Catatan tersebut dihitung berdasarkan catatan tim kebencanaan yang tersebar di 35 kabupaten/kota di Jateng.
”Jumlah peristiwa lebih dari 2.000 sekian kejadiannya. Dari yang 2.000 itu yang punya kategori bencana itu ada 10 persennya, sekitar 200 sekian. itu kategorinya bencana,” katanya seperti dilansir Antara.
Dari 200 bencana tersebut, lanjutnya, Paling banyak tanah longsor dan banjir. Menurutnya, daerah yang rawan banjir adalah Pantai Utara (Pantura) Jateng, sedangkan wilayah Jateng bagian tengah berpotensi longsor.
“Terakhir, bencana tanah di Bruno, Kabupaten Purworejo, pada November lalu yang menelan korban jiwa empat orang,” ungkapnya.
Diakuinya, sebagaimana prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bahwa mulai September-November itu sudah mulai masuk di musim hujan.
”Puncaknya nanti di bulan Februari. Nanti kita akan beralih musim lagi di sekitaran bulan April-Mei,” terangnya.
Murianews, Semarang – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah (Jateng) mencatat ada sekitar 200 bencana alam di Jateng selama setahun ini.
Catatan tersebut dihitung berdasarkan catatan tim kebencanaan yang tersebar di 35 kabupaten/kota di Jateng.
Kepala BPBD Jateng Bergas Catursasi Penanggungan mengatakan, jumlah 200 itu hanya untuk bencana alam. Sedangkan untuk peristiwa kebencanaan jumlahnya mencapai 2.000 lebih.
”Jumlah peristiwa lebih dari 2.000 sekian kejadiannya. Dari yang 2.000 itu yang punya kategori bencana itu ada 10 persennya, sekitar 200 sekian. itu kategorinya bencana,” katanya seperti dilansir Antara.
Dari 200 bencana tersebut, lanjutnya, Paling banyak tanah longsor dan banjir. Menurutnya, daerah yang rawan banjir adalah Pantai Utara (Pantura) Jateng, sedangkan wilayah Jateng bagian tengah berpotensi longsor.
“Terakhir, bencana tanah di Bruno, Kabupaten Purworejo, pada November lalu yang menelan korban jiwa empat orang,” ungkapnya.
Diakuinya, sebagaimana prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bahwa mulai September-November itu sudah mulai masuk di musim hujan.
”Puncaknya nanti di bulan Februari. Nanti kita akan beralih musim lagi di sekitaran bulan April-Mei,” terangnya.
Tanggap bencana...
Sebagai bentuk kewaspadaan, Bergas meminta masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana untuk memahami karakteristik wilayahnya, misalnya yang tinggal di pegunungan dengan longsor atau dataran rendah dengan banjir.
”Bagi yang tinggal di daerah pegunungan atau lereng yang rawan longsor, kami mengimbau untuk menjauhi titik-titik yang berbahaya. Misalnya dengan mengungsi sementara ke rumah saudara,” tambahnya.