Petani Sayuran asal Magelang Ini Wajib Ditiru, Ini Alasannya
Zulkifli Fahmi
Sabtu, 28 September 2024 16:42:00
Murianews, Magelang – Apa yang dilakukan pasutri petani asal Magelang, Jawa Tengah Samet Sudarsono (69) dan Warti (64) perlu menjadi ditiru bagi petani lainnya.
Petani di Dusun Kenanggan, Desa Kaponan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang itu memilih menyedekahkan hasil panen sayuran kubisnya kala harganya anjlok.
Di mana, saat ini harga kubis hanya sebesar Rp 300 per kg. Padahal, saat mahal harganya bisa mencapai Rp 9000 per kg.
Slamet menceritakan, semula kubis hasil panennya hendak dibeli oleh pembeli dari Magetan, Jawa Timur dengan harga Rp 700 per kg. Namun, saat panen pada Selasa (17/9/2024) sang pembeli membatalkan niatnya.
’’Dari pada mubazir, saya bawa (dekat jalan) disedekahkan siapa yang mau,’’ kata Slamet seperti dikutip dari Detik.com, Sabtu (28/9/2024).
Warti menyebut, ketika tak jadi dibeli, ia menganggap itu bukan rezekinya. Ia dan suaminya pun kemudian mengambil kubis dan membawanya ke dekat jalan raya.
Kubis-kubis itu kemudian dibersihkan. Ia kemudian mempersilakan siapa pun yang membutuhkan untuk mengambilnya.
’’Dikasihkan orang, siapa yang mau ambil,’’ tuturnya.
Slamet menambahkan proses pemetikan dilakukan 4 orang dan biaya setengah hari Rp 50 ribu per orang. Pihaknya mengatakan petani bisa meraup keuntungan jika harga kubis berkisar Rp 3 ribu sampai Rp 4 ribu.
’’Ya kalau segitu untung, lumayan. Dengan sedekah (nanti dapat ganti),’’ tuturnya.
Anjloknya harga kubis juga diamini petani sayur di Magelang lainnya, Agung Septian (34). Ia mengatakan, ketika mahal, harga kubis bisa mencapai Rp 9000 per kg.
Dengan harga Rp 300 per kg, dalam perhitungannya petani masih rugi. Harga itu pun dirasa impas dengan biaya angkut dari lokasi panen ke jalan raya yang biasanya Rp 300 per kg.
’’Kalau dihitung-hitung rugi, daripada buang rezeki (hasil panen). Biaya nglangsir atau membawa dari lokasi panen sampai jalan raya Rp 300 per kilonya. Sedangkan harga kubis cuman Rp 300 per kg ya pas, untuk nglangsir,’’ sambung Agung.
Luas lahan yang ditanami kubis sekitar 1.200 meter persegi. Kemudian, kubis yang laku ini berkisar berat 1 kg sampai 2 kg.
’’Kalau yang kecil (ukuran kubis) malah laku, yang agak besar nggak laku. Berat 3 kg ke atas sudah enggak (laku), pembeli banyak yang enggak mau,’’ tuturnya.
Ia menjelaskan, harga sayuran mulai turun setelah Lebaran lalu. Menurutnya, penurunannya terjadi secara perlahan.
’’(Harga kubis Rp 300) Ini paling jelek sekitar 1 tahun. Kalau harga tertinggi di sini Rp 9 ribu (per kg),’’ ujarnya.
Agung menyebut harga sayuran yang masih tinggi brokoli. Pihaknya saat panen brokoli per kilo harganya Rp 17 ribu.
’’Yang harga tinggi brokoli, kemarin panen sampai Rp 17 ribu, dapat 2 kuintal,’’ tuturnya.
Ia menulai, anjloknya harga kubis karena banyaknya stok kubis dipasaran. Sebab, saat kemarau, kubis paling gampang ditanam.
’’(Penyebab kubis anjlok) Kemarin kemarau itu tanam yang paling gampang kubis. Jadinya sekarang stok kubis itu banyak. Kalau kubis panen raya, ya harganya pasti turun,’’ kata dia.



