Ada 1.468 Kasus HIV Baru di Jateng, Ganjar: ODHA Jangan Takut Lapor
Ali Muntoha
Sabtu, 3 September 2022 09:40:01
MURIANEWS, Semarang – Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah mencatat ada 1.468 kasus HIV baru ditemukan di provinsi ini. Data tersebut terkumpul sejak Januari hingga Juni 2022.
Dari jumlah kasus HIV baru itu, paling banyak ada di Kota Semarang yakni ditemukan 181 kasus. Kemudian Kabupaten Grobogan 123 kasus, Blora 87 kasus dan Demak 67 kasus.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo khawatir jika kasus itu akan semakin meledak jika orang yang punya indikasi atau gejala HIV/AIDS atau orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tak melapor. Ganjar memastikan jika identitas mereka akan terjaga dengan baik.
”Ada komunitasnya, banyak komunitasnya, kepeduliannya, boleh pilih mana yang paling aman. Tapi kalau mau lapor dengan pemerintah akan lebih enak karena
insyaAllah kita juga akan bisa
keep informasinya sehingga tidak bisa tersebar dan kita bisa lindungi mereka," kata Ganjar, Sabtu (3/9/2022).
Baca: Duh! Kasus HIV/AIDS Solo Tertinggi di Jateng, Kedua KudusGanjar menyebut, dengan ODHA melapor maka bisa mencegah penularan, dan mempercepat penanganan pada penderita. Sehingga bisa menekan risiko kematian akibat penyakit ini.
”Ini memang kejar-kejaran karena memang jumlahnya saya khawatir bisa naik karena banyak yang tidak mau melaporkan. Maka kalau ada indikasi-indikasi segera laporkan agar kita bisa segera tangani," katanya.
Ganjar memastikan Dinas Kesehatan akan terus memantau perkembangan kasus ODHA. Dalam hal ini juga melibatkan komunitas atau pemerhati yang peduli dan memiliki tugas dalam bidang itu. Termasuk melakukan edukasi kepada masyarakat.
Ganjar memastikan Dinas Kesehatan akan terus memantau perkembangan kasus ODHA. Dalam hal ini juga melibatkan komunitas atau pemerhati yang peduli dan memiliki tugas dalam bidang itu. Termasuk melakukan edukasi kepada masyarakat.”Rumah sakit kita minta untuk pantau, aktivis kita minta untuk memantau. Pak Wagub juga punya tugas khusus terkait hal itu dan beliau juga sering keliling. Maka edukasi kita terus menerus dan kemudian pantauannya tidak boleh berhenti," jelas Ganjar.
Baca: Wagub Berikan Solusi Poligami Tekan HIV/AIDS, Ridwan Kamil Tidak SetujuDisebutkan jika tingginya temuan kasus baru HIV di Jateng itu juga menunjukkan bahwa masyarakat semakin sadar akan kesehatan dan bahaya penyakit tersebut. Hal itu dibuktikan dengan makin banyaknya warga yang melakukan
voluntary counselling test (VCT) atau tes HIV/AIDS hingga banyak yang terdeteksi.Tak hanya itu, setiap puskesmas pada kabupaten/kota di Jateng juga telah melayani ODHA, termasuk menyediakan obat anti retroviral (ARV).Sementara, terkait penyebab penularan HIV di Jateng berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Jateng berasal dari berbagai faktor. Seperti hubungan seksual antara sesama jenis homoseksual sekitar 10,8 persen, pasangan heteroseksual 82 persen, pasca melahirkan (perinatal) 3,14 persen, penggunaan jarum suntik narkoba 2,49 persen, dan transfusi darah 0,12 persen. Reporter: Ali MuntohaEditor: Ali Muntoha
[caption id="attachment_313328" align="alignleft" width="1280"]

Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah. (Murianews/istimewa)[/caption]
MURIANEWS, Semarang – Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah mencatat ada 1.468 kasus HIV baru ditemukan di provinsi ini. Data tersebut terkumpul sejak Januari hingga Juni 2022.
Dari jumlah kasus HIV baru itu, paling banyak ada di Kota Semarang yakni ditemukan 181 kasus. Kemudian Kabupaten Grobogan 123 kasus, Blora 87 kasus dan Demak 67 kasus.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo khawatir jika kasus itu akan semakin meledak jika orang yang punya indikasi atau gejala HIV/AIDS atau orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tak melapor. Ganjar memastikan jika identitas mereka akan terjaga dengan baik.
”Ada komunitasnya, banyak komunitasnya, kepeduliannya, boleh pilih mana yang paling aman. Tapi kalau mau lapor dengan pemerintah akan lebih enak karena
insyaAllah kita juga akan bisa
keep informasinya sehingga tidak bisa tersebar dan kita bisa lindungi mereka," kata Ganjar, Sabtu (3/9/2022).
Baca: Duh! Kasus HIV/AIDS Solo Tertinggi di Jateng, Kedua Kudus
Ganjar menyebut, dengan ODHA melapor maka bisa mencegah penularan, dan mempercepat penanganan pada penderita. Sehingga bisa menekan risiko kematian akibat penyakit ini.
”Ini memang kejar-kejaran karena memang jumlahnya saya khawatir bisa naik karena banyak yang tidak mau melaporkan. Maka kalau ada indikasi-indikasi segera laporkan agar kita bisa segera tangani," katanya.
Ganjar memastikan Dinas Kesehatan akan terus memantau perkembangan kasus ODHA. Dalam hal ini juga melibatkan komunitas atau pemerhati yang peduli dan memiliki tugas dalam bidang itu. Termasuk melakukan edukasi kepada masyarakat.
”Rumah sakit kita minta untuk pantau, aktivis kita minta untuk memantau. Pak Wagub juga punya tugas khusus terkait hal itu dan beliau juga sering keliling. Maka edukasi kita terus menerus dan kemudian pantauannya tidak boleh berhenti," jelas Ganjar.
Baca: Wagub Berikan Solusi Poligami Tekan HIV/AIDS, Ridwan Kamil Tidak Setuju
Disebutkan jika tingginya temuan kasus baru HIV di Jateng itu juga menunjukkan bahwa masyarakat semakin sadar akan kesehatan dan bahaya penyakit tersebut. Hal itu dibuktikan dengan makin banyaknya warga yang melakukan
voluntary counselling test (VCT) atau tes HIV/AIDS hingga banyak yang terdeteksi.
Tak hanya itu, setiap puskesmas pada kabupaten/kota di Jateng juga telah melayani ODHA, termasuk menyediakan obat anti retroviral (ARV).
Sementara, terkait penyebab penularan HIV di Jateng berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Jateng berasal dari berbagai faktor. Seperti hubungan seksual antara sesama jenis homoseksual sekitar 10,8 persen, pasangan heteroseksual 82 persen, pasca melahirkan (perinatal) 3,14 persen, penggunaan jarum suntik narkoba 2,49 persen, dan transfusi darah 0,12 persen.
Reporter: Ali Muntoha
Editor: Ali Muntoha