Rabu, 19 November 2025

Murianews, Solo – Pengelola Masjid Raya Syeikh Zayed Solo berencana menerapkan kecanggihan Internet of things (IoT) dalam mengelola air. Hal ini tak lepas dari kebutuhan air setiap harinya yang sangat tinggi lantaran selalu dikunjungi ribuan jemaah per hari.

Direktur Masjid Raya Syeikh Zayed Solo Munajat dalam Bincang Berkah Ramadan yang digelar atas dukungan AQUA mengatakan, saat ini, rata-rata jemaah di Masjid Saeikh Zayed mencapai 40 ribu orang tiap hari.

Meski begitu, pihaknya menyampaikan komitmennya dalam menjaga lingkungan sekitar, terutama soal air. Apalagi, saat ini air yang ada bersumber dari mata air Cokro, Tulung, Klaten, dan dari sumur yang dimiliki masjid.

Meski jumlahnya melimpah, ia memastikan dalam penggunaannya tetap harus dikelola dengan baik dan optimal.

”Keran air untuk wudhu di sini (Masjid Raya Syeikh Zayed Solo) sudah kami setting agar air tidak mengalir dengan cepat, jadi bisa lebih hemat,” katanya, Selasa (26/3/2024) sore.

Terkait rencana pemanfaatan kecanggihan internet of things (IoT) dalam mengelola air, Munajat menjelaskan bahwa teknologi itu akan mengacu padajaringan kolektif perangkat yang saling terhubung yang memungkinkan perangkat menyelesaikan tugas-tugasnya secara otomatis atau tanpa bantuan manusia.

Tujuannya agar pengelolaan limbah air di masjid yang merupakan hadiah dari Uni Emirat Arab untuk Kota Solo lebih efektif dan efisien.

Ia juga menjelaskan bahwa air yang sudah tergunakan untuk wudhu jamaah tidak dibuang begitu saja, namun diolah kembali untuk menyirami tanaman yang ada di area masjid.

”Ada banyak jenis tumbuhan di sini, dan tidak semuanya asli Indonesia. Namun juga tumbuhan asli luar negeri terutama yang tercatat di Alquran dan hadis seperti zaitun,dan sebagainya. Tumbuhan itu beragam kebutuhan airnya, maka akan digunakan IoT agar efektif dan efisien penyiramannya,” kata dia.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Solo, Abdul Aziz, yang turut hadir dalam program tersebut menyampaikan hal yang sama terkait pemanfaatan air secara bijak. Menurut dia, dalam Islam, air merupakan hal terpenting dalam menunjang ibadah.

”Dalam Islam bersuci itu utama, sebelum beribadah harus bersuci dengan cara mandi dan wudhu, dan itu butuh air,” kata dia.

Karena nilai penting air itu, lanjut dia, umat Islam diharapkan mampu bijak dalam menggunakan air. Mandi dengan air secukupnya, wudhupun begitu. Bahkan kalau bisa, sekali wudhu untuk dua waktu salat. Kebiasaan ini akan mendorong kita untuk konsisten menjaga kebersihan diri di sela-sela waktu salat.

”Kalau bisa salat magrib dan isya itu sekali wudhu saja,” kata dia.

Sementara itu, Sustainable Development AQUA Klaten, Rama Zakaria, mengatakan kolaborasi edukasi soal lingkungan dan air di Masjid Raya Syeikh Zayed Solo menjadi kanal komunikasi yang tepat untuk bisa merangkul seluruh stakeholder agar bersama-sama peduli terhadap lingkungan.

Isu air menjadi sangat penting karena penggunaan air di masjid cukup tinggi. Ia pun mengilustrasikan soal penggunaan air untuk wudhu dalam seharinya. Sekali wudhu, satu orang membutuhkan sekitar 4,5 liter air. Bila dalam sehari lima kali wudhu, maka butuh 22,5 liter air tiap satu orang per harinya.

”Oleh karena itu, butuh upaya kolaborasi untuk menjaga air mengingat air adalah salah satu sumber daya alam yang membutuhkan upaya konservasi dan kepedulian banyak pihak termasuk para pengunjung masjid agar air digunakan sebaik dan seoptimal mungkin,” tandasnya.

Komentar

Jateng Terkini

Terpopuler