Rabu, 19 November 2025


”Risiko tren digitalisasi di industri keuangan ini perlu disadari dan perlu diantisipasi. Beberapa risiko serangan siber hingga kebocoran data dan risiko lain masih sering terjadi,” katanya saat jadi narasumber di Jateng Digital Conference (JDC) 2023 yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Jateng, Rabu (1/2/2023).

Ia menjelaskan berdasarkan data badan cyber dan sandi negara ada 976 juta kali serangan cyber sepanjang tahun 2022. Di mana mayoritas serangan malware 56,8 kebocoran data 14,75 persen trojan 10,9 persen.

Baca: Era Digitalisasi, Tren Perkembangan Bank Digital Terus Melesat

”Menurut peniliitian yang dilakukan Bank For Internasional (BIS) industri keuangan ini sasaran utama kejahatan cyber dibanding sektor lain,” ujarnya.

Bicara tren risiko kejahatan cyber, sambung dia, beberapa waktu terakhir banyak masuk ke masyarakat dengan cara sosial engineering. Yakni pelaku akan berpura pura sebagai seseorang yang kredibel dan meyakinkan targetnya untuk menyerahkan kode rahasia, seperti OTP, username, hingga password.

”Kemudian itu untuk mendapatkan akses dan menguasai akun targetnya. Biasanya mengirim pesan meyakinkan dengan berisi ancaman biaya administrasi dan pesan hadiah yang palsu,” ucapnya.
”Kemudian itu untuk mendapatkan akses dan menguasai akun targetnya. Biasanya mengirim pesan meyakinkan dengan berisi ancaman biaya administrasi dan pesan hadiah yang palsu,” ucapnya.Baca: Komisi X DPR RI Tekankan Pentingnya Keterbukaan Informasi Melalui Layanan DigitalSelanjutnya, jenis lain yakni adalah dengan mengirimkan tautan yang telah disusuti malware yang ketika korbannya membuka, pelaku akan bisa mengakses seluruh data secara tidak kasat mata.”Lalu mengalihkan situs sah dan situs palsu hingga skimming yang merupakan cara lama yang masih sering banyak yang kena,” ujarnya. Reporter: Yuda Auliya RahmanEditor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar

Jateng Terkini

Terpopuler