Di Kali Tenggang, mobile pump telah digunakan. Sedangkan di Sringin, saat ini sedang dilakukan lantaran aksesnya sulit.
”Akses ke Sringin agak sulit, jadi mobilisasi pompa ke sana masih kami upayakan,” ujarnya.
”Andalan utama untuk antisipasi banjir di Semarang adalah pompa. Sebenarnya pompa sudah ada. Untuk sekitar Kaligawe menggunakan pompa di Rumah Pompa Tenggang. Kalau daerah Genuk itu menggunakan pompa Rumah Pompa Sringin,” ujar Bergas.
Dari enam mesin pompa di Rumah Pompa Tenggang dan lima mesin pompa di Rumah Pompa Sringin, hanya dua yang aktif. Sisanya, sedang proses upgrade dari mesin berbahan bakar solar menjadi listrik.
Saat ini, mesin pompa sudah bekerja agar banjir tak meluas. Namun, itu tergantung kondisi cuaca yang terjadi.
Bergas menilai, persoalan mendasar banjir tahunan Kota Semarang atau wilayah daerah cekungan, yakni terletak pada kapasitas pompa yang belum maksimal.
Murianews, Semarang – Banjir melanda sejumlah lokasi di Kota Semarang, Demak, dan Grobogan, Jawa Tengah sejak Selasa (22/10/2025).
Bencana terjadi disebabkan tingginya curah hujan hingga membuat sungai dan saluran melimpas. Bahkan sejumlah titik tanggul sungai di Grobogan jebol.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Jateng Bergas C Penanggungan mengatakan, pihaknya telah mengerahkan timnya untuk menangani banjir di sejumlah wilayah tersebut.
”Sudah dari kemarin, sejak kejadian bencana atau kejadian banjir, teman-teman BPBD provinsi sudah membantu. Istilahnya sebagai pendamping teman-teman BPBD Kota Semarang beserta rekan-rekan relawan, TNI, Polri, juga masyarakat,” kata Bergas di kantor BPBD Jateng, Semarang, Kamis (23/10/2025).
Pihaknya juga telah mendirikan dapur umum dan titik pengungsian dalam penanganan banjir di Kota semarang. Meski begitu, hingga Rabu (22/10/2025) malam belum banyak warga yang mengungsi.
”Yang penting, bantuan logistik sudah kami distribusikan sejak tadi malam,” kata Bergas.
Selain itu, BPBD Jateng juga mengerahkan mobile pump di Rumah Pompa Kali Tenggang dan Kali Sringin, Kota Semarang.
Tergantung Cuaca...
Di Kali Tenggang, mobile pump telah digunakan. Sedangkan di Sringin, saat ini sedang dilakukan lantaran aksesnya sulit.
”Akses ke Sringin agak sulit, jadi mobilisasi pompa ke sana masih kami upayakan,” ujarnya.
Ia menjelaskan, kondisi geografis Kota Semarang yang berada di cekungan membuat wilayah itu sangat bergantung pada sistem pompa air.
”Andalan utama untuk antisipasi banjir di Semarang adalah pompa. Sebenarnya pompa sudah ada. Untuk sekitar Kaligawe menggunakan pompa di Rumah Pompa Tenggang. Kalau daerah Genuk itu menggunakan pompa Rumah Pompa Sringin,” ujar Bergas.
Dari enam mesin pompa di Rumah Pompa Tenggang dan lima mesin pompa di Rumah Pompa Sringin, hanya dua yang aktif. Sisanya, sedang proses upgrade dari mesin berbahan bakar solar menjadi listrik.
”Tujuannya (upgrading) biar saat terjadi sesuatu, enam pompa ini bisa berjalan maksimal. Bisa on (aktif) semuanya. Dengan dilakukan upgrading ini, enam pompa yang ada di Tenggang dan lima pompa di Sringin, bisa aktif semuanya. Jadi tidak tidak ada on off-nya, begitu,” ujarnya.
Saat ini, mesin pompa sudah bekerja agar banjir tak meluas. Namun, itu tergantung kondisi cuaca yang terjadi.
Bergas menilai, persoalan mendasar banjir tahunan Kota Semarang atau wilayah daerah cekungan, yakni terletak pada kapasitas pompa yang belum maksimal.
Imbauan ke Masyarakat..
Ia menyebut, proses peningkatan kapasitas mesin oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) sedang dilakukan sebagai solusi jangka panjang, agar sistem pompa bisa beroperasi optimal.
Selain di Semarang, BPBD Jateng juga memantau banjir Grobogan dan Demak. Tak hanya itu, pihaknya juga memantau tanah longsor di wilayah Jateng bagian Timur.
BPBD Jateng mengimbau masyarakat untuk tetap waspada menghadapi masa peralihan musim dari kemarau ke hujan. Tentunya ada akan tanda-tanda alam yang berkaitan dengan cuaca ekstrem seperti hujan lebat, dan angin kencang.
”Harapan kami teman-teman di wilayah, khususnya BPD, para relawan, agar bisa menginformasikan informasikan kepada masyarakat untuk selalu waspada,” imbaunya.
Salah satu sopir truk, Saefudin (50) warga asal Jepara mengatakan, ia yang baru tiba dari Pangkalan Bun, Kalimantan terjebak banjir saat hendak menuju Kudus. Meski begitu, ia menilai pemerintah sudah berupaya menangani situasi.
”Harapannya ya tetap lancar, biar pemerintah cepat mengatasi kendala seperti ini. Sekarang kan sudah mulai disedot, itu sudah bagus. Sudah ada perhatian dari pemerintah,” ujar Saefudin saat ditemui di kawasan Kaligawe.