Potensi itu diperkiraan terjadi di wilayah Jawa Tengah bagian selatan, khususnya di Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Banyumas.
Pihaknya pun mengimbau masyarakat setempat untuk meningkatkan kewaspadaan seiring datangnya musim hujan yang diprakirakan datang lebih awal dengan intensitas tinggi.
Itu diungkapkan Ketua Tim Kerja Pelayanan Data dan Diseminasi Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo, Rabu (8/10/2025).
Ia mengatakan, berdasarkan hasil anasisi selama Oktober 2025, curah hujan di kedua daerah itu diperkirakan mencapai 400 milimeter hingga lebih dari 500 milimeter, atau masuk kategori tinggi hingga sangat tinggi.
”Kondisi curah hujan yang tinggi ini berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan genangan air di beberapa wilayah rawan,” katanya, seperti dikutip dari Antara.
Teguh mengungkapkan, awal musim hujan di Cilacap rata-rata terjadi lebih cepat satu hingga tiga dasarian dibandingkan kondisi normal.
Bahkan, wilayah wilayah selatan, tenggara, dan pesisir tenggara Cilacap telah memasuki musim hujan sejak Dasarian II Agustus 2025.
Murianews, Banyumas – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika memperingatkan potensi terjadinya bencana hidrometeorlogi yang disebabkan cuaca ekstrem.
Potensi itu diperkiraan terjadi di wilayah Jawa Tengah bagian selatan, khususnya di Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Banyumas.
Pihaknya pun mengimbau masyarakat setempat untuk meningkatkan kewaspadaan seiring datangnya musim hujan yang diprakirakan datang lebih awal dengan intensitas tinggi.
Itu diungkapkan Ketua Tim Kerja Pelayanan Data dan Diseminasi Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo, Rabu (8/10/2025).
Ia mengatakan, berdasarkan hasil anasisi selama Oktober 2025, curah hujan di kedua daerah itu diperkirakan mencapai 400 milimeter hingga lebih dari 500 milimeter, atau masuk kategori tinggi hingga sangat tinggi.
”Kondisi curah hujan yang tinggi ini berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan genangan air di beberapa wilayah rawan,” katanya, seperti dikutip dari Antara.
Teguh mengungkapkan, awal musim hujan di Cilacap rata-rata terjadi lebih cepat satu hingga tiga dasarian dibandingkan kondisi normal.
Bahkan, wilayah wilayah selatan, tenggara, dan pesisir tenggara Cilacap telah memasuki musim hujan sejak Dasarian II Agustus 2025.
Wilayah Timur Laut Cilacap...
Sedangkan wilayah timur laut dan barat laut Cilacap diprakirakan baru mulai hujan pada Dasarian I Oktober 2025.
”Dengan awal musim yang lebih cepat dan curah hujan tinggi, potensi kejadian ekstrem seperti hujan lebat disertai angin kencang dan petir perlu diwaspadai,” katanya.
Sementara, puncak musim hujan di Cilacap diprediksi terjadi antara November 2025 hingga Februari 2026 dengan sifat hujan normal hingga di atas normal.
Selain itu, durasi musim hujan juga relatif panjang, berkisar 21-29 dasarian, dengan wilayah selatan menjadi area yang mengalami periode hujan terpanjang.
Pola serupa diperkirakan juga terjadi di wilayah Kabupaten Banyumas. Sebagian besar wilayah, terutama bagian utara dan tengah, akan mengalami hujan sepanjang tahun 2025.
”Sedangkan wilayah selatan, barat daya, dan sebagian tenggara telah memasuki musim hujan lebih awal pada Agustus hingga September 2025,” katanya.
Perbesar Risiko Bencana...
Ia menambahkan, karakteristik hujan dengan intensitas tinggi pada periode peralihan tersebut berpotensi memperbesar risiko banjir bandang di daerah aliran sungai, longsor di wilayah perbukitan, serta genangan air di kawasan dataran rendah.
Teguh mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat perlu melakukan langkah antisipatif, seperti memastikan sistem drainase berfungsi dengan baik, membersihkan saluran air, serta tidak melakukan aktivitas di area rawan longsor saat curah hujan tinggi.
Selain itu pihaknya juga mendorong masyarakat untuk terus memantau pembaruan informasi cuaca dan iklim yang disampaikan melalui kanal resmi BMKG.
”Kami akan terus memperbarui informasi cuaca secara berkala agar masyarakat dapat mengambil langkah mitigasi dan penanganan dini terhadap potensi bencana,” kata Teguh.