Rakitan Bambu Jadi Bagian Pondasi Jalan Tol Semarang-Demak
Budi Santoso
Kamis, 16 Mei 2024 17:45:00
Murianews, Semarang – Pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak, khususnya seksi 1 Semarang-Sayung masih berproses. Salah satu sisi menarik dari proses ini adalah penggunaan material bambu untuk bagian pondasinya.
Dalam khasanah pembangunan Jalan Tol, penggunaan material bambu untuk bagian pondasi menjadi salah satu hal yang menarik. Seperti dilansir dari laman resmi Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) pada Kamis (16/5/2024), matrial bambu dalam jumlah besar akan digunakan dalam proyek ini.
Dalam penjelasannya, BPJT menjelaskan, material bambu akan ditata dan dirakit sedemikan rupa. Kemudian rakitan bambu itu akan diletakan di bagian bawah, dengan tujuan meningkatkan daya dukung tanah dasar pada konstruksi.
Dengan kata lain, material bambu ini akan berfungsi sebagai suatu sistem matras. Hal ini dilakukan karena ruas jalan tol seksi 1 Semarang-Sayung sepanjang 10,64 km akan berdiri di atas laut.
Kondisi ini berbeda jika dibandingkan dengan jalan tol Seksi 2 Sayung-Demak yang saat ini sudah dioperasikan. Untuk bagian ini semua ruas berada di atas daratan.
Lebih lanjut BPJT juga menyebut Jalan Tol Semarang-Demak akan terintegrasi dengan tanggul laut. Karena itu struktur timbunan di atas laut itu perlu daya dukung dengan keberadaan matras sebagai bagian paling bawah konstruksi.
Dengan menggunakan material bambu, matras-matras itu akan dibuat. Bambu-bambu yang dirakit sedemikian rupa akan ditempatkan dengan ketebalan 17 lapis.
Sementara itu, dilansir dari Kompas.com, sebelumnya, Balai Bahan dan Struktur Bangunan Gedung, Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan, Direktorat Jenderal Cipta Karya telah melaksanakan pengujian untuk kelayakan material bambu ini.
Pengujian dilakukan untuk mempersiapkan material bambu yang akan digunakan sebagai konstruksi matras. Itu diarahkan untuk mempercepat waktu konsolidasi pada tanah di lokasi konstruksi Jalan Tol Semarang-Demak.
Mengenai kebutuhan material bambu, untuk pengerjaan konstruksi pada Seksi 1 Semarang-Demak paket 1B yang berada di atas laut dibutuhkan sekitar 10 juta batang bambu. Ini akan digunakan membuat matras bambu yang dibutuhkan pada kontruksi sepanjang lebih kurang 10 km.
Selain itu, untuk membuat matras bambu diperkirakan perlu 1.500 pekerja trampil untuk pengerjaannya. Mereka akan bertugas menganyam material bambu itu menjadi bentuk yang akan berfungsi sebagai matras.
Material bambu juga disebutkan memiliki spek tertentu, yang kabarnya telah didatangkan dari Wonogiri, Magelang, dan Purworejo. Spek bambu yang digunaan adalah bambu lurus sepanjang 8 meter dengan diameter 8-10 cm.
Matras dari material bambu ini tidak saja hanya untuk kepentingan kekuatan kontruksi. Namun tujuan lainnya adalah agar konstruksi yang dibangun juga berkontribusi pada keberlanjutan ekosistem laut.
Murianews, Semarang – Pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak, khususnya seksi 1 Semarang-Sayung masih berproses. Salah satu sisi menarik dari proses ini adalah penggunaan material bambu untuk bagian pondasinya.
Dalam khasanah pembangunan Jalan Tol, penggunaan material bambu untuk bagian pondasi menjadi salah satu hal yang menarik. Seperti dilansir dari laman resmi Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) pada Kamis (16/5/2024), matrial bambu dalam jumlah besar akan digunakan dalam proyek ini.
Dalam penjelasannya, BPJT menjelaskan, material bambu akan ditata dan dirakit sedemikan rupa. Kemudian rakitan bambu itu akan diletakan di bagian bawah, dengan tujuan meningkatkan daya dukung tanah dasar pada konstruksi.
Dengan kata lain, material bambu ini akan berfungsi sebagai suatu sistem matras. Hal ini dilakukan karena ruas jalan tol seksi 1 Semarang-Sayung sepanjang 10,64 km akan berdiri di atas laut.
Kondisi ini berbeda jika dibandingkan dengan jalan tol Seksi 2 Sayung-Demak yang saat ini sudah dioperasikan. Untuk bagian ini semua ruas berada di atas daratan.
Lebih lanjut BPJT juga menyebut Jalan Tol Semarang-Demak akan terintegrasi dengan tanggul laut. Karena itu struktur timbunan di atas laut itu perlu daya dukung dengan keberadaan matras sebagai bagian paling bawah konstruksi.
Dengan menggunakan material bambu, matras-matras itu akan dibuat. Bambu-bambu yang dirakit sedemikian rupa akan ditempatkan dengan ketebalan 17 lapis.
Sementara itu, dilansir dari Kompas.com, sebelumnya, Balai Bahan dan Struktur Bangunan Gedung, Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan, Direktorat Jenderal Cipta Karya telah melaksanakan pengujian untuk kelayakan material bambu ini.
Pengujian dilakukan untuk mempersiapkan material bambu yang akan digunakan sebagai konstruksi matras. Itu diarahkan untuk mempercepat waktu konsolidasi pada tanah di lokasi konstruksi Jalan Tol Semarang-Demak.
Mengenai kebutuhan material bambu, untuk pengerjaan konstruksi pada Seksi 1 Semarang-Demak paket 1B yang berada di atas laut dibutuhkan sekitar 10 juta batang bambu. Ini akan digunakan membuat matras bambu yang dibutuhkan pada kontruksi sepanjang lebih kurang 10 km.
Selain itu, untuk membuat matras bambu diperkirakan perlu 1.500 pekerja trampil untuk pengerjaannya. Mereka akan bertugas menganyam material bambu itu menjadi bentuk yang akan berfungsi sebagai matras.
Material bambu juga disebutkan memiliki spek tertentu, yang kabarnya telah didatangkan dari Wonogiri, Magelang, dan Purworejo. Spek bambu yang digunaan adalah bambu lurus sepanjang 8 meter dengan diameter 8-10 cm.
Matras dari material bambu ini tidak saja hanya untuk kepentingan kekuatan kontruksi. Namun tujuan lainnya adalah agar konstruksi yang dibangun juga berkontribusi pada keberlanjutan ekosistem laut.