Rabu, 19 November 2025

Murianews, Bajarnegara – Sebanyak 13 anak berambut gimbal di Dieng menjalani ruwatan massal. Ruwatan dilakukan pada Dieng Culture Festival (DCF) XIV 2024 di Kompleks Candi Arjuna, Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Sabtu (24/8/2024).

Anak-anak berambut gimbal yang seluruhnya perempuan itu lebih dulu dikirab dari rumah salah satu pemangku adat Dieng, Mbah Sumanto menuju Kompleks Candi Arjuna.

Mereka kemudian, mulai menjalani prosesi ruwatan yang diawali dengan doa dari pemangku adat Dieng, Mbah Sumarsono. Selanjutnya, dilakukan penjamasan oleh kaum perempuan pejabat maupun istri pejabat sebagai simbol pemberian doa restu.

Sementara untuk prosesi pemotongan atau pencukuran rambut gimbal dilakukan oleh kaum laki-laki, yakni para pejabat maupun keluarga dari anak berambut gimbal dengan didampingi oleh dua pemangku adat, yakni Mbah Sumanto dan Mbah Sumarsono.

Prosesi diakhiri dengan pelarungan rambut gimbal di Telaga Balekambang yang berada tidak jauh dari Kompleks Candi Arjuna.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Dinparbud) Kabupaten Banjarnegara Tursiman mengatakan anak-anak yang menjalani ruwatan tersebut telah berambut gimbal sejak lahir.

’’Nah rambut gembel (gimbal) itu, selain sebagai sebuah hal yang barangkali tidak umum di masyarakat, tapi anugerah, anugerah bagi masyarakat setempat,’’ katanya di sela prosesi ruwatan rambut gimbal, seperti dikutip dari Antara.

Tursiman mengatakan, agar rambut anak-anak tumbuh dengan normal, maka harus dilakukan ritual pencukuran rambut gimbal yang dimulai dengan penjamasan. Mereka yang akan menjalani ruwatan juga harus menyampaikan apa permintaannya.

’’Permintaan itu bukan dari permintaan orang tua atau permintaan sendiri, tapi keinginan dari dalamnya, enggak sadar. Tadi ada yang ingin meri (anak itik), ingin lengger, dan sebagainya, kalau itu tidak dituruti, nanti tumbuh lagi rambut gembel,’’ katanya.

Ia mengatakan, ritual mencukur rambut gimbal sudah menjadi budaya turun-temurun dan harus dilestarikan. Di samping itu, pengunjung juga bisa melihat suasana pariwisata di Dieng.

Tursiman menjelaskan, ke-13 anak-anak peserta ritual berasal mayoritas dari Banjarnegara. Namun ada juga dari Magelang, Wonosobo, dan Banyumas.

’’Yang mendaftar banyak, ada 30-an, tapi tahun ini cukup 13, kita kurasi bagi anak-anak SD ke bawah. Tadi ada yang orang tua, tapi kami tidak menerima yang orang tua,’’ kata Tursiman.

Komentar

Jateng Terkini

Terpopuler