Sementara itu, Kepala UPT Dieng Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banjarnegara Sri Utami membenarkan terjadinya embun es di Candi Setyaki. Menurutnya, sementara ini embun es belum terjadi di area komplek Candi Arjuna.
”Untuk Candi Setyaki memang sudah terjadi embun es pagi tadi. Cuma untuk area Candi Arjuna masih belum, embun masih berbentuk air seperti biasa,” terangnya, dilansir dari DetikJateng, Jumat (11/7/2025).
Salah satu pelaku wisata Dieng, Dhimas F sempat mengabadikan momen mengkristalnya embun di sekitar Candi Setyaki, Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara pagi ini.
Dari pengamatannya, embun yang menempel di rumput area Candi Setyaki membeku membentuk butiran es. Fenomena ini terjadi sekitar pukul 06.00 WIB sampai 06.30 WIB.
Sementara itu, Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang Feri Oktaviana menjelaskan mengapa fenomena ini bisa terjadi.
Ia menjelaskan, embun upas merupakan fenomena rutin yang umumnya muncul pada musim kemarau, terutama pada bulan Juni hingga September. Fenomena itu terjadi lantaran adanya penurunan suhu antara malam hingga dini hari.
Murianews, Banjarnegara – Fenomena alam embun es di dataran tinggi Dieng kembali terjadi, Kamis (10/7/2025). Adanya fenomena alam ini membuat suhu udara sangat dingin hingga mencapai 0 derajat Celsius.
Sementara itu, Kepala UPT Dieng Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banjarnegara Sri Utami membenarkan terjadinya embun es di Candi Setyaki. Menurutnya, sementara ini embun es belum terjadi di area komplek Candi Arjuna.
”Untuk Candi Setyaki memang sudah terjadi embun es pagi tadi. Cuma untuk area Candi Arjuna masih belum, embun masih berbentuk air seperti biasa,” terangnya, dilansir dari DetikJateng, Jumat (11/7/2025).
Salah satu pelaku wisata Dieng, Dhimas F sempat mengabadikan momen mengkristalnya embun di sekitar Candi Setyaki, Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara pagi ini.
Dari pengamatannya, embun yang menempel di rumput area Candi Setyaki membeku membentuk butiran es. Fenomena ini terjadi sekitar pukul 06.00 WIB sampai 06.30 WIB.
Ia menyebut, berdasarkan pantauan aplikasi alat ukur suhu udara Dieng dan thermometer manual, suhu udara terendah terjadi pada pukul 06.00 WIB. Yakni turun hingga 0 derajat celsius.
Sementara itu, Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang Feri Oktaviana menjelaskan mengapa fenomena ini bisa terjadi.
Ia menjelaskan, embun upas merupakan fenomena rutin yang umumnya muncul pada musim kemarau, terutama pada bulan Juni hingga September. Fenomena itu terjadi lantaran adanya penurunan suhu antara malam hingga dini hari.
Penurunan Suhu pada Malam Hari...
”Faktornya karena memang sudah memasuki musim kemarau, kemudian aktifnya monsun Australia yang membawa udara kering dan dingin ke wilayah kita, dan yang utama faktor cuaca yang cerah dan tutupan awan yang sedikit,” kata Feri, Kamis (10/7/2025).
Tutupan awan yang sedikit itu, kata dia, menyebabkan radiasi balik matahari bekerja secara optimal, sehingga menyebabkan penurunan suhu pada malam hingga dini hari.
”Suhu terendah yang tercatat saat embun upas mencapai minus 0,7 derajat Celsius itu pagi tadi. Sementara rata-rata suhu pagi hari di kawasan Dieng berkisar antara 3 sampai 5 derajat,” tambahnya.
FIa menjelaskan, fenomena bediding atau hawa dingin memang dirasakan hampir di seluruh wilayah Jateng saat musim kemarau. Namun, embun upas tidak terjadi di semua tempat.
”Kenapa cuma di Dieng yang terjadi embun upas, karena untuk Jateng hanya di Dieng yang ketinggiannya sekitar 2.000 MDPL (meter di atas permukaan laut), yang memungkinkan suhu mencapai 0 derajat. Semakin tinggi wilayah makin rendah suhunya," ungkapnya.
Ia mengatakan, fenomena ini masih akan terus terjadi hingga September. Pihaknya mengimbau warga, khususnya yang berada di wilayah dataran tinggi, untuk mengantisipasi penurunan suhu dengan memakai pakaian hangat dan menjaga daya tahan tubuh.