Rabu, 19 November 2025

Murianews, Temanggung – Merebaknya virus Antraks yang terjadi di Gunungkidul, DIY membuat sejumlah kabupaten meningkatkan kewaspadaan, tak terkecuali Temanggung. Biar aman, Pemkab Temanggung melakukan pengetatan hewan yang masuk.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKPPP) Kabupaten Temanggung Joko Budi Nuryanto mengatakan, pengetatan hewan tersebut dilakukan dengan cara pemeriksaan surat keterangan kesehatan hewan, baik yang keluar ataupun yang masuk.

”Kami meningkatkan surveilans secara aktif di pasar daerah, perbatasan dan penampungan ternak,” kata Joko, Senin (10/7/2023).

Selain itu, melalui petugas di lapangan seperti penyuluh, dokter dan mantri hewan, pihaknya juga meningkatkan edukasi terkait bahaya antraks. Warga dan pedagang diimbau mewaspadai hewan ternak dari daerah-daerah yang pernah terjangkit atau terdapat temuan antraks.

”Karena itu, kami mengajak warga dan pedagang untuk memastikan kesehatan hewan tersebut, di antaranya ada surat keterangan kesehatan hewan (SKKH),” terangnya.

Menski begitu, ia meyakini, hewan ternak dari daerah antraks sudah dilarang peredarannya oleh otoritas setempat, sampai batas waktu yang sudah ditentukan. Hanya saja, petugas tetap meningkatkan pengawasan ketat lalu lintas hewan di kabupaten tersebut, terutama hewan yang masuk dari daerah temuan antraks.

”Bisa jadi ada orang yang nekat membawa keluar hewan dari daerah antraks, untuk dijual. Pemeriksaan di pos ini perlu memastikan. Kami bergerak cepat dengan pengawasan perdagangan hewan ternak sapi dan domba dari luar daerah, yang masuk ke Temanggung,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah Agus Warianto mengatakan, sejumlah langkah strategis ditempuh untuk mengantisipasi dan penanganan antrak dengan pengetatan lalu lintas ternak dan penyiapan vaksin antraks.

”Kami mencoba untuk menghindari penularan, karena penyakit ini dapat menular dari hewan ke manusia,” katanya.

Diterangkan, bakteri bacillus anthrax dapat menular pada manusia. Spora yang ditimbulkan penyakit ini bisa bertahan hingga 75 tahun, meski bangkai hewan yang tertular telah dikubur.

“Warga untuk bisa mencegah agar antraks tidak menular ke manusia, upaya pencegahan paling penting di antaranya bangkai hewan yang dikubur dicor atau ditandai, karena sporanya bisa bertahan 75 tahun, sehingga generasi berikutnya tahu di situ ada hewan yang tertular,” tandasnya.

Komentar

Jateng Terkini

Terpopuler