Hal itu disampaikan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati rapat koordinasi antisipasi bencana hidrometeorologi di wilayah Provinsi Jawa Tengah, bersama Kepala BMKG, di Kantor Gubernur Jawa Tengah, Senin (27/1/2025).
Dwikorita menyampaikan, pada dasarian III Januari sampai dasarian II Februari 2025, curah hujan menengah-tinggi diprediksi terjadi di sebagian besar wilayah Jawa Tengah.
Bahkan, wilayah Pekalongan dan Batang bagian selatan, diprediksi curah hujan sangat tinggi.
Berdasarkan prediksi hujan harian, wilayah Jawa Tengah diperkirakan mengalami peningkatan curah hujan yang signifikan dalam beberapa hari ke depan. Yakni pada 27 Januari-1 Februari 2025. Intensitas curah hujan tertinggi pada kategori lebat hingga sangat lebat.
Dwikorita mengimbau kepada masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan, untuk mewaspadai tanda-tanda bencana.
Ia menjelaskan, tanda-tanda tanah longsor, seperti munculnya rembesan air atau aliran air dari lereng, pohon atau tegakan pada lereng tiba-tiba miring, munculnya retakan atau amblesan tanah pada lereng, lereng tampak menggembung, dan jendela/pintu rumah yang berada di daerah lereng tiba-tiba sulit dibuka, dan sebagainya.
Murianews, Kudus – Peningkatan curah hujan diprediksi terjadi di wilayah Jawa Tengah pada pekan ini. Untuk itu, masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana.
Hal itu disampaikan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati rapat koordinasi antisipasi bencana hidrometeorologi di wilayah Provinsi Jawa Tengah, bersama Kepala BMKG, di Kantor Gubernur Jawa Tengah, Senin (27/1/2025).
Dwikorita menyampaikan, pada dasarian III Januari sampai dasarian II Februari 2025, curah hujan menengah-tinggi diprediksi terjadi di sebagian besar wilayah Jawa Tengah.
Bahkan, wilayah Pekalongan dan Batang bagian selatan, diprediksi curah hujan sangat tinggi.
Berdasarkan prediksi hujan harian, wilayah Jawa Tengah diperkirakan mengalami peningkatan curah hujan yang signifikan dalam beberapa hari ke depan. Yakni pada 27 Januari-1 Februari 2025. Intensitas curah hujan tertinggi pada kategori lebat hingga sangat lebat.
Dwikorita mengimbau kepada masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan, untuk mewaspadai tanda-tanda bencana.
Ia menjelaskan, tanda-tanda tanah longsor, seperti munculnya rembesan air atau aliran air dari lereng, pohon atau tegakan pada lereng tiba-tiba miring, munculnya retakan atau amblesan tanah pada lereng, lereng tampak menggembung, dan jendela/pintu rumah yang berada di daerah lereng tiba-tiba sulit dibuka, dan sebagainya.
Penjabat (Pj) Gubernur Jateng Nana Sudjana mengatakan, cuaca ekstrem pada awal 2025 ini mengakibatkan sekitar 15 kabupaten/ kota terdampak, baik berupa banjir maupun tanah longsor.
Terjadi 39 Bencana di Jateng...
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng per 27 Januari 2025, telah terjadi 39 kali kejadian bencana. Rinciannya, 29 banjir, 7 tanah longsor, dan 3 cuaca ekstrem.
Dari peristiwa tersebut, korban meninggal dunia sebanyak 25 orang di Kabupaten Pekalongan, dan masing-masing satu orang di Kabupaten Brebes dan Kendal.
Nana meminta masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana longsor dan banjir, untuk selalu waspada. Sebab, berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), beberapa wilayah di Provinsi Jawa Tengah, diperkirakan akan menghadapi curah hujan intensitas menengah-tinggi, pada akhir Januari 2025 sampai Februari 2025.
”Puncak cuaca ekstrem ini antara Januari sampai Februari. Apalagi mendekati akhir Januari diperkirakan adanya peningkatan,” kata Nana.