Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Boyolali Lasno mengatakan, sejumlah SD Negeri di Boyolali memang mengalami kekurangan siswa.
Dengan standar kelas 28 anak dan jumlah SD Negeri sebanyak 543 sekolah, Lasno memperkirakan ada lebih dari 50 persen yang kekurangan murid baru.
”Sekitar 50 persen kekurangan (siswa).Dengan standar 28 (siswa) per kelas, itu 50 persen lebih, kurang dari itu (28 siswa),” urai Lasno seperti dikutip dari Detik.com, Rabu (16/7/2025).
Menurutnya, ada sejumlah faktor yang menyebabkan banyak sekolah kekurangan murid. Di antaranya, ada kemungkinan lulusan TK di wilayah itu sedikit dan anak-anak yang lebih tertarik sekolah di luar daerah.
”Seperti di Tawengan, Teras ini anak-anak lebih suka ke MI yang ada di Sawit, Tegalrejo sama SD Kadirsa (Teras),” tuturnya.
Faktor lainnya yakni keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) yang dicanangkan pemerintah. Keberhasilan itu membuat tingkat kelahiran mengalami penurunan.
”Yang tidak kalah pentingnya adalah tren dari keluarga ekonomi menengah ke atas, ini sudah mengincar ke SD-SD swasta. Seperti di di Simo misalkan ya, ada ada dua SD swasta yang besar. Ini nerima siswanya paling tidak hampir tiga kelas. Tiga kelas kalau dikalikan 28 kan hampir 90 (siswa) kan,” terang dia.
Murianews, Boyolali – Dua sekolah dasar atau SD Negeri di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah tak mendapatkan siswa baru dalam tahun ajaran baru 2025/2026 ini. Kedua sekolah itu yakni SD Sucen, Kecamatan Simo dan SD Tawengan, Kecamatan Teras.
Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Boyolali Lasno mengatakan, sejumlah SD Negeri di Boyolali memang mengalami kekurangan siswa.
Dengan standar kelas 28 anak dan jumlah SD Negeri sebanyak 543 sekolah, Lasno memperkirakan ada lebih dari 50 persen yang kekurangan murid baru.
”Sekitar 50 persen kekurangan (siswa).Dengan standar 28 (siswa) per kelas, itu 50 persen lebih, kurang dari itu (28 siswa),” urai Lasno seperti dikutip dari Detik.com, Rabu (16/7/2025).
Menurutnya, ada sejumlah faktor yang menyebabkan banyak sekolah kekurangan murid. Di antaranya, ada kemungkinan lulusan TK di wilayah itu sedikit dan anak-anak yang lebih tertarik sekolah di luar daerah.
”Seperti di Tawengan, Teras ini anak-anak lebih suka ke MI yang ada di Sawit, Tegalrejo sama SD Kadirsa (Teras),” tuturnya.
Faktor lainnya yakni keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) yang dicanangkan pemerintah. Keberhasilan itu membuat tingkat kelahiran mengalami penurunan.
”Yang tidak kalah pentingnya adalah tren dari keluarga ekonomi menengah ke atas, ini sudah mengincar ke SD-SD swasta. Seperti di di Simo misalkan ya, ada ada dua SD swasta yang besar. Ini nerima siswanya paling tidak hampir tiga kelas. Tiga kelas kalau dikalikan 28 kan hampir 90 (siswa) kan,” terang dia.
Kualitas Sekolah...
Terkait kualitas sekolah jadi penyebab kekurangan siswa baru, Lasno juga mengungkapkan itu sangat memungkinkan. Meski begitu, Lasno juga menyebut kemungkinan lain, seperti pertimbangan orang tua karena keduanya bekerja.
”Sangat mungkin. Tapi juga ada pertimbangan lain mungkin karena sekarang ini kan banyak pasangan-pasangan yang suami istri sama-sama bekerja ya. Entah itu di sektor pemerintah maupun di di industri dalam ini pabrik-pabrik di sekitar situ. Sehingga mereka masukkan ke sekolah swasta yang mungkin jam belajarnya dari pagi sampai agak sore, sehingga ngiras-ngirus (sekalian) nitip momong,” katanya.
Salah seorang guru di SD Tawengan, Kecamatan Teras, Tri Istikanah mengemukakan jumlah siswa di sekolahnya saat ini hanya 17 anak. Jumlah itu tersebar di kelas 2, 4, 5, dan 6.
Untuk kelas satu, sampai saat ini tidak ada muridnya. Kondisi yang sama juga pada kelas tiga, yang tak memiliki siswa.
”(Yang kosong siswanya) Kelas 1 dan 3. (Total murid) Ada 17. Untuk kelas 2 ada 4 siswa. Kemudian kelas 4 ada 3 siswa. Terus kelas 5 ada 5 dan kelas 6 ada 4,” terang dia.
Pihak sekolah sudah berupaya untuk mendapatkan siswa baru. Mulai dari mendatangi ke masyarakat secara door to door, hingga memberikan seragam gratis.
Jadi sorotan...
Pihaknya berharap SD Tawengan ini seperti tahun-tahun yang lalu, memiliki siswa banyak dan sekolah dapat berjalan sebagaimana mestinya. Sehingga pihaknya sebagai guru tetap bisa memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam mencerdaskan anak bangsa.
Sementara itu Ketua Komisi IV DPRD Boyolali, Suyadi menyoroti tentang kualitas terkait banyaknya SD yang kekurangan murid ini. Pihaknya mendorong Disdikbud untuk mengadopsi kurikulum yang diberikan di sekolah swasta.
”Kenapa masyarakat sekarang menempatkan putra-putranya itu di sekolah swasta, karena mereka bicara tentang kualitas. Sehingga kami mendorong kepada dinas dalam hal Disdikbud bagaimana caranya kita setidaknya mengadopsi terkait dengan kurikulum yang sudah diberikan oleh SD swasta,” kata Suyadi