Kamis, 20 November 2025

 

Bahkan, cukup banyak anak-anak di sekolah yang mengalami gangguan kejiwaan ringan, sedang, hingga berat.

Ia mencontohkan pada kasus di salah satu SMA yang telah mendapatkan program Speling. Dari total 150 anak yang diperiksa, ada sekitar 30-an anak mengalami gangguan kejiwaan.

”Maka ada program Mental Health First Aid (MHFA) yang dilakukan. Jadi ada kader yang mendengar keluhan temannya. Itu dimulai dari SD, SMP, SMA,” katanya.

Program MHFA itu guna menyikapi kecenderungan anak yang lebih suka curhat kepada temannya dari pada orang tua. MHFA menjadi wujud kewaspadaan untuk melihat kasus-kasus kesehatan jiwa dari yang sangat ringan.

”Anak yang tadinya ceria menjadi murung, anak yang tadinya terbuka menjadi tertutup. Ini menjadi kewaspadaan kita semua,” papar Yunita.

Menurutnya, ada beberapa faktor penyebab gangguan kejiwaan pada anak. Salah satunya kurangnya perhatian dari orang tua karena terlalu asyik dengan gawai, kondisi sosial ekonomi, kemudian pergaulan.

”Jadi dengan adanya media sosial ini anak-anak melihat banyak hal yang sebetulnya belum usianya, atau (konten) tidak sesuai usianya. Kemudian mereka mengalami stres yang tidak diketahui dan itu terus-menerus mengganggu mereka,” bebernya.

Komentar

Jateng Terkini