Masalah Sampah di Dieng Mulai Tertangani
Budi Santoso
Rabu, 6 September 2023 07:37:00
Murianews, Banjarnegara – Masalah sampah sempat menjadi persoalan pelik di kawasan wisata Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah. Namun kini, masalah itu mulai bisa dipecahkan.
Banyaknya sampah yang muncul di kawasan Dieng, sempat membuat kumuh kawasan wisata internasional ini. Selama bertahun-tahun sampah menggunung di tepi jalan menuju obyek wisata Kawah Sikidang.
Hal ini menjadikan gangguan bagi dunia pariwisata yang ada. Sampah yang ditumpuk di dekat obyek wisata itu mengganggu wisatawan yang datang berkunjung.
"Kami sering menerima keluhan dari wisatawan terkait tumpukan sampah. Karena wisatawan tidak mencium aroma kawah, tetapi mencium bau sampah," ujar Kepala Desa Dieng Kulon Slamet Budiono, seperti dilansir Detikjateng, baru-baru ini.
Dieng Kulon, sebagai daerah wisata tentu saja menghasilkan banyak sampah. Dalam sepekan, sampah yang timbul konon bisa mencapai 24 ton.
Hal ini menjadi masalah sangat pelik, karena pada kenyataannya Dieng tidak memiliki TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah. Sehingga sampah terus menerus menggunung di kawasan ini.
"Persoalan sampah di Dieng ini memang luar biasa. Dieng tidak ada TPA, mungkin jangka waktu 3-4 tahun ini kita sudah tidak punya tempat lagi untuk buang sampah. Padahal sebagai desa wisata, Dieng ini menjadi salah satu desa penghasil sampah terbanyak. 1 minggu bisa sampai 24 ton sampah. Belum lagi saat ada event," jelas Slamet Budiono.
Namun masalah sampah di Dieng kini sudah terpecahkan dengan adanya TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu) Dewanata. Keberadaannya di awal 2023 itu kini sudah memberi dampak positif terkait masalah sampah.
TPST Dewanata yang memiliki bagunan seluas 500 meter persegi saat ini digunakan untuk memilah sampah. Dengan menggunakan mesin pemilah sampah, semua produk sampah kini bisa dirubah bernilai ekonomis.
Ketua pengelola TPST Dewanata Kabul Suwoto mengatakan, sampah organik bisa dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk tanaman kentang. Sedangkan untuk sampah plastic bisa dijual untuk didaur ulang.
"Sampah plastik ini laku dijual. Sementara untuk sampah organik masih dimanfaatkan untuk pupuk tanaman kentang. Hasilnya cukup bagus untuk tanaman," kata Kabul Suwoto.
Bahkan kini masalah sampah di Kawasan Dieng telah berubah menjadi berkah bagi masyarakat. Sampah sebanyak 5 ton diolah di TPST Dewnata setiap harinya.
Dari jumlah tersebut, 2 ton di antaranya adalah sampah plastik yang laku dijual kembali. Hargannya juga sangat menjanjikan, berkisar antara Rp250 sampai Rp1.000 setiap kilogramnya.
Murianews, Banjarnegara – Masalah sampah sempat menjadi persoalan pelik di kawasan wisata Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah. Namun kini, masalah itu mulai bisa dipecahkan.
Banyaknya sampah yang muncul di kawasan Dieng, sempat membuat kumuh kawasan wisata internasional ini. Selama bertahun-tahun sampah menggunung di tepi jalan menuju obyek wisata Kawah Sikidang.
Hal ini menjadikan gangguan bagi dunia pariwisata yang ada. Sampah yang ditumpuk di dekat obyek wisata itu mengganggu wisatawan yang datang berkunjung.
"Kami sering menerima keluhan dari wisatawan terkait tumpukan sampah. Karena wisatawan tidak mencium aroma kawah, tetapi mencium bau sampah," ujar Kepala Desa Dieng Kulon Slamet Budiono, seperti dilansir Detikjateng, baru-baru ini.
Dieng Kulon, sebagai daerah wisata tentu saja menghasilkan banyak sampah. Dalam sepekan, sampah yang timbul konon bisa mencapai 24 ton.
Hal ini menjadi masalah sangat pelik, karena pada kenyataannya Dieng tidak memiliki TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah. Sehingga sampah terus menerus menggunung di kawasan ini.
"Persoalan sampah di Dieng ini memang luar biasa. Dieng tidak ada TPA, mungkin jangka waktu 3-4 tahun ini kita sudah tidak punya tempat lagi untuk buang sampah. Padahal sebagai desa wisata, Dieng ini menjadi salah satu desa penghasil sampah terbanyak. 1 minggu bisa sampai 24 ton sampah. Belum lagi saat ada event," jelas Slamet Budiono.
Namun masalah sampah di Dieng kini sudah terpecahkan dengan adanya TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu) Dewanata. Keberadaannya di awal 2023 itu kini sudah memberi dampak positif terkait masalah sampah.
TPST Dewanata yang memiliki bagunan seluas 500 meter persegi saat ini digunakan untuk memilah sampah. Dengan menggunakan mesin pemilah sampah, semua produk sampah kini bisa dirubah bernilai ekonomis.
Ketua pengelola TPST Dewanata Kabul Suwoto mengatakan, sampah organik bisa dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk tanaman kentang. Sedangkan untuk sampah plastic bisa dijual untuk didaur ulang.
"Sampah plastik ini laku dijual. Sementara untuk sampah organik masih dimanfaatkan untuk pupuk tanaman kentang. Hasilnya cukup bagus untuk tanaman," kata Kabul Suwoto.
Bahkan kini masalah sampah di Kawasan Dieng telah berubah menjadi berkah bagi masyarakat. Sampah sebanyak 5 ton diolah di TPST Dewnata setiap harinya.
Dari jumlah tersebut, 2 ton di antaranya adalah sampah plastik yang laku dijual kembali. Hargannya juga sangat menjanjikan, berkisar antara Rp250 sampai Rp1.000 setiap kilogramnya.