Kamis, 20 November 2025

Murianews, Wonogiri – Debit air waduk Gajah Mungkur Wonogiri menyusut. Penyusutan ini sebagai dampak musim kemarau yang terjadi.

Akibat penyusutan itu, puing-puing makam kuno kembali bermunculan. Makam-makam kuno itu berada di wilayah Kelurahan Wuryantoro, Kecamatan Wuryantoro.

Melansir Joglosemarnews.com, Selasa (12/9/2023), makam-makam itu tampak berserakan dan beraturan. Beberapa makam masih utuh, namun ada juga yang tinggal puing-puing saja. Kerusakan itu akibat terkikis air.

Tulisan pada batu nisan makam itu juga masih sama-samar terlihat. Tulisan yang terlihat tampak, ada yang tertulis 1977, 1978, bahkan ada yang 1957.

Keberadaan makam-makam kuno itu menjadi bukti adanya peradaban di area genangan waduk sebelum Waduk Gajah Mungkur Wonogiri dibangun.

Saat pembangunannya, sekitar puluhan ribu warga Wonogiri harus bertransmigrasi. Mereka meninggalkan kampung halaman dan makam leluhur mereka ke sejumlah wilayah Indonesia demi kepentingan pembangunan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri.

Camat Wuryantoro Sumardjono Fadjari mengatakan, bekas makam itu muncul setiap musim kemarau datang. Namun saat penghujan, genangan waduk menenggelamkan makam kuno tersebut.

”Surutnya ini sejak Agustus kemarin sudah mulai, sampai sekarang (surut),” ujarnya.

Fadjari mengatakan, ketika makam-makam itu kembali muncul, tidak ada warga yang berziarah. Sebab, makam-makam tersebut diduga milik warga terdahulu yang keluarganya ikut bertransmigrasi.

”Makam-makam itu sudah lama tidak terurus,” jelasnya.

Terkait keberadaan bekas desa atak kelurahan, menurut informasi yang dimilikinya memang ada sejumlah desa atau keluarhan di wilayah yang kini jadi tenggelam oleh genangan air waduk.

”Rumah dan kuburan itu ikut terkena genangan saat proyek pembangunan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri itu. Makam itu memang ada sebelum pembangunan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri,” jelasnya.

Komentar

Jateng Terkini

Terpopuler