Kamis, 20 November 2025

Murianews, SemarangStunting dan Tuberkulosis (TBC) masih menjadi persoalan mendasar bidang kesehatan di Indonesia saat ini.

Itu diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Pratikno di Forum Ilmiah Tahunan dan Mukernas Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) di FKM Undip Semarang, Jumat (31/10/2025).

Pratikno mengatakan, dua persoalan kesehatan itu memerlukan penanganan yang sangat cepat. Menurutnya, percepatan penanganan stunting dan TBC sudah menjadi amanat Presiden Prabowo Subianto.

Ia menjelaskan, peran sentral dari Ahli Kesehatan Masyarakat (AKM) sangat diperlukan dalam percepatan penanganan kasus tersebut.

Selain itu, ia juga menyoroti tingginya kasus zoonis, yakni penyakit menular dari hewan ke manusia maupun sebaliknya. Salah satunya, soal kasus rabies di NTT dan juga malaria maupun demam berdarah.

”"Nah inilah peran sentral dari para ahli kesehatan masyarakat yang pendekatannya tidak hanya dengan perangkat teknis medis yang klinikal, tetapi juga sosial dan gaya hidup, termasuk kesehatan hewan dan kesehatan alam,” katanya.

Pihanya pun mengapresiasi langkah Gubernur Jateng Ahmad Luthfi yang menggerakkan program speling serta program pengentasan kemiskinan di Jateng.

”Gubernur Jateng ini luar biasa aktif dalam urusan ini, mensinergikan berbagai macam program di lapangan, dengan mengajak kampus dan para ahli kesehatan masyarakat untuk bersama-sama menangani,” jelasnya.

Sementara itu... 

Sementara itu, Gubernur Jateng Ahmad Luthfi menegaskan, kesehatan dan keselamatan masyarakat menjadi yang paling utama.

Program speling yang menghadirkan dokter spesialis itu pun diharapkan dapat menjangkau masyarakat desa untuk memberikan pelayanan paripurna terkait kesehatan.

Dalam catatannya, hingga 13 Oktober 2025, program ini telah menjangkau 595 desa di 35 kabupaten/kota, dengan total 64.278 jiwa penerima manfaat.

Di kesempatan itu, Ahmad Luthfi juga menyinggung terkait skrining (pelacakan) penderita TBC di Jawa Tengah yang juga diintegrasikan dengan program Speling.

Skrining itu dilakukan menggunakan alat portable pemeriksaan tuberkolosis. Sayangnya, alatnya masih terbatas. Alat tersebut menurutnya perlu diperbanyak.

”Program Speling kita sangat dirasakan oleh masyarakat. Untuk TBC kita butuh alat yang mobilitasnya bisa mencapai desa, saat ini masih kurang,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Luthfi menambahkan, untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik, pihanya juga membangun kolaborasi antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota. Bahkan melibatkan rumah sakit milik pemerintah dan swasta.

“Termasuk kampus kami libatkan dengan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematiknya,” kata dia.

Komentar

Jateng Terkini

Terpopuler