Kepala Meteorologi Kelas II Ahmad Yani Yoga Sambodo mengatakan aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO) pada fase 3 berkontribusi terhadap peningkatan intensitas curah hujan di wilayah Jawa Tengah.
”Hingga akhir Januari sampai awal Februari 2025 diprediksi berada pada fase 4 dan 5, namun bersifat lemah,” kata Yoga.
Kondisi ini juga memberi dampak potensi terjadinya hujan sedang hingga lebat di sebagian wilayah jawa tengah.
Meski begitu, berdasarkan pengalaman yang terjadi di Kabupaten Pekalongan, bencana longsor yang terjadi tidak hanya dipicu dari hujan satu hari.
Ia pun meminta agar pihak terkait maupun masyarakat setempat memperhatikan tanda-tanda yang terjadi. Salah satunya tanda-tanda bencana dari kearifan lokal yang biasa terjadi.
Murianews, Semarang – Cuaca ekstrem masih mengancam sejumlah wilayah di Jawa Tengah. Itu dipicu dari kondisi atmosfer yang terjadi di sekitar wilayah Jawa Tengah.
Kepala Meteorologi Kelas II Ahmad Yani Yoga Sambodo mengatakan aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO) pada fase 3 berkontribusi terhadap peningkatan intensitas curah hujan di wilayah Jawa Tengah.
”Hingga akhir Januari sampai awal Februari 2025 diprediksi berada pada fase 4 dan 5, namun bersifat lemah,” kata Yoga.
Kemudian, terdapat gelombang Kelvin dan Rosby di wilayah Jateng pada periode 27-30 Januari yang berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan awan hujan.
Kondisi ini juga memberi dampak potensi terjadinya hujan sedang hingga lebat di sebagian wilayah jawa tengah.
Meski begitu, berdasarkan pengalaman yang terjadi di Kabupaten Pekalongan, bencana longsor yang terjadi tidak hanya dipicu dari hujan satu hari.
Ia pun meminta agar pihak terkait maupun masyarakat setempat memperhatikan tanda-tanda yang terjadi. Salah satunya tanda-tanda bencana dari kearifan lokal yang biasa terjadi.
Tanda-Tanda Bencana...
Koordinator BMKG Jateng Goeroeh Tjiptanto menjelaskan, ada beberapa tanda-tanda bencana dari kearifan lokal, seperti pohon maupun tiang listrik yang tiba-tiba miring.
Kemudian jendela maupun pintu rumah yang tiba-tiba sulit terbuka. Itu bisa menjadi salah satu tanda-tanda terjadinya pergerakan tanah.
”Nah kearifan lokal seperti ini, patut untuk dicermati dan kita bisa melaporkan ke aparat atau teman-teman BPBD terdekat atau Polsek dan seterusnya,” ujarnya.
Sementara itu, Koordinator Bidang Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jateng Iis Widya Harmoko mengatakan mayoritas wilayah di Jateng berada pada kondisi waspada.
Di mana, intensitas hujan yang terjadi di wilayah itu berada pada kategori sedang. Wilayah tersebut yakni, Kota Magelang, Pekalongan, Salatiga, Semarang, dan Surakarta.
Kemudian, Kabupaten Magelang, Kudus, Pati, Grobogan, Blora, Boyolali, Brebes, Cilacap, Karanganyar, Kebumen, Klaten, Semarang, Sragen, Sukoharjo, Wonogiri, Wonosobo, dan Purworejo.
Wilayah Siaga dan Awas...
Sementara, beberapa wilayah masuk kategori siaga karena diperkirakan akan diguyur hujan lebat. Wilayah tersebut yakni, Kabupaten Jepara, Demak, Kendal, Batang, Pekalongan, Banjarnegara, Banyumas, Purbalingga, Tegal, dan Temanggung.
Sedangkan wilayah yang masuk kategori awas karena diperkirakan diguyur hujan sangat lebat. Wilayah tersebut yakni Kabupaten Pemalang.
”Informasi ini berlaku untuk dasarian ketiga Januari 2025 tanggal 21-31 Januari 2025,” ujarnya.