plastik di selokan belakang sebuah bangunan. Tepatnya di Dukuh Gagan RT 2 RW 7 Desa Jatisobo.

Menurut Heri, jalan dukuh itu relatif sepi, jarang ada orang lewat dan diperkirakan sudah meninggal 4-5 hari.

Ia pun menduga mayat perempuan itu diduga merupakan korban pembunuhan karena dimasukkan ke dalam sebuah plastik. Meski begitu, ia menyebut harus menunggu hasil penyelidikan kepolisian untuk memastikan kematian dan identitas korban.