Permintaan ini disampaikan dalam sambutannya pada acara Forum Berlian Ngopeni Nglakoni Jateng yang berlangsung di Aula Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Jawa Tengah, Kota Semarang, pada Selasa (8/4/2025) sore.
Sumanto pun menyoroti pentingnya memanfaatkan kewenangan otonomi daerah yang dimiliki Jawa Tengah untuk memberikan sumbangsih yang lebih besar bagi negara.
”Masukannya adalah bagaimana dengan kewenangan UU Otonomi Daerah, kita bisa memberi kontribusi untuk bisa jadi sumbangsih atau bisa menjadi sumbangan nasional,” ujarnya.
Selama ini, sektor pertanian dan produksi menjadi pilar utama yang menopang perekonomian Jateng. Namun, Sumanto mendorong agar sektor-sektor lain di Jateng juga dapat dioptimalkan untuk berkontribusi pada perekonomian nasional.
”Selama ini kita hanya bergantung pada kebijakan pusat, bagaimana Pemprov Jateng juga bisa membuat terobosan dan menyumbangkan sektor lain. Kalau hanya mengandalkan sektor impor dari negara lain, ya hanya menghasilkan satu sektor,” jelasnya.
Secara khusus, Sumanto menyoroti potensi besar yang dimiliki Jawa Tengah dalam bidang riset. Menurutnya, pengembangan riset dapat menjadi motor penggerak ekonomi baru bagi provinsi ini.
Murianews, Semarang – Ketua DPRD Provinsi Jawa Tengah (Jateng) Sumanto, menyerukan kepada Pemprov Jateng mengembangkan potensi daerah untuk memajukan Jateng. Karena itu, ia mengajak Pemprov tak bergantung pada kebijakan pemerintah pusat.
Permintaan ini disampaikan dalam sambutannya pada acara Forum Berlian Ngopeni Nglakoni Jateng yang berlangsung di Aula Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Jawa Tengah, Kota Semarang, pada Selasa (8/4/2025) sore.
”Kita harap Jateng bisa berkontribusi positif bagi bangsa, kita ditarget jadi penyumbang ekonomi 7 persen di saat nasional hanya 6 persen. Dari periode ke periode kita hanya berpaku pada kebijakan pusat,” tegas Sumanto.
Sumanto pun menyoroti pentingnya memanfaatkan kewenangan otonomi daerah yang dimiliki Jawa Tengah untuk memberikan sumbangsih yang lebih besar bagi negara.

”Masukannya adalah bagaimana dengan kewenangan UU Otonomi Daerah, kita bisa memberi kontribusi untuk bisa jadi sumbangsih atau bisa menjadi sumbangan nasional,” ujarnya.
Selama ini, sektor pertanian dan produksi menjadi pilar utama yang menopang perekonomian Jateng. Namun, Sumanto mendorong agar sektor-sektor lain di Jateng juga dapat dioptimalkan untuk berkontribusi pada perekonomian nasional.
”Selama ini kita hanya bergantung pada kebijakan pusat, bagaimana Pemprov Jateng juga bisa membuat terobosan dan menyumbangkan sektor lain. Kalau hanya mengandalkan sektor impor dari negara lain, ya hanya menghasilkan satu sektor,” jelasnya.
Secara khusus, Sumanto menyoroti potensi besar yang dimiliki Jawa Tengah dalam bidang riset. Menurutnya, pengembangan riset dapat menjadi motor penggerak ekonomi baru bagi provinsi ini.
Potensi Jateng...
”Yang paling bisa kita manfaatkan itu riset, riset kita kurang. Bahkan di balai itu hanya menunggu saja, mencontoh saja, tidak ada inovasi baru. Itu yang harus kita lakukan biar ada sektor yang bisa kita tunjukan kepada provinsi lain,” pungkas Sumanto.
Di sisi lain, Sumanto menyatakan keyakinannya bahwa Jawa Tengah memiliki potensi untuk unggul di berbagai sektor. Kemajuan signifikan yang telah dicapai dalam sektor pertanian dan peternakan menjadi dasar optimismenya.
”Kita sudah bisa itu. Dalam hal peternakan dan pertanian, kita di pertanian itu nomor dua setelah Jawa Timur, karena hanya luas lahan saja yang menjadi produksi kita. Bahkan di peternakan, kambing itu kita nomor satu,” beber Sumanto.

Menanggapi gagasan tersebut, Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, yang hadir dalam acara yang sama, memberikan apresiasi terhadap pandangan Sumanto mengenai potensi besar yang dimiliki Jawa Tengah.
Ia mengakui bahwa Jawa Tengah memiliki beragam potensi yang melampaui sektor pertanian dan peternakan. Bahkan, dalam kesempatan itu, Luthfi menyampaikan ambisinya agar Jawa Tengah tidak lagi berada di posisi kedua dalam bidang pertanian.
”Saya tidak mau kita di pertanian kalah dengan Jawa Timur. Jawa Tengah itu bukan miniatur Indonesia atau Indonesia mini, karena Jateng itu besar sekali,” tegas Luthfi.